Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 88 - Penyerangan di Lembah Jie

Chapter 88 - Penyerangan di Lembah Jie

------------------

BaiHu dan TangYuan duduk di ruang tengah menikmati pagi yang tenang berdua saja, akhir-akhir ekspedisi Jie semakin ramai dan BaiHu hampir tidak memiliki waktu santai bersama istri tercintanya.

"Ini ErNiang baru buat, meniru resep koki terkenal dari Ayunda itu, manisannya begitu enak yah" ujar TangYuan menyodorkan manisan ke dalam mulut BaiHu, beberapa pelayan di dekat mereka siap melayani.

"Emm enak, ErNiang ada buat banyak? Hong pasti suka sekali yah"

"Jangan bilang, anak itu yang mencicipinya duluan waktu pertama buat di dapur, ia menunggu seharian di sana sampai melewatkan kelas siangnya, anak itu benar-benar"

BaiHu tertawa mendengar cerita istrinya, setelah lama berjanji akan membiarkan anak itu makan apa saja kalau ia sembuh TangYuan tetap tak bisa melepaskan pandangannya dari putra bungsunya, bagaimanapun ia akan terus mengawasinya.

"Hehehe anak itu aneh-aneh saja"

Saat keduanya masih menikmati waktu santai, dari luar masuk dengan cepat salah seorang pengawalnya.

"Lapor tuan besar! Ada masalah di tengah kota!"

BaiHu menegakkan duduknya.

"Ada apa Xi?"

XiTao pengawal muda itu menurunkan kepalanya memberi hormat pada BaiHu.

"Gawat tuan besar rumah makan cabang Jiang di pinggir kota dilahap api, kondisinya benar-benar parah"

Mendengarnya BaiHu berdiri siaga,

"Sang!" Serunya.

Segera SangTao masuk.

"Tuan besar"

"Kita ke pinggir kota, bagaimana bisa udara lembab begini rumah makan bisa terbakar, sayang aku keluar sebentar yah" ujar BaiHu pada TangYuan.

TangYuan mengangguk, tidak banyak pilihan karena suaminya itu sudah bergegas menuju ke arah pintu.

"Hati-hati sayang!" Serunya.

...............

Sementara itu di taman belakang rumah besar Jie.

Hong baru mendapatkan mainan baru dan tengah bermain bersama beberapa pelayan yang tumbuh bersamanya berlari mengitari taman, Fei baru membelikan ia ikan raksasa yang terbuat dari kertas yang diikat di ujung bambu kecil, ia berlari hingga membuat ikan itu mengembang dan seakan terbang bersamanya.

"Hehehe ayo kak kejar HongEr, ini lucu sekali"

Beberapa pelayan muda yang selalu menemani Hong sejak ia kecil hingga dewasa juga mendapat beberapa boneka kertas yang ukurannya lebih kecil, walau berusaha mengejar tuan mudanya tetap saja mereka kelelahan.

"Tuan muda pelan-pelan!"

Ting Ting! Ting Ting!

Suara lonceng dari emblem pemberian KaiLe yang digantung di pinggang Hong terdengar cukup nyaring, ia menyukai suaranya, hingga tanpa sadar sengaja berlari lebih lama untuk membunyikannya.

"Hahahahaha kakak lama nih"

...................

Fei berjalan pelan sambil menarik tali kekang kuda dengan Hong di atas kuda di belakangnya, di belakang ada DaHuang, ketiganya menikmati udara menjelang sore yang sangat hangat di lembah Jie.

"Tuk tuk tuk tuk "

"Kak, apa, kita akan ke bukit yang sebelah sana lagi? Hong ingin mengambil bunga untuk Ibunda, harusnya bunganya sudah mekar musim ini" seru Hong, Fei melirik arah yang ditunjuk Hong.

"Mungkin besok dik ini sudah menjelang gelap, Ibunda bilang ayahanda tidak di rumah jadi lebih baik kita pulang cepat untuk mengurangi bahaya"

DaHuang melirik sekelilingnya, lembah Jie di kelilingi gunung dan sungai jadi akan sulit bagi penyusup untuk masuk, tapi, entah kenapa ia merasa kurang aman akhir-akhir ini, seakan ada yang mengawasi mereka, walau berada di rumah sendiri yang seharusnya adalah tempat paling aman di dunia DaHuang tetap merasa harus meningkatkan kewaspadaannya.

"Kak, ayo cepat pulang Hong ingin merasakan manisan bibi ErNiang, jangan-jangan sudah dihabiskan oleh Ibunda lagi"

Fei dan DaHuang tersenyum melihat ekspresi wajah Hong yang menggemaskan saat mengerutkan alisnya.

"Heheheh mana mungkin dik, ayo kita pulang"

Fei baru akan menaiki kudanya saat tiba-tiba dari depan muncul entah dari mana beberapa bayangan hitam melesat cepat ke arahnya.

"Akh!" Fei menghindar cepat begitu pula DaHuang yang juga diserang dari samping.

Fei langsung menarik tali kekang kuda Hong mendekat dan menariknya turun.

"Adik!"

Angin berhembus cepat, mungkin akan segera turun hujan karena langit riba-tiba gelap.

Fei sudah menghunuskan pedangnya, begitu pula DaHuang, keduanya menelan ludah bulat, entah dari mana tapi di depan mereka kini sudah ada banyak orang berpakaian hitam dan dan cadar hitam yang mengepung mereka di tengah, siap menyerang.

Seorang yang bertubuh paling besar muncul di antara orang-orang itu, seakan menyeringai.

"He"

Tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka maju menyerang dengan cepat. Fei dan DaHuang sudah bersiap dengan senjata mereka, Hong memegang pakaian belakang kakaknya kuat.

"Haiittt!"

Perkelahian terjadi.

Dengan serentak orang-orang berpakaian hitam itu merangsek menyerang Fei dan DaHuang tanpa henti.

Pedang Fei beradu dengan golok dari orang-orang itu, DaHuang berusaha menjatuhkan beberapa yang mendekat cepat,

"Ting Ting Ting Ting!"

Orang-orang itu berusaha mendekati HongEr, berapa kali hampir mendekat tapi Fei menendang mereka menjauh,

"Kakak!"

Entah siapa mereka tapi seperti mengenali jurus dan bela diri mereka, beberapa waktu lalu di penyerangan di tengah jalan menuju WaiYi, mereka mungkin orang dari kelompok yang sama.

Fei dan DaHuang memiliki ilmu beladiri yang tinggi tapi jumlah penyerang yang banyak membuat mereka kewalahan.

"Tuan muda! Kembali ke rumah untuk bantuan, biar hamba yang menahan mereka di sini!" Seru DaHuang.

Fei melihat beberapa kemungkinan itu, tapi ia tidak memiliki kesempatan, yang menjadi fokus ia saat ini adalah Hong, orang-orang itu seakan mengincar adiknya.

"Kak!"

---------------------