Chereads / Dance Of The Red Peacock.Ind / Chapter 41 - Jamuan Malam

Chapter 41 - Jamuan Malam

-----------

Malamnya di Aula serbaguna untuk jamuan makan.

"Kak Song!" Suara HongEr terdengar dari jauh, SongEr yang duduk di salah satu meja untuk peserta menoleh, betapa senangnya ia melihat HongEr dan DaHuang saat itu sementara ia tidak mengenal satupun orang di sana.

"Kak menang yah! Selamat yah kak" seru HongEr duduk di samping Song, sementara DaHuang berdiri di belakangnya.

Beberapa peserta lain yang duduk satu meja dengan SongEr melihat Hong tanpa kedip, anak itu langsung duduk di samping Song dan merangkulnya akrab.

"Yah adik tidak melihat sih tadi, kemana saja?"

Hong mengembungkan mulutnya, ia meraih cangkir teh milik Song di atas meja dan menghabiskannya sekali teguk.

"Maaf kak tadi Hong latihan, kata Kak Fei arena juga bukan daerah yang aman jadi tidak membolehkan Hong menonton, sungguh menyebalkan sekali"

Wajah imut Hong yang menggemaskan membuat beberapa pria muda yang duduk satu meja dengan Song hampir tersedak, mata DaHuang melototi mereka hingga para pria muda itu mengalihkan pandangannya cepat.

"Eulk"

Song menyadari itu, ditambah pakaian Hong saat itu cukup terbuka hingga menunjukkan dada bagian atasnya yang mulus.

Tiba-tiba ada saat melihat wajah Hong tersenyum ke arahnya, Song seperti meluncur ke dunia lain, di mana di dunianya ia melihat adik Hong yang pakaiannya terjatuh hingga hanya sedikit menempel di pundaknya yang mulus tersenyum dengan wajah sangat manis padanya, ia duduk di atas ranjang seolah baru saja bangun dengan wajah polos dan rambut panjang yang dibiarkan tergerai begitu saja, mengangkat tangannya yang mulus dan panjang meminta Song mendekatinya.

"Ayo kak Song, dekat Hong sini"

Tapi Song cepat-cepat membuyarkan lamunannya, ia gila, bayangan wajah manis Hong sudah membuat ia hampir hilang kendali.

Secepatnya kembali ke tempat duduknya tersadar dari lamunan liarnya.

"Eh Adik Hong pakaianmu sampai terbuka begini, pakai baju yang benar" bisik Song merapihkan pakaian Hong, tangannya agak gemetar sebenarnya.

Hong menggaruk kepalanya ia buru-buru berpakaian tadi, dan sejak tidak ada yang melayaninya berpakaian seperti di lembah Jie kadang pakaiannya akan lepas tanpa ia sadari, jadi malu sendiri.

"He maaf kak"

Di sisi lain, FeiEr berhenti sejenak melihat A Yao yang duduk sendiri di meja bulat, tak ada yang berani duduk bersamanya. Wajahnya dingin, duduk tegap dengan posisi tetap siaga walau menikmati tehnya, tongkat besi panjangnya bersandar di belakangnya, ia sangat terkenal hari itu hingga beberapa orang terdengar berbisik membicarakannya.

"A Yao"

AYao seketika berdiri, memberi hormat pada FeiEr yang langsung duduk di depannya.

"Salam tuan muda Fei"

FeiEr menuang teh untuk dirinya sendiri.

"Kau ini, aku belum melihatmu seharian dan kau sudah terkenal hingga kemana-mana, kak TangYi memang tidak salah mengkhawatirkan dirimu, ayo duduk Yao"

A Yao duduk kembali di kursinya, melihat FeiEr agak lama bertanda tanya apa kesalahan yang mungkin ia lakukan dan tidak menyadarinya.

"Eh itu, hamba, tidak mengerti maksud tuan muda"

FeiEr tersenyum.

"He, aku dengar dari panitia kalau kau mengalahkan lawanmu hanya dengan sekali gerak, apa itu benar?"

A Yao mengangguk.

"Yah, itu benar tuan muda"

"Nah itu dia, kenapa kau menjadi sangat terkenal, untuk apa kau mengalahkan lawanmu hanya dengan sekali gerak, itu, sangat, dirimu sekali"

A Yao menundukkan kepalanya.

"Hamba hanya mengikuti saran, untuk mengalahkan lawan secepat mungkin, lagipula, lawan tidak memiliki kuda-kuda yang kuat, lengan dan kaki yang kokoh, ia bahkan gemetar saat memegang pedangnya, ia melawan angin hingga tenaga dalamnya terkuras cepat, sudut pandang kurang fokus, cepat berkeringat.. "

**Singkat kata maksud A Yao adalah lawannya sangat lemah dan mudah sekali dikalahkan.

FeiEr tertawa kecil, ia mengibaskan tangannya.

