Chereads / Nightmare Attack / Chapter 3 - The Other World

Chapter 3 - The Other World

Namaku Wendy, seorang ibu berusia 32 tahun yang memiliki seorang anak lelaki berumur 8 tahun bernama Tommy. Aku dan suami ku sudah bercerai dan berpisah dengan suami ku beberapa bulan yang lalu. Suamiku seorang pecundang brengsek! Dia tega menduakan aku, dia sangat jahat! Aku dan Tommy pindah di area perumahan tua Beverly Haves nomor 124. Awalnya aku tidak berkenan untuk pindah ke rumah tua ini. Rumah tua warna coklat gelap, yang seluruh rumahnya terbuat dari kayu cheedar tua dan beberapa dindingnya sudah habis d telan rayap dan d tumbuhi rumput ilalang dan lumut. Uang ku sudah kuhabiskan untuk menyewa pengacara selepas acara perpisahan ku dengan suami ku yang brengsek itu. Aku dan Tommy hanya sanggup hidup sederhana dan biasa-biasa saja.

"Ini kunci mu...have fun di rumah ini, ya...kalau kau tidak takut akan hantu...haha"

Seoang wanita paruh baya menghampiri ku dan memberikan kunci rumahnya. Dia Esteban, pemilik rumah tua ini. Dia mengizinkan ku mengontrak rumahnya hanya untuk sementara. Dengan harga yang sangat murah, ku harap bisa bertahan dua tahun!

"A-apa katamu...? Hantu..?? Apa maksud anda...?" ucapku heran.

Sebenarnya aku tidak percaya dengan hantu, aku tidak mempedulikan ucapan Esteban, memutar kunci, membuka pintu kunci yang sangat berat, lalu masuk ke rumah. Sepertinya rumah ini terlalu tua, sampai-sampai tubuhku hampir roboh hanya dengan membuka pintunya.

"Ayo Tommy, kau harus segera tidur siang...ibu akan memanggilkan pengasuh untukmu ketika ibu bekerja" kataku sambil menuntun tangan Tommy ke tempat tidur.

"Fiuuhh...cukup nyaman bagiku..." aku bergumam menyenangkan diriku sambil menuangkan secangkir teh, dan menarik laptop ku dari tas ku, dan memulai mengayunkan tanganku untuk menulis novel. Pekerjaan ku ialah penulis novel romansa, sudah sepuluh tahun aku menjalani pekerjaan ini dengan gaji yang pas-pasan. Tapi aku sangat mencintai pekerjaan ku.

Aku mencoba menelefon Nancy yang biasanya bertugas sebagai pengasuh untuk anak ku, tapi hari ini dia tidak bisa datang, dan terpaksa aku sendiri yang harus mengurus Tommy di sela-sela pekerjaanku.

"Moommyyy....aku lapar...aku mau snak..." sahut Tommy dari kamarnya.

Aku lupa bahwa ini adalah jam makan siang untuk Tommy, aku segera bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan siang Tommy. Bulu kudukku merasa tidak nyaman, ketika menghampiri dapur yang gelap, samar-samar ku lihat ada sesosok pria tinggi besar berwarna hitam mengawasi ku dari jendela luar dapur.

"Si-siapa itu..?? Apakah ada orang di situ..??" tanyaku gemetaran.

Sejenak terpikir bahwa itu adalah tetangga yang ingin menyapaku dari luar sana, tapi ketika ku nyalakan lampu dapur, dan ku buka jendela, sosok itu telah menghilang. Ahh, mungkin saja itu hanya orang yang iseng, fikirku...aku pun melanjutkan membuat roti isi untuk Tommy. Waktu aku mengantarkan makanan untuk Tommy, tiba-tiba ku dengar Tommy berbicara sendiri, dan bahkan ia seperti bersenda gurau dengan seseorang. Aku yang merasa keheranan segera menghampiri Tommy.

