Di gerbang istana Gao.
Beberapa orang dalam pakaian pengawal berbaris di belakang pejabat istana yang bertugas siang itu prajurit Song, menunggu pintu gerbang dibuka untuk membawa rombongan pengawal baru untuk bertugas di istana tersebut.
Prajurit Song, seorang prajurit tingkat tiga yang setara dengan pemimpin regu lebih dari dua ratus anak buah, ia menunjukkan plakat tugasnya saat petugas gerbang keluar dari dalam gerbang.
Tak lama rombongan dengan kurang lebih dua puluh pengawal berkemampuan menengah ke atas itu masuk ke dalam gerbang, tiga orang di bagian paling belakang, terlihat cukup familiar, sempat melirik ke sekitarnya saat masuk ke dalam istana pribadi milik putra mahkota yang berada di dalam lembah terpisah agak jauh di belakang istana utama Putra mahkota.
"Tuan muda" DaHuang mencolek lengan pengawal di sebelahnya, FeiEr yang juga sibuk mengamati sekitarnya, ada AhLei di belakangnya ikut serta.
"Buka mata lebar-lebar DaHuang, siapa tahu HongEr memang ada di sini" bisik FeiEr.
Tak berapa lama lalu.
Buk buk buk buk!!! Suara pukulan dan rintihan di sebuah Lorong tak jauh dari rumah makan pusat kota, tak berapa lama muncul FeiEr, DaHuang dan AhLei dari Lorong dengan mengenakan pakaian pengawal istana, mereka memukul jatuh tiga orang pengawal yang tengah berhenti untuk makan dan kembali ke istana dengan plakat pengenal dari ketiganya, ini terlihat begitu mudah, sebenarnya tidak juga, hanya dikarenakan pengawal berasal dari mana saja hingga tidak akan ada yang menyadari orang yang berada di samping pengawal yang asli adalah pengawal palsu seperti ketiganya kini.
Rombongan tiba di depan pavilion Salju, salah satu pavilion besar yang digunakan sebagai tempat untuk mengurus semua keperluan istana, seperti keperluan pelayan, hingga makanan untuk semua orang di istana.
Pengawal Lu menyambut prajurit Song.
"Selamat datang prajurit Song, Yang Mulia Putra mahkota sedang berada di istana utama untuk sementara tugas akan diberikan padaku untuk urusan pengawal dan lainnya"
FeiEr menarik napasnya panjang, istana ini memiliki tembok yang sangat tinggi dengan pengawal yang ditempatkan di segala penjuru hingga setiap sudut, ada pengawalan berlapis di atas atap, dan mereka masih bilang kalau istana ini kekurangan pengawal, dengan tingkat keamanan seperti ini bahkan burungpun akan sulit sekali untuk terbang keluar istana, tapi, semoga saja usaha mereka tidak sia-sia.
..............
Tak jauh di bagian belakang istana, di padang rumput tak jauh di belakang pavilion Peony tempat HongEr tinggal setelah pavilionnya habis terbakar.
Pemuda itu duduk di bawah pohon rindang ditemani oleh NuEr dan Sun pelayan kecil pribadinya, kedua gadis manis itu duduk di belakang kursi panjang di mana HongEr merebahkan tubuhnya yang lelah setelah bermain layangan tadi, pangeran muda itu tertidur dengan posisi tangan menopang kepalanya, angin dengan lembut membelai pakaian ringannya dan rambut yang panjang hingga turun ke bawah kaki dipan.
Bulu matanya yang lentik saat matanya terpejam bahkan melebihi dua pelayan di belakangnya, wajah putih bersih bening tanpa noda yang semakin berkilau di bawah cahaya matahari yang sudah agak redup menjelang sore itu, dua pelayan muda di belakangnya sampai saling melirik dan tak berhenti tersenyum melihat wajah tuan mereka yang sangat mempesona dalam kondisi apa saja.
YuTang berdiri tak jauh di samping Hong dengan tangan menyilang di depan dadanya, tetap siaga memegang pedang biru miliknya di tangan kanannya dan melihat sekitarnya dengan awas. Walau Hong sudah mengatakan agar ia lebih santai tapi pengawal muda itu sepertinya tidak ingin kecolongan.
Pria muda itu menoleh pada HongEr, sekilas angin dingin membelai wajahnya, ia tidak berani melihat lama tapi wajah menarik HongEr membuat ia mematung dan seakan tersihir dengan sendirinya, wajah yang menarik perhatian siapapun orang yang pertama melihatnya, apalagi setelah mengenalnya lebih lanjut, tidak mungkin tidak akan menyukai sosok pangeran muda yang begitu ceria dan senang sekali tertawa di depannya, yang kini tidur, dengan wajah lembut dan manis bak anak gadis yang polos, ia sangat mempesona siapa saja, YuTang mengalihkan pandangannyaa cepat saat Hong bergerak, ia masih tersenyum sendiri tenggelam dalam khayalannya, mendengar suara tawa Hong tadi membuat ia terus terngiang-ngiang di kepalanya.
"He"
"Pengawal Yu" YuTang melamun sampai tak menyadari kalau Sun pelayan kecil Hong sudah berdiri di sampingnya.
"Eh I iyah nona Sun, ada yang bisa dibantu?"
Sun menutup mulutnya tertawa kecil, wajah kikuk YuTang membuat ia geli.
"He iyah, maaf tapi Yang Mulia mungkin akan segera kembali ke pavilion"
YuTang menggaruk kepalanya malu, ia melamun tadi hingga tidak menyadari kalau HongEr sudah bangun dari tidurnya.
"Eh I iyah, ayo nona"
Beberapa pelayan pria lainnya sibuk membereskan layangan berukuran besar milik Hong dan pelayan lainnya, sementara Hong sudah berjalan bersama NuEr di depan. YuTang menyusulnya cepat.
"Kak besok kita kemari lagi yah, Hong mau lihat bunga yang ada di dekat goa di bagian belakang itu, sepertinya sudah mulai mekar deh, Hong ingin membawanya pulang untuk hadiah ulang tahun kak Yang"
NuEr menganggukkan kepalanya.
"Siap Yang Mulia"
Hong mengerutkan dahinya berpikir.
"Em kak Yang suka apa yah? Kak Nu apa menurut kak Nu yang harus kuberikan pada kakak Yang sebagai hadiah ulang tahun, apa yang kakak sukai yah? Duh" pemuda itu terus berpikir keras kalau ia mungkin sudah melupakan hal yang sangat penting.
"Hamba tidak begitu paham Yang Mulia, tapi Yang Mulia Putra mahkota sudah sangat senang melihat Yang Mulia Pangeran dalam keadaan sehat-sehat saja, jadi beliau tidak punya banyak keinginan lainnya"
HongEr tersenyum, pelayan kecil di depannya memang pintar berkata-kata.
"Ih kak Nu ini, Hong serius bertanya"
YuTang berusaha menahan diri tidak tersenyum melihat wajah Hong yang merajuk manja.
"Oh yah sudah, kalau begitu besok kita akan kumpulkan bunga yang banyak, kak Yang pasti akan suka dengan bunga yang Hong petik sendiri di hutan khan, emm, lalu, makanan apa yang kak Yang suka yah?" HongEr berpikir lagi, dua pelayan kecilnya menutup mulutnya tertawa kecil.
"Hehehe"
Rombongan menuju ke pavilion kembali tepat saat matahari mulai terbenam, sepanjang jalan Hong terus berusaha keras berpikir.
"Emm"
##############