Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 89 - Menghilangnya HongEr

Chapter 89 - Menghilangnya HongEr

---------------------

"Kak!"

Fei agak lengah hingga tak melihat salah seorang penyerang berhasil menarik pakaian Hong, Fei maju cepat hendak menerjang orang itu tapi penyerang lainnya maju menghadangnya.

"Hong! DaHuang!" Seru Fei. DaHuang juga berusaha mendekat tapi semakin banyak orang yang mengepungnya.

"Tuan muda! Ekh"

DaHuang mengarahkan pedang panjangnya dan berhasil menjatuhkan beberapa orang tapi salah satu penyerang yang jatuh dipukulnya menahan kakinya, ia tidak bisa bergerak sementara pria yang bertubuh paling besar sudah menahan tangan HongEr.

"Kakak!" Hong berusaha melepaskan diri tapi orang itu menahannya, ia masih bisa melihat dengan mata besar kakaknya dan DaHuang yang kian menjauh, bukan, ia yang menjauh.

Fei tak bisa membiarkan orang itu membawa Hong, ia berusaha mengejar tapi tidak mewaspadai penyerang yang maju ke arahnya, beberapa goresan senjata tajam penyerang mengenai tubuhnya.

"Tidak HongEr!!"

Ting Ting Ting Ting!

Perlawanan terus dilakukan, DaHuang dikepung banyak penyerang yang membuat ia tidak bisa bergerak.

"Tuan muda!!!"

Suara pertempuran dan teriakan menggema di tengah lembah yang mulai gelap, tempat yang cukup jauh dari kediaman besar Jie.

Ting!

Suara lonceng dari emblem pemberian KaiLe jatuh di atas hamparan rumput, di tengah lembah Jie yang luas.

...............

Klop klop klop klop.

Suara tapak kaki kuda pelan yang menarik kereta kencana berukuran sangat besar dan megah yang memasuki gerbang kota besar FoYang, salah satu kota besar di perbatasan negeri Hua.

Di dalam kereta besar megah tersebut, seorang pria merundukkan seluruh tubuhnya hingga ke lantai memberi hormat berapa kali pada orang yang duduk di ujung kereta.

"Pruk"

Sekantung uang cukup berat di lempar ke depan orang yang menurunkan kepalanya itu, hingga ia mengangkatnya, pria itu, jelas bukan orang asing, ia tak lain pria yang dikenal sebagai tabib Chai yang berapa waktu lalu mengobati HongEr.

Pria itu mengepalkan tangan di depan wajahnya memberi hormat, ia meraih kantung itu dan melihat isinya dengan mata lebar, banyak koin emas dan beberapa batu emas memenuhi isi kantung hingga hampir meluap.

"Terima kasih Yang mulia, ini sangat banyak"

Kereta melaju dengan lamban tapi pasti, itu kereta kencana milik kerajaan Hua tentunya, pengawal dengan Jirah emas, pakaian pengawal kerajaan yang khusus mengawal keluarga inti kerajaan.

Seorang pria agak tua duduk di pojok kereta, ia PaoTu, yang melihat tabib Chai sambil mengelus janggutnya pelan.

"Jangan muncul di hadapan kami lagi, bahkan jangan pernah muncul di hadapan keluarga istana atau keluarga Jie sekalipun, jangan sampai tuan kami menyesali keputusan memberikan anda kesempatan, anda bukan siapa-siapa, kali ini anda muncul karena kami tidak memiliki orang lain lagi, ingat itu baik-baik"

Tabib Chai, atau siapapun pria itu menurunkan kepalanya dalam menghormat hingga tak berani melihat wajah orang sangat berkuasa di depannya, ia bisa mati konyol kalau sampai ia melakukan kesalahan sedikitpun.

"Hamba mengerti Yang mulia!"

Yang Mulia, panggilan orang yang duduk di kursi besarnya yang sangat nyaman, di samping sosok tubuh tak bergerak di atas ranjang kecil, HongEr yang tidak sadarkan diri, ia mengangkat tangannya merapihkan rambut depan Hong yang menutupi pipinya, membelai wajah tak berdaya HongEr dengan tangannya yang halus, tangan besar dan kokoh, berkulit putih bersih dengan beberapa cincin emas berukir melingkari jari telunjuk hingga kelingkingnya.

