-------------------
Menjelang pagi.
TangYuan duduk di kursi dalam kamar Hong dan terkantuk-kantuk, ia berusaha menahan diri untuk tidak tertidur tapi tidak bisa, ia harus menyerah dan menyandarkan kepalanya ke pundak BaiHu yang duduk di sampingnya, Fei masih duduk di pinggir ranjang melihat wajah pucat Hong dan tidak berkedip sedikitpun, ia bahkan tidak merasakan kantuk atau apapun, Fei bangun saat melihat Hong menggerakkan kepalanya.
"Adik"
BaiHu dan TangYuan spontan berdiri dan mendekat cepat.
"HongEr"
..........
Menjelang siang di aula tengah rumah besar Jie.
SangTao mendekati tuan besarnya yang berdiri di depan kolam ikan di depan ruang tengah keluarga.
"Tuan"
"Belum ada kabar dari tabib Wang?"
Sang menggelengkan kepalanya,
"Belum tuan, kabar terakhir rombongan berjalan dari satu kota di negeri Hua tapi belum ada kabar lagi hingga sekarang"
BaiHu menarik napas panjang, terbayang bagaimana kacaunya situasi semalam saat kondisi Hong demikian lemahnya, setiap detik hidupnya bisa jadi dalam bahaya besar, dan ia tidak bisa memikirkan lebih jauh dari itu, dadanya sakit hanya dengan memikirkannya saja.
"Heh, tambahkan orang untuk menemukan tabib Wang, ulang tahun Hong dalam beberapa hari lagi, aku tak mau hal tak terduga terjadi seperti apa yang sudah diramalkan"
SangTao menurunkan kepalanya menghormat.
"Siap tuan"
BaiHu mengepalkan tangannya, bagaimana ia bisa begitu tenang menghadapi semua ini seakan ini hal biasa saja, ini menyangkut nyawa putranya harusnya ia tidak gegabah. Dipukul bahu kursi di depannya dengan kepalan tangannya, ia tidak bisa, ia tidak mungkin bisa kehilangan putranya, apa yang harus ia lakukan?
...........
Fei mengarahkan sendok bubur ke depan bibir pucat Hong.
"Ayo dik buka mulutmu, kalau tidak makan bagaimana bisa minum obat?"
HongEr yang duduk menyandar di atas ranjangnya kerap menahan sakit hingga keningnya berkerut dalam.
"Sakit kak, Hong bagaimana bisa makan kalau sakit begini"
Fei tahu adiknya itu sangat manja, tapi kalau sakit ia memang tidak pernah membesarkannya, ia menaruh mangkuk bubur di atas meja dan maju memeriksa luka adiknya.
"Apa benar sangat sakit dik? Obat tabib juga tidak manjur?" tanya Fei membelai pipi Hong dengan telapak tangannya yang lebar, ia sungguh tak tega melihat adiknya kesakitan begitu.
Hong menggeleng.
"Ekh iyah kak"
Hong menjatuhkan kepalanya ke pundak Fei yang segera mengelus punggungnya,
"Tahan yah dik, mungkin obatnya belum bekerja maksimal, sini pejamkan saja matamu di pundak kakak yah"
Fei mengelus pundak Hong, membelai rambutnya dan mengecup keningnya, kasihan sekali, andai bisa menggantikan Hong ia rela sakit dibanding harus melihat adiknya itu menderita.
"Heh Hong yang penurut" Fei menggenggam tangan Hong hingga adiknya itu mencengkeramnya kuat, ia mungkin menahan sakit hingga tubuhnya agak bergetar.
..........
KaiLe mengepalkan tangannya di depan dada memberi hormat BaiHu.
"Maafkan saya karena penyerangan terjadi di depan mata saya dan saya tidak bisa melindungi adik Hong dengan baik, semua ini terjadi karena kelalaian kami"
BaiHu menarik bibirnya.
Ia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pangeran muda itu, penyerangan terjadi tiba-tiba dan tidak diketahui siapa yang mengirim mereka, penyerang yang terluka dan tertangkap bunuh diri dengan menelan racun sesaat setelah mereka sadar.
"Lalu, apa yang akan Yang Mulia lakukan? Pelaku di balik penyerangan belum tertangkap, Yang mulia masih terancam bahaya, mereka bisa menyerang lagi lain waktu"
Kai mengelus dagunya, berpikir, apa yang membuat orang-orang itu menyerang saat ini? Dan kalau mereka menyerang di tengah perjalanan itu artinya orang-orang itu sudah mengintainya sejak masih di jalan, setiap langkah mereka, KaiLe memegang tangannya yang terluka, walau sudah diobati tapi lukanya masih berdenyut dan gatal, mungkin harus mengganti perbannya.
"Tao mendapat informasi soal pemberontak yang terlihat di daerah Tang, khususnya di WaiYi, kami akan mengejarnya dan mencari informasi mengenai semua masalah ini, walau, sangat kecil kemungkinannya kalau kawanan pemberontak yang melakukan penyerangan tetap saja mereka yang dicurigai terlebih dulu"
BaiHu melirik KaiLe, pangeran muda itu cukup mencurigakan menurutnya, penyerangan itu juga bukan kehendaknya, tapi kali ini Hong hanya mengalami luka kecil, bukan masalah besar pikirnya.
...........
Di kamar Hong.
Sejak bangun Hong yang melihat Ibundanya tak bisa berhenti memeluk pinggang Ibundanya dengan satu tangannya dan kepala di pangkuan Ibundanya manja, TangYuan tersenyum sambil terus membelai rambut Hong.
"Anak manja, apa belaian Ibunda benar bisa meredakan sakitnya Hong?"
Hong mengangguk, memejamkan matanya rapat di atas pangkuan TangYuan, setiap kali ia sakit memeluk tubuh hangat Ibundanya seolah obat yang sangat manjur, ia bisa tertidur dengan tenang dan melupakan semua rasa sakitnya dalam sekejab.
"Ibunda, apa, ibunda akan sangat sedih kalau Hong sakit keras?" Tanya Hong, TangYuan mencubit hidung Hong gemas.
"Pertanyaan macam apa itu? tentu saja Ibunda akan sangat sedih, Ibunda bisa menangis sampai pingsan, makanya putra kesayangannya Ibunda tidak boleh sakit yah"
Hong mengangkat kepalanya melihat wajah TangYuan lama, ia lalu membalikkan kepalanya dan tidur di atas pangkuan Ibundanya melihat wajahnya.
"Tapi ibunda jangan menangis sampai pingsan begitu juga, Hong kuat ibunda, tidak akan ada sakit yang bisa menjauhkan Hong dari Ibunda, jadi, ibunda tidak boleh menangis begitu yah"
TangYuan melihat wajah Hong lama, ia hampir mengeluarkan airmatanya lagi, tapi diangkat kepalanya menahan airmatanya, dibelai pipi Hong dan mengecup ubun-ubunnya lembut, ia mengangkat kelingkingnya di depan Hong.
"Hong janji sama Ibunda?"
Hong mengangguk, ia melingkarkan kelingkingnya pada kelingking ibundanya.
"Iyah Hong janji, asal, Ibunda jangan menangis sampai pingsan yah"
TangYuan tertawa kecil.
"Hehehe Iyah, putra Ibunda kenapa menjadi cerewet begini yah?"
--------------------------