"Katakan, siapa kau sebenarnya? Selama ini tidak pernah ada yang bisa lolos dari gigitan kutu Bulan apalagi tanpa perlawanan, kalian pasti berasal dari suku mistis, hanya suku mistis yang bisa melakukannya" suara YanKe serius, ia yakin, kalau pemuda dengan mata merah yang ada di depannya kini menyimpan rahasia yang dalam, bahkan melebihi apa yang bisa dipikirkannya, bagaimanapun tidak ada orang yang berhasil lolos dari gigitan Kutu legendaris yang sering digunakan untuk mematikan musuh di Medan perang, walau kutu itu sudah sangat langka kini, ia berasal dari suku mistis, yang bisa mengendalikannya, sudah pasti berasal dari sana, Liao ikut menghunuskan pedangnya ke arah Hong yang perlahan bangun dari jongkoknya, melihat ketiganya dengan tajam, Pang dan Liao saling berpandangan, baru kali itu keduanya melihat sepasang mata yang sangat indah itu, yang walau kini menatap mereka tajam.
"Srengg!" Suara pedang milik Liao yang keluar dari sarungnya.
NuEr yang terluka masih berusaha melindungi pangerannya.
"Jangan, ku mohon lepaskan kami"
Hong menurunkan tangan NuEr, pelayan malang itu sudah berusaha keras tapi orang-orang itu masih menyiksanya, darahnya panas membayangkan ia tidak bisa melakukan apapun untuk mencegah hal buruk itu terjadi.
"Biarkan saja kak, orang-orang jahat ini tidak akan mau mendengarkan permohonanmu, mereka hanya pejabat yang menggunakan nama mereka untuk menindas rakyat lemah"
YanKe gagap, bagaimana orang itu bisa mengatakan hal buruk tentang dirinya.
"Apa katamu? Siapa yang menindas orang? Kalian ini sampah, budak, tidak layak untuk hidup di manapun, he berani sekali bicara seperti itu, aku ingin lihat apa yang bisa kau katakan saat api penjara membakar kulitmu"
YanKe melirik Pang.
"Pang, buka jubahnya, lihat siapa orang yang ada di dalamnya"
Pang gagap, ia membuka jubah penderita Cacar Api itu? Bagaimana kalau menular padanya, ia tak mau maju.
"Tu tuan putri jangan bergurau, ia sakit Cacar Api, kalau aku tertular bagaimana?"
YanKe mendorong tubuh Pang.
"Sudah sana dia itu cuma pura-pura saja ia mungkin tidak sakit sama sekali"
Pang mendekati Hong dengan ragu, selangkah demi selangkah, mata Hong melihatnya tajam, sejenak Pang mengumpulkan keberanian mengulurkan dua jari kecilnya hendak menarik jubah lusuh itu, ia menutup matanya rapat, bagaimana kalau benar orang ini sakit Cacar Api, hilanglah masa depannya.
NuEr merangkak berusaha mendorong Pang menjauh, tapi pria bertubuh besar itu tidak bergeming, sedikit lagi ia hampir menarik jubah milik Hong saat tiba-tiba sebuah panah melesat ke tengahnya,
"Sheeet!!" hampir mengenai tangannya.
YanKe dan lainnya membalikkan tubuh mereka, terkejut karena banyaknya pengawal di atas kuda yang sudah berdiri di belakang ketiganya, sangat banyak hingga menutupi jalan di mana mereka berhenti.
"Lancang sekali!"
Suara yang sangat lantang, suara yang sangat dikenal Hong dan NuEr, NuEr akhirnya bisa menurunkan tubuhnya yang sakit dengan lega saat mendengar suara yang lama dirindukannya, walau baru saja berpisah.
BuAn yang gagah sudah duduk di atas kudanya, ia meluncur turun dengan cepat ke arah HongEr, ia sangat mengenal pangerannya dari matanya saja walau ia memakai jubah lusuh sekalipun.
"Maafkan kami terlambat Yang Mulia!"
BuAn langsung menurunkan tubuhnya berlutut di depan HongEr.
"Kak Bu" Hong hampir menangis, ia bisa menurunkan dadanya lega melihat pengawal Bu di sana, di saat yang sangat tepat.
YanKe dan lainnya terkejut bukan main, belum lagi mencerna apa yang telah terjadi ujung mata pedang milik prajurit dengan jubah milik pengawal istana sudah mengepung mereka.
"Sreeengg!" Dan mereka tidak mungkin bisa melawan, sehebat apapun ilmu yang mereka miliki.
"Pe pengawal Bu?" YanKe gagap, ujung pedang terarah ke lehernya, bagaimana bisa pengawal pribadi Putra Mahkota bisa tiba-tiba ada di sana, dan terlebih berlutut di depan penderita Cacar Api itu.
"Pengawal Bu! Lancang sekali! Kau tahu aku siapa?" Seru YanKe, setidaknya ia harus membela diri, pengawal Bu berdiri, ia membantu Hong dan NuEr yang terluka bangun dari atas tanah dan duduk di tempat yang agak bersih, beberapa pengawal duduk mengelilingi mereka.
BuAn menyeringai mendekati YanKe yang melihatnya dengan mata tajam.
"He Tuan putri Yan, anda yang lancang, anda mungkin sudah menyinggung Putra Mahkota, hamba tidak bisa membayangkan apa yang akan beliau lakukan pada Anda saat tahu apa yang sudah anda lakukan, Anda mungkin seorang tuan putri dan bisa melarikan diri dengan mudah, tapi, dua orang rekan anda, he, hamba tak bisa jamin" BuAn melirik Pang dan Liao dengan mata berkilat.
YanKe berusaha melepaskan diri, bagaimana bisa mereka menyinggung Putra Mahkota? Apa yang sudah mereka lakukan? Saat ia hendak berteriak lagi dari arah jalan terlihat tiga ekor kuda berbadan besar berhenti cepat, sosok yang turun dengan cepat dari atas kuda langsung menyongsong HongEr, ia Fei yang sudah tak bisa menyembunyikan perasaannya yang tak karuan.
"Adik!"
Mata YanKe terbuka lebar, sosok Fei yang tinggi, wajah yang putih dan sangat tampan, rambut panjang hitam yang berkibar seiring langkahnya yang sangat cepat dengan pakaian megah berwarna dominan putih dan biru langit yang ringan terhempas angin, bahkan baunya sangat enak dicium saat melewati YanKe, Fei berhenti di depan Hong dan melihatnya lama dengan pandangan mata berkaca-kaca.
"Adik, kau ini kemana saja, kakak bisa mati mencarimu bagai orang gila, kenapa kau memakai pakaian kotor begini, aduh lihat wajahmu"
Fei membantu Hong melepaskan jubah lusuh dan kotor itu, menggunakan lengan bajunya membersihkan pipi Hong yang agak kotor.
"Hong tidak apa-apa kak, maaf membuat kakak cemas"
YanKe, Liao dan Pang saling berpandangan, mereka hampir tidak bisa mempercayai mata mereka, sosok penderita Cacar Api di balik jubah lusuh dan bau itu, seorang pemuda dengan wajah bersinar dan indah, kepala dengan mahkota kecil berwarna merah emas dengan rambut yang merah ikal panjang hingga belakang pinggangnya, wajah putih bersih berkilau dengan bentuk bibir yang merekah kemerahan, hidung mancung dengan sepasang mata besar berbentuk memanjang dengan warna bola mata merah, ketiganya melihat hingga tanpa sadar mulutnya terbuka menganga lebar terkagum.
######