"He, ia anak yang manis, wajahnya sangat menarik sekali, sayang sekali, kalau ia harus berakhir di meja persembahan, wajah yang sempurna, benar-benar keturunan pendeta sakti yang tidak ada celanya"

PaoTu menurunkan tubuhnya berbisik pada tuannya, ia, seorang pria tampan dengan wajah berkilau bening bersih, mahkota emas yang menghiasi cepol dan rambut kecoklatan yang dikepang kecil bersama dengan pita kecil berwarna emas, ia yang tak lain adalah putra Mahkota Hua YangLe.

"Yang mulia, sebenarnya, ada cara yang jauh lebih efektif selain menjadikannya persembahan pada dewa, menjadikan anak itu sebagai pengantin, juga bisa menjadikan anda menjadi penguasa nomor satu dunia"

YangLe tersenyum, ia kembali melihat wajah HongEr yang masih belum menunjukkan akan sadar sedikitpun.

"He Iyah Guru, dan dengan wajah yang sangat menarik seperti ini, tentunya menjadikan ia pengantin akan jauh lebih menyenangkan, bukankah begitu? Adik Hong" ujar YangLe membelai rambut Hong tanpa henti, tersenyum melihat wajahnya, tersenyum penuh dengan banyak maksud mengerikan.

"He"

................

Matahari bersinar sangat terang.

Walau begitu itu tidak menghentikan Fei membawa XiaoEr kembali menghentak jalan, ia memegang Jade emblem milik Hong pemberian dari KaiLe di tangannya, memegangnya erat, di wajahnya masih terlihat beberapa bekas luka yang belum juga mengering, tangan dan kakinya bahkan punggungnya terluka, tapi ia tidak bisa diam begitu saja, sudah tiga hari sejak ia menahan diri untuk mencari Hong dengan caranya sendiri, walau ayahandanya mengatakan akan meminta bantuan BaoSangYi atau siapapun tapi Fei bertekad untuk mencari Hong sendiri, kuda DaHuang berhenti di belakangnya, DaHuang juga susah payah keluar dari rumah diam-diam.

"Tuan muda"

Fei menoleh, melihat wajah DaHuang yang juga sempat terluka parah karena penyerangan itu, tapi tekadnya sama bulatnya dengan FeiEr, menemukan HongEr segera. Ayahanda Fei mengatakan tidak ada bukti pasti kalau penyerang berasal dari Hua, mereka masih menyelidikinya, tapi Fei dan DaHuang yakin kalau penyerang memang berasal dari Hua, dan kini Hong ada di tangan mereka, kini, satu-satunya cara adalah pergi ke sana untuk menemukan adiknya dengan segala cara, pergi ke negeri Hua.

"Heh adik, tunggu kakak!"

Suara kuda meringkik keras seakan XiaoEr juga sudah tidak sabar ingin menyongsong HongEr, tubuh dua kuda hitam dan putih milik DaHuang menghentak jalan setapak berdebu dengan mantap meninggalkan perbatasan kota WaiYi, menuju ke tempat mereka selanjutnya, negara Hua.

"Hiaaaa hiaaaa!!"

Wajah Fei tegas dan dingin menghentak kekang meluncur secepat ia bisa, matanya berkilat, penuh dengan api yang siap menerjang siapa saja yang ada di depannya, demi menemukan HongEr segera.

"Drap drap drap drap!!"

"Hiaaa hiaaaa!!"

"Ting Ting!" Suara lonceng kecil di emblem Jade milik HongEr yang kini menggantung di pinggang FeiEr.

+-+-+-+-+-

"Langit boleh berubah, tapi perasaanku padamu akan tetap sama, bumi boleh saja terbelah dua, tapi tanganku, tidak akan pernah melepaskanmu, selamanya.."

=====================

End of Story of Red Peacock and Blue Dragon Vol.1.

------------------