"Masih belum mau bergerak? Mau kumasukkan perangkap lalu kumakan?" dengking Nyonya Besar kepada Luci serta Evan. Nyonya Besar melipat kedua lengan di depan dada, dengan kaki menyilang yang sangat membahayakan.
Evan mundur tanpa sadar, dengan tangan menggenggam jemari milik Luci. "Ka – kau dengar kan tadi? Nenek mau memakan kita," desis Evan lebih ketakutan dari sebelumnya. Kuku hitam Nyonya Besar seperti sebuah kapak maut yang mungkin bisa merenggut nyawanya saat itu juga. 'Persetan dengan ikatan darah. Nenek memang seperti setan kalau sedang marah,' teriak Evan di dalam hati.
Luci memberanikan diri untuk maju. Tak lupa dia mengajak Evan. "Ayo kita turuti saja nenek! Ini demi kebaikan kita juga." Luci kemudian menyeret Evan secara lembut untuk menuju sofa dan duduk di sana.