Azelia Russelia adalah seorang putri bangsawan dari keluarga count Russelia yang memiliki wilayah di kekaisaran Helianthus. Ia selalu melihat kakaknya Raven Russelia sang penerus count masa depan sedang berlatih pedang, mengasah kemampuannya terus menerus untuk membuktikan pada ayahnya bahwa ia pantas dan bisa memimpin wilayah Russelia.
Terkadang Azelia iri dengan sang kakak, ia juga ingin berpedang, bukan hanya sekedar memegang jarum sulam, bukan ia tak suka menyulam. Walau bukan penerus gelar ia juga ingin memegang dua bilah pedang dalam tangannya. Berkali-kali memohon pada ayahnya berkali-kali juga ia ditolak. Azelia pernah berpikir mungkin saja ia akan masuk akademi kesatria dari pada mengerjakan tugas kebangsawanan. Seperti saat ini. Ia sedang melihat Raven berlatih di halaman yang luas.
"Nona, apa sebaiknya kita sudahi saja pelajaran kali ini, anda sepertinya sedang tidak dalam suasana hati yang baik?" madam Raya bertanya seraya menatap dengan khawatir, nonanya terlihat sangat tidak bersemangat dalam pelajaran tatakrama kali ini.
"Mrs.Raya, apa benar kami para lady tidak bisa berlatih fisik?" Azelia mengalihkan pandangannya dari jendela dan menatap madam Raya.
"Nona, bidang gadis bangsawan adalah belajar sampai anda dilamar oleh laki-laki bangsawan lain dan mengabdikan seluruh hidup anda pada suami anda. Mengangkat pedang bukanlah suatu hal yang bisa dibanggakan oleh seorang lady pada akhirnya." madam Raya menjelaskan, ia sudah mendengar rumor bahwa nona Russelia memiliki ketertarikan pada hal seperti ini.
Azelia terdiam, tentu saja madam Raya akan berpikir seperti itu, ia sudah menduganya.
"Nona apakah ada hal yang mendorong anda, sehingga anda menginginkan ini?" madam kembali bertanya. Azelia sepenuhnya sadar apa yang ia inginkan adalah tabu baginya. ia kembali teringat pada laki-laki yang sering dilihatnya pada pesta pergaulan bangsawan, ia adalah laki-laki bermata emas yang pendiam selalu menjadi pusat perhatian para gadis disana, dan tidak pernah satu kalipun membawa gadis pilihannya untuk berdiri disampingnya pada persta tersebut.
Tidak mungkinkan ia berkata pada madam, bahwa motivasinya ingin masuk akademi kesatria karena ingin menjadi pengawal kerajaan dan paling tidak masuk akal Azelia berniat menjadi pengawal pribadi pangeran kekaisaran Helianthus, Swazi de Helianthus.
Ya benar, laki-laki yang selalu diperhatikannya pada pesta adalah sang pangeran, sangat tidak masuk akal bukan?
Azelia boleh saja bermimpi ia menjadi pendamping pangeran Swazi, tapi ia cukup sadar diri, kasta dan kemampuannya jauh dari yang diharapkannya, pangeran tentu saja memiliki standart yang tinggi.
Maka dari itu Azelia ingin mendampingin pangeran walau hanya menjadi kesatrianya. Mengabdi padanya, apapun akan dilakukannya supaya bisa disamping Swazi.
"Madam tidak akan percaya dengan apa yang ku pikirkan" Azel berujar sambil terkekeh pelan disambut tatapan tidak mengerti madam Raya.
"Umur anda baru menginjak sembilan belas tahun, jangan terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan" madam mengingatkan.
Azelia menghela nafas berat.
Belum saja menjawab pintu ruangan diketuk dari luar, pelayan wanita membawa kabar bahwa count memanggil putrinya untuk datang keruangan sang count.
"nona, memang sebaiknya kita sudahi saja pertemuan kali ini, semoga nona memiliki perasaan lebih baik dalam pertemuan berikutnya." madam Raya berdiri dan pamit undur diri.
"terimakasih madam" ujar Azelia
Tak membuang waktu pula ia segera bergegas pergi menuju rungan sang ayah,.
'jarang sekali ayah memanggil ku saat sedang ada guru yang mengajar, ada apa ya?' Azelia terheran bergumam dalam hati, ini bukan kebisaan sang ayah, biasanya ia akan memanggil Azel saat senggang atau waktu minum teh.
'apa ini menyangkut hal yang mendesak ya?' ujar Azel dalam hati.
Tak butuh waktu lama untuk sampai, Azel pun mengetuk pintu, menunggu perintah ayahnya.
Saat sudah didalam ruangan. "ayah apakah ada hal yang mendesak?." tanya Azel
"aku baru saja menerima surat dari kekaisaran" count memberitahu, surat ini baru saja tiba dan dengan terburu-buru count memanggil putrinya.
"lalu kenapa ayah memanggil ku?" tentu saja ini mengherankan, hal yang mengenai kekaisaran adalah urusan count dan countess, dan bersifat rahasia tak boleh tersebar.
"Putriku kau baru saja mendapat lamaran dari kaisar Delonix untuk Putranya." count menjelaskan, Azelia terkejut mendengarnya.
"apa?"