"Tommy...sedang apa kamu? Momy lihat kamu tertawa dan berbicara sendiri.. "

"Momy...aku punya teman baru.. lihat, di sana! Namanya Sarah! Dia cantik kan??" ucap Tommy sambil mengayunkan telunjuknya ke arah toilet.

"A-apa..?? Apa maksud mu?? Teman..? Tapi Momy tidak melihat apa-apa, sayang..."

"Di situ momy....dia suka bersembunyi di toilet...dia pemalu...rambutnya panjaang sekali...dia cantik, tapi agak pucat..."

Mendengar hal ini, aku sedikit merinding, bulu kudukku kembali berdiri. Aku langsung menutup pintu toilet, dan duduk di dekat Tommy. Aku berpikir apakah Tommy punya teman imajinasi... ? Seperti yang ku baca di buku, bahwa terkadang anak kecil mengarang kepada dirinya bahwa dia punya teman imajinasi. Aku mencoba menenangkan diri ku, dan ku coba berbicara kepada Tommy.

"Tommy sayang...apa kau punya teman imajinasi...? Seperti apa teman imajinasi mu itu...?"

"Kenapa momy tidak langsung berkenalan saja...? Dia ada di belakang mu..."

"A-apa...?"

Jantung ku berdegup kencang setelah apa yang aku lihat dengan mata kepala ku sendiri. Seorang hantu anak kecil berwajah pucat penuh darah, rambut yang acak-acakan, dan ia mengenakan baju dress panjang, serta boneka teddy bear lusuh di tangan kanannya. Dia tersenyum iklas ketika mata kami bertatapan, dan dia mengatakan...

"Hai...aku Sarah...kenapa kau mati...?" katanya pelan.

"KYAAAAHHHH!!!" teriakku ketakutan, sambil menggendong Tommy keluar rumah. Aku sebenarnya tidak percaya dengan hantu, tapi apa yang aku lihat ini benar-benar mengejutkanku!

"Mommy....kenapa kau lari melihat Sarah..??" tanya Tommy keheranan.

Aku mencoba menenangkan diri ku sendiri berkali-kali. Benar kata Esteban, kalau rumahnya ini terdapat hantu yang menguasai rumah tua tersebut. Tak layak juga harganya sangat murah.

"Momyyy...ayo masuuk...aku sudah lapar..."

Aku sudah pasrah jika rumah yang dihuninya memang benar-benar berhantu, karena aku butuh tempat tinggal untuk ku, dan untuk anak ku.

Waktu malam hari, ialah waktu teror itu di mulai. Ketika aku menidurkan Tommy, aku mendengar ada bunyi langkah kaki yang membuat suara denyitan lantai kayu, semakin membuat aku merinding. Suara piano yang terus berbunyi merdu, seakan-akan ada seseorang yang memainkannya di tengah malam. Aku sudah tidak menemui hantu anak kecil itu sejak tadi sore, pikirku akan aman sejenak...tapi, suara-suara itu mengerikan...mencekik bulu kuduk ku. Aku yang tak bisa tidur nyenyak mendengar suara tersebut, ku coba pergi ke arah suara itu berasal. Ku tinggalkan Tommy yang terlelap di ranjangnya, dan ku buka pintu kamarku pelan-pelan. Aku mulai menginjakkan tangga demi tangga di lantai atas. Jantungku yang dari tadi berdegup kencang, detakannya semakin kencang ketika ku sampai pada sumber suara tersebut. Aku melihat penampakan wanita melintas dengan cepat di antara koridor yang gelap gulita. Aku tak sempat melihat dengan detail sosok itu, karena ruangan yang sangat gelap

"Victor...Victor Krum..!"

Suara yang ku dengar senyap-senyap dari arah kamar yang di lewati sosok penampakan wanita itu. Sebenarnya nyaliku ciut untuk masuk dan mengecek ke dalam kamar yang ku dengar suara aneh tersebut, tapi ku beranikan diriku untuk memasuki kamar itu.

"BRAKK..!! BRAKK!! BRAKK!!"

