Kringggg.... Kringggggg.... Kringggg....
"HOAMMM!!!!."
Alarm ku sangat mengganggu. Aku dengan susah payah bangun dan mematikannya. Kedua mata ku membulat ketika melihat jam, sekarang sudah pukul 6,55. Sial aku akan terlambat.
Mati lah aku.
Aku melompat dari atas ranjang dan mengambil seragam ku lalu masuk ke kamar mandi. Aku harus cepat. Seperti nya menunggu bus juga sudah tidak akan sempat. Aku harus berlari ke Sekolah.
Hari ini aku sangat sial. Padalah apartemen ku dengan Sekolah cukup dekat, aku tidak punya alasan lain untuk guru piket selain mengatakan aku bangun kesiangan. Mereka adalah guru, yang pasti mereka tidak akan mudah di bohongi oleh ku.
Aku mengambil tas ku dan berlari keluar apartemen. Untung saja Lift nya cepat. terbuka jadi aku tidak perlu turun melalui tangga darurat. Lagi pula, apartemen ku ada di lantai 5, jadi tidak mungkin juga aku berlari turun lewat tangga darurat.
Pintu lift sudah terbuka di lantai dasar, Aku segera berlari ke sekolah tanpa memedulikan yang lain. Ya aku memang belum sarapan apa pun, tapi aku sudah tidak sempat melakukan nya. Jangan kan untuk sarapan, aku saja belum menyisir rambut ku.
Yang terpenting sekarang adalah aku harus sampai ke sekolah secepat mungkin. Aku harap guru piket nya bukan guru yang killer.
Aku sampai di depan sekolah, ini baru telat 5 menit. Seharusnya masih bisa masuk. Gerbang sekolah belum di tutup. Syukurlah.
Mata ku langsung tertuju ke meja piket yang tidak ada guru nya. Aku bernafas lega. Aku pikir hari ini mungkin tidak akan menjadi terlalu sial untuk ku. Aku berjalan dengan hati-hati ke arah kelas ku.
"Selamat pagi, Jung Ye-Rin."
DEG...
Aku menghentikan langkah kaki ku saat mendengar suara itu. Aku rasa aku harus menarik kembali ucapan ku. Hari ini mungkin akan tetap menjadi hari sial ku.
"Kamu terlambat 5 menit."
Aku berbalik dan melihat siapa itu. Sebenarnya tanpa berbalik pun aku sudah mengenali suara itu dengan sangat baik. "Selamat pagi bu," Sapa ku dengan senyuman yang sangat ramah.
"Apa alasan mu terlambat hari ini?" Tanya nya, dia sudah memegang KPS ku. Diri ku sekarang sudah dalam bahaya besar, aku yakin KPS ku sudah terisi banyak poin.
"Maaf bu, saya sakit perut tadi, jadi saya sedikit terlambat." Jawab ku masih sambil tersenyum. Aku harap dia tidak mencatatnya di sana.
Wajah Bu Taeyeon terlihat sangat menyeramkan. "Kamu pilih lari keliling lapangan atau membersihkan laboratorium?" Tanya bu TaeYeon. Dia meletakan KPS ku di atas meja. Syukurlah dia tidak menulis aku terlambat lagi.
Sekarang masalah ku beralih, jujur saja, aku membenci keduanya, di lapangan sangat panas dan terik, sedangkan di laboratorium itu menyeramkan. Ada banyak mannequin yang menurut ku sangat menyeramkan, belum lagi pengap karena AC di sana jarang di nyalakan. Aku benci keduanya.
"Tapi bu, perut saya masih sakit." Aku berusaha memberi alasan. Aku meremas perut ku sendiri agar terlihat meyakinkan.
"Tidak usah bohong, wajah mu kelihatan seperti orang yang baru bangun tidur. Cepat sana." Usir bu TaeYeon. Lagi pula aku juga bodoh, Bu TaeYeon adalah guru bimbingan konseling, mana mungkin dia mudah di bohongi.
"Bu, saya mohon, saya mau belajar bu, ini baru telat 5 menit, saya masih punya niat buat belajar di kelas." Ucap ku, aku tidak pernah memohon-mohon seperti ini, tapi aku tidak boleh membuat wali kelas ku berpikir kalau aku membolos pelajarannya lagi.
"Bu TaeYeon, saya akan mengurus Yerin, terima kasih."
Aku terkejut ketika Pak BaekHyun tiba-tiba muncul di belakang ku entah dari mana.
"Baik pak, Silahkan." Ucap bu TaeYeon dengan lembut.
Aku benci melihatnya. Seluruh sekolah sudah tahu kalau bu TaeYeon dan pak BaekHyun itu berpacaran. Tapi tidak perlu seperti itu di depan murid saat bertemu satu sama lain juga.
Pak BaekHyun membawa ku pergi dari meja piket. "Kenapa terlambat?" Tanya pak BaekHyun dingin.
"Telat bangun pak." Jawab ku dengan jujur.
"Kamu serius mau belajar?" Tanyanya.
"Ya pak." Jawab ku pelan. Aku pikir dia masih marah dengan ku. Tapi saat marah saja Pak BaekHyun tetap mau membantu ku lolos dari bu TaeYeon.
