"Bisa tidak kau tidak usah pergi saja?" Evan menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan lututnya yang sudah lemah. Sementara tangannya memegangi dadanya yang sudah perih karena terhujam oleh luka masa lalu.
"Bukannya tadi kita sudah sepakat kalau kau mengizinkan aku untuk pergi? Lalu kenapa berubah pikiran lagi?" Luci memiringkan kepalanya dengan resah. Banyak pertanyaan yang ingin diajukan oleh gadis itu kepada Evan, salah satunya adalah apa yang sebenarnya tengah direncanakan oleh Evan selama ini
'Apakah Tuan Evan ingin mengerjaiku saja ataukah dia memiliki maksud lain, aku tak akan pernah tau,' pikir gadis itu sembari mengawasi gerak-gerik Evan yang masih meringkuk itu.
Evan bagai buntalan bola yang sudah kehilangan angin karena mendapat tendangan super keras dan mendarat pada bukaan penuh dengan duri dan juga benda-benda tajam. Tak ada daya bagi Evan untuk bergerak dengan bebas saat ini.