Manny memang sudah sering menghadapi rewelnya Evan. Tapi untuk kali ini, Manny mengakui semua di luar kendali miliknya apalagi kala melihat Evan seperti tidak akan melepaskan Luci dengan mudahnya.
Sementara sedari tadi Luci terus memandangi Luci, mengirimkan sinyal minta tolong.
Manny menggelengkan kepala lalu berkata, "Saya akan membawa sarapannya ke sini."
Bukan itu yang diinginkan Luci. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan gadis itu karena pihak ketiga yang harusnya bisa membantunya kini justru sudah undur diri untuk memboyong menu-menu sarapan menuju ke kamar itu. Luci menggelembungkan pipinya dengan lesu.
"Akan sampai kapan kau begini? Kau harus terjaga untuk sarapan." Suara Luci layaknya seekor kodok yang sekarat, meraung serak tapi juga lemah. Membujuk Evan memang bukan perkara mudah, dan sejak Luci tau soal itu entah kenapa rasa lelah semakin menjalar dan mengikat bahunya dengan kencang. Batu-batu gunung seperti ditempatkan secara mengenaskan di atasnya.