"Ya yah aku sudah mengerti maksudmu Yao, hanya, em lain kali coba untuk menikmati walau hanya sebentar, dan ini kompetisi yang cukup santai, kalau kau mengalahkan lawanmu dengan hanya satu gerak Itu akan sangat tidak menarik, kau harus bisa memberikan setidaknya pertunjukan yang menarik"

AYao tidak banyak merespon, ia hanya sedikit mengerutkan dahinya bingung.

"Tuan muda, menurut Yang mulia Putra Mahkota hamba hanya perlu menang dan menjadi juara satu, dengan begitu hamba bisa mendapatkan hadiah apapun yang hamba inginkan, itu tujuannya khan"

FeiEr tidak bisa menjelaskan lagi, bagaimanapun sifat AYao memang sudah begitu dari sananya, akan sangat lama bicara padanya.

"Emm, memangnya, kau ingin hadiah apa?" Tanya FeiEr.

AYao berpikir sejenak, hingga mengangkat kepalanya dengan mantap.

"Hamba, hanya berharap bisa berada di sisi Yang Mulia Putra Mahkota sampai akhir khayat hamba, hamba tidak ingin pergi"

FeiEr terdiam, kenapa aYao mirip seseorang yang ia kenal yah? Ia jadi ingat apa yang menjadi keinginan DaHuang saat ia menang tahun lalu.

"Semoga kau bisa mewujudkan keinginanmu Yao"

Di bagian depan khusus untuk para pejabat.

BaiHu mengangkat gelas tehnya menikmati suasana ramai dengan mata yang masih awas melihat sekitarnya, termasuk mengawasi Hong dan FeiEr, entah kenapa ia merasakan energi negatif di sekitarnya, beberapa mata yang mencurigakan kerap melirik sekitar seakan mencoba membaca situasi, dan mungkin beberapa memantapkan pandangannya ke arah HongEr.

BaiHu tidak akan aneh, putra bungsunya hari itu memang sangat menarik perhatian, TangYuan membawa pakaian Hong yang paling indah dari lembah, malam itu Hong mengenakan pakaian sutra berwarna merah dengan lapisan tile tipis berwarna kemerahan, rambut panjang ikal merah yang dibiarkan tergerai dengan sedikit kepang di bagian kanan dan kiri samping telinga hingga ke belakang dengan jepitan emas berbentuk kepala burung, dari sudut manapun Hong memang menarik.

BaiHu kembali menyesali dirinya mengikuti kemauan TangYuan dalam hal memberi pakaian untuk Hong, ia tidak bisa menolaknya.

"Ehem!" Suara BaiHu sengaja diperkeras agar orang-orang sekitarnya melirik ke arahnya dan menyadari kalau mereka tengah menatap putranya, putranya HongEr, beberapa orang yang menoleh langsung sadar diri dan menundukkan kepala melanjutkan santap mereka.

SangGuan JiuYe mendekat dan duduk di samping BaiHu, ia terkekeh.

"Hehehe adik Bai, kau kenapa? Pasang wajah menyeramkan seperti itu layaknya penjaga pintu neraka saja" pria tua itu masih sempat bergurau.

BaiHu mengangkat cangkir tehnya kembali tapi ia mengurungkannya dan memberi salam saat kakak angkatnya itu mendekat.

"Kak Jiu"

JiuYe tersenyum, melihat sekelilingnya, semua sudah kelelahan hari itu, hari pertama yang berjalan lancar, puasnya dalam hati.

"He banyak peserta yah, anak-anak muda ini sangat bersemangat sekali, dalam waktu dekat hanya menyisakan setengah dari peserta, he masa muda memang menyenangkan"

BaiHu melirik sekitarnya, masih dengan pandangan tajamnya.

"Kak, aku sempat melihat beberapa orang dari klan Bulan Merah, apa mereka juga mengirimkan peserta tahun ini?"

JiuYe mengangguk, melihat sebentar ke sudut ruang di mana beberapa pria muda berpakaian merah dan hitam duduk dan makan bersama.

"Ada satu orang dari Bulan Merah, cukup tangguh walau hanya satu tapi ia berhasil melewati babak penyisihan"

"Iyah sepertinya, mereka terlihat agak mencurigakan"

JiuYe melirik sekitarnya, mencari seseorang yang harusnya selalu nempel pada BaiHu kemana saja ia pergi, tapi tidak melihatnya malam itu, ia mendekat dan berbisik.

........