Aku kaget bukan main dengan apa yang ku lihat. Benda-benda di kamar tua itu bergerak sendiri ke sana-kemari dan melayang ke udara. Seakan-akan benda-benda itu di tiup angin topan dan menerbangkannya ke arah koridor.

"Hilaaaang...Hilaanng..."

Lagi-lagi suara misterius mengerikan di kamar itu muncul, tapi kali ini aku tidak melihat seorang pun. Aku beralih ke koridor untuk mengecek piano yang dari tadi terus berbunyi. Dengan secepat kilat, sosok wanita tua itu muncul, dan dia bergerak cepat menembus dan melewatiku dengan wajahnya yang pucat mengerikan, menganga, dan rambutnya yang menutupi wajahnya. Aku sempat terjungkal karena shock, tidak ku sangka-sangka penampakan itu muncul lagi di depan mataku, dan melewatiku begitu saja, seperti ia tidak melihatku. Suara piano yang sangat kencang, kudengar sudah menghilang, bersama suara langkah kaki yang berat.

"BRAKKK!!"

Suara pintu yang tiba-tiba tertutup sendiri secara mengerikan. Padahal tidak ada siapa-siapa yang menutupnya. Nyali ku benar-benar ciut ketika ku lihat dan dengar lampu ruangan koridor yang jatuh ke lantai dengan aneh.

"PRANKKK!!"

Tanpa pikir panjang aku mengambil langkah seribu, berlari ke kamar Tommy dan mengunci pintu kamar.

"Haaah...haaah...rumah ini benar-benar sudah gila!!" benakku kesal.

Mataku tertuju pada buku tua yang berada di dekat lemari kamar. Buku itu bertuliskan "Riwayat keluarga Laville". Dengan rasa penasaran, kubuka buku tua itu dan ku melihat banyak sekali foto-foto keluarga. George Laville, Grace Laville, dan Sarah Laville. Mataku terbelalak ketika melihat nama Sarah Laville dan fotonya di buku itu. Hantu gadis cantik yang membuatnya merinding setengah mati, ia lihat dalam buku itu wajahnya amat cantik dan terlihat seperti gadis normal. Terbesit pikiranku, bahwa ini adalah keluarganya. Mungkin mereka tewas di bunuh di rumah ini, dan hantunya bergentayangan. Pintu toilet yang tadi aku kunci rapat, kini terbuka sendiri, dan lagi-lagi muncul arwah hantu gadis cantik bernama Sarah itu. Hantu gadis itu muncul dari toilet, dan ia berjalan ke arah ku.

"Maafkan ibu ku...dia memang pemarah dan temperamental..." katanya lembut.

"Kau sudah menemukan album foto kami...? Sebenarnya ada sesuatu yang ingin ku beritahu padamu, Wendy...." ia menjulurkan tangan kirinya ke arah Wendy.

"Sentuhlah tangan ku..."

Aku masih ketakutan dengan sosok hantu Sarah itu. Namun dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting padaku. Dengan tangan yang gemetaran aku meraih tangan Sarah, dan menyentuhnya.

"SHIINNGGGG....!"

Cahaya putih keperakan menyeruak memenuhi ruangan. Tubuhku seperti tertarik ke dalam cahaya aneh itu. Setelah cahaya itu pudar sedikit demi sedikit, ku lihat sosok Sarah yang mengerikan, kini ia tampil sangat cantik. Ia seperti terlahir kembali, seperti hidup kembali dalam tubuh anak kecil yang cantik dan mungil. Rambutnya yang tadi awut-awutan menutupi wajahnya, kini rambutnya diikat cantik, dan ia nampak bersih. Ku lihat juga seorang pria dan wanita berdiri di samping Sarah. Mereka terlihat seperti di foto album yang aku temukan. Apa maksudnya ini?? Apa mereka orang tua Sarah?? Tapi kan...mereka hantu...?? Sarah bertanya dan memandangku dengan penuh penasaran.

"Jadi...kalian ini siapa...?? Kenapa kalian bisa mati..??"

***SELESAI***