"Masuk ke kelas, saya mau mengambil hasil ulangan dulu." Ucap Pak BaekHyun lalu meninggalkan aku di depan pintu kelas. Aku masih menatap nya. Entah kenapa aku merasa Pak BaekHyun masih sangat baik kepada ku walaupun aku sering membuatnya marah dan kecewa dengan hasil ulangan ku.
Aku masuk ke dalam kelas dan satu kelas menatap ke arah ku.
"Wih. Sekretaris kelas kita datang," Ucap salah satu murid.
"Keren Yer, bisa lolos dari bu TaeYeon dengan selamat." Ucap yang lainnya. Aku hanya tersenyum tipis dan berjalan ke tempat duduk ku.
"Kamu ini kenapa lagi? Kok bisa telat sih." Tanya Sowon khawatir.
"Aku bangun kesiangan." Jawab ku.
"Pak BaekHyun tadi bertanya kepada ku masalah absen, kamu kasih ke dia nanti, saat jam istirahat." Ucap Sowon.
"Kamu aja, kamu kan ketua kelas." Balasku.
"Tapi kamu kan yang mengurus absen," Balas Sowon lagi tidak mau kelah dengan ku.
"Ya sudah, iya nanti aku kasih." Jawab ku dengan pasrah.
Cklekkk..
"Sowon, tolong bagikan ini." Pak BaekHyun masuk dan langsung memberikan kertas-kertas itu kepada Sowon.
"Perhatian sebentar, saya ingin memperjelas peraturan di kelas saya, dan berlaku di semua mata pelajaran, tidak ada yang boleh menyontek, menyalin jawaban teman ataupun menggunakan alat bantu apa pun untuk mengerjakan ulangan dan ujian, karena jika saya mengetahui nya, saya tidak akan segan memberikan kalian nilai 0 di rapot kelulusan nanti. Kalian semua mengerti?" Tanya pak BaekHyun.
"Mengerti pak." Satu kelas menjawab nya dengan sangat kompak. Mata pak BaekHyun masih menatap ke arah ku.
"Jung Yerin, apa kamu mengerti?" Tanya pak BaekHyun kepada ku.
"Saya mengerti pak." Jawab ku. Dia mengangguk.
"Sekarang, kumpulkan semua PR yang saya berikan dua hari yang lalu." Ucap nya. Aku membulatkan mataku saat aku melihat aku tidak membawa buku cetak mat dan LKS nya, aku hanya membawa buku tulis nya dan itu pun, aku belum mengerjakan PR nya.
Semua murid sudah kembali ke tempat duduk nya masing-masing. Pak BaekHyun menghitung buku yang terkumpul di atas meja nya.
"Yerin, kumpulkan PR mu." Ucap Pak BaekHyun sambil terus menghitung. Dia belum selesai menghitung tapi sudah tahu kalau buku nya itu kurang. Yang benar saja.
Aku berdiri dan membawa buku tulis ku ke meja Pak BaekHyun. Tolong jangan mempermalukan aku di depan satu kelas. Ku mohon.
Aku menaruh nya di atas tumpukan buku murid lain. "Diam di sana." Ucap nya. Pak BaekHyun menatap ku dan langsung mengambil buku ku. Dia membuka buku ku tapi mata nya masih menatap ku. Aku masih diam seperti yang dia suruh.
"Mana PR nya?" Tanya pak BaekHyun sambil terus membolak-balik halaman buku ku. Aku berusaha menelan saliva ku sendiri. Apa aku harus menambah masalah ku dengan ini. Kenapa hidup ku ini sangat tidak tenang, diri ku ini sangat tidak bisa di andalkan.
"Saya, umm.. S-saya." Aku bahkan semakin takut untuk membuka suara. Pak BaekHyun menutup buku ku lalu menaruhnya di atas meja.
"Ambil LKS mu, bawa ke sini," Ucap pak BaekHyun.
Aku menatap Sowon, tapi Sowon menggeleng. Ya aku tahu dia tidak mungkin meminjamkannya kepada ku, dia juga membutuhkannya sekarang.
"Saya tidak bawa pak." Jawab ku dengan sangat pelan.
BRAKKK!!!
"Bersihkan lapangan." Ucap nya.
"KELUAR SEKARANG!!!." Bentak pak BaekHyun.
Aku terkejut ketika pak BaekHyun benar-benar memukul meja dengan sangat keras. Aku tidak berani lagi menatap pak BaekHyun. Aku berjalan keluar seperti yang di suruh oleh Pak BaekHyun.
"Mulai sekarang, sekretaris kelas ini adalah Joy, Yerin bukan sekretaris kelas ini lagi." Ucap Pak BaekHyun. Aku menerima itu. Ya aku memang tidak seharusnya jadi pengurus kelas, sejak awal saja Pak BaekHyun bersikeras agar aku bisa menjadi pengurus kelas. Sayang nya aku memang tidak bisa dan tidak ingin melakukan itu. Aku bukan anak rajin yang selalu mendapat peringkat kelas, aku juga bukan anak pintar yang bisa dapat bagus tanpa belajar.
Pak BaekHyun seharusnya tahu kalau aku adalah orang yang ceroboh, pelupa dan malas.