Luci hampir bertanya, "Apa yang sedang kau lakukan?" saat tiba-tiba Evan menyerbunya dengan pelukan yang erat. Lagi pula, tindakan CEO itu sangat tidak masuk akal apalagi setelah ancaman untuk membunuh Luci serta orang-orang di sekitar gadis itu.
Napas Luci tertahan, setengah menjaga diri dengan kepalan tinju jika saja Evan tiba-tiba menusuknya dengan pisau yang tersimpan di balik jaket tebalnya. Tapi siapa sangka jika yang terjadi sungguh jauh dari perkiraan. Karena pada nyatanya Evan tengah menangis!
Dia menangis di pundak Luci, sembari menenggelamkan wajahnya yang sudah mulai bergetar berikut tubuhnya.
'Oh, mengurusi Evan bahkan lebih memusingkan daripada mengurusi seorang bayi yang suka rewel,' batin Luci tak karuan. 'Karena suasana hati Evan sungguh tidak terduga,' lanjutnya lagi.
