"Kenapa diam saja? Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu saat ini?" tegur Evan. Kepalanya sudah berada di atas pangkuan hangat milik Luci, sementara tangannya menjelajah dan membelai wajah Luci dengan lembut. Mereka benar-benar seperti pasangan pengantin baru.
Luci ragu untuk mengatakan apa yang benar-benar mengganggu pikirannya saat ini. "Entahlah, kupikir aku melupakan sesuatu di rumah sakit. Tapi apa ya?" gumam gadis itu dengan risau. Matanya yang bulat dan hidup itu berkedip dan menyapu lembut pandangan mata Evan yang sudah terpesona seratus persen kepadanya.
"Mungkin hanya perasaanmu saja. Dari tadi aku perhatikan kau sudah memasukkan semua barang-barang ke dalam task ok. Jadi tidak perlu dipikrikan," bisik Evan. Kini tangan CEO itu memainkan rambut milik Luci. Bibirnya melengkung sesekali. Kegembiraannya melambung sangat tinggi dan tidak terkira.