Chereads / Waktu Kita / Chapter 3 - Bab 3. Rinai & Raka

Chapter 3 - Bab 3. Rinai & Raka

"Kita dipertemukan berkali-kali namun belum ada yang menyebutkan nama, apakah takdir selucu ini atau waktu memberikan kita banyak ruang"

Rinai sedang menunggu bus di halte depan sekolah, ia sudah menunggu 15 menit dan waktu telah menunjukkan pukul 16.45. Rinai memeprhatikan jam yang terpasang di tangan kirinya.

"Udah mau sore tapi kenapa bus belum ada yang lewat juga sih" Keluhnya kesal.

***

Raka saat ini sedang latihan basket bersama teman-temannya, ia dia adalah tim basket SMA NUSA BANGSA. Entah ini adalah sebuah kebetulan eskul basket dan PMR berada di jadwal yang sama tanpa mereka sadari.

"Oke gais makasih ya buat waktunya, untuk anggota baru ditunggu aja pengumuman siapa yang bakal lolos nanti. Buat seleksi cukup buat hari ini." Pengumuman dari Vano salah satu anggota tim basket senior.

"Kalian boleh pulang sekarang" ucap Raka.

"Oke kak, Makasih" seru mereka bersamaan.

Raka berjalan di ruang ganti untuk mengganti pakaian menjadi seragam sekolahnya.

"Ka, lo langsung pulang apa mau nongkrong dulu di kafe biasa?"

"Pulang, gue duluan"

"Ati-ati Ka, jangan terlalu irit ngomong" ucap Bastian pada Raka sebelum benar-benar keluar dari ruang ganti.

***

Raka berjalan ke parkiran menuju mobil kesayangannya. Memasuki mobil menjalankannya keluar dari gerbang sekolah dan tanpa sengaja ia bertemu dengan gadis yang tadi pagi ia tolong yang tak mengucapakan kata apapun. Mobil Raka mendekati tempat gadis itu berada.

"Heh cewe gatau terimakasih" sapa Raka pada gadis itu yang sedang menunggu di halte depan sekolah.

Gadis itu mengernyit seperti pernah bertemu tapi tak kenal siapa yang menyapanya "siapa yang lo maksud? gue?" tanyanya sambil menunjuk diri sendiri.

"Iyalah siapa lagi cewe disini cuma lo doang yang lagi nunggu" ucap Raka sambil keluar dari mobil untuk mendekati gadis itu.

"Nyolot banget sih lo baru ketemu sekali juga udah nyebelin"

"Lo ga inget sama orang yang udah nyelametim lo"

"Gue ga pernah minta lo selametin"

"Gue bakal jadi penyelamat lo untuk kedua kalinya sekarang, ayo gue anterin pulang"

Gadis itu memandang aneh laki-laki yang tingginya kira-kira 180cm ini, dia tampan, dan kulitnya putih bersih yang sedang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Seharian ini mereka sudah beberapa kali bertemu namun tidak ada yang mengetahui nama masing-masing.

"Ada angin apa lo mau nganterin gue? mau macem-macem ya lo?" Tuduh Rinai pada laki-laki tinggi di depannya.

"Gausah suudzon lo sama gue, tadi pagi aja gue yang nolongin lo. Kenalin nama gue Raka, nama lo siapa? tenang lo gausah kepedean gua ajak kenalan biar lo ga curiga lagi sama gue" jelasnya pada Rinai.

"Gue Rinai, ini serius lo mau nganteri gue? ga minta imbalan kan lo? gue males sama orang yang ga ikhlas".

"Engga, udah ayo lama banget lo mikirnya Rin". ucap Raka sambil menarik tangan Rinai untuk memasuki mobilnya detik berikutnya mobil berjalan meninggalkan area sekolah menuju rumah Rinai.

Sepanjangan perjalanan tidak ada obrolan sama sekali dari dua manusia yang berbeda jenis yang sedang berada di satu mobil yang sama kecuali suara musik yang telah Raka nyalakan sedari tadi.

"Kenapa nih cewe cantik banget sih" batin Raka sambil sekali-kali mencuri pandang ke arah Rinai yang sedang memperhatikan jalan lewat kaca mobil.

Tiba-tiba suara Raka memecah keheningan. "Rumah lo di mana?".

Suara Raka mengembalikan kesadaran Rinai dari lamunannya.

"Rumah gue jalan anggrek nanti setelah 3 belokan lo lewatin pas di belokan ke 4 lo belok kiri" jawab Rania.

"Oke" tetap melajukan mobilnya mengikuti arahan dari Rania.

Tanpa mereka sadari ternyata sudah sampai di jalan yang tadi di tunjukkan oleh Rania.

"ini kemana lagi kalau udah beli kiri?" Tanya Raka.

" Udah gue turun disini aja" ucap Rania

"Eh jangan dong gue anterin sampe depan rumah lo"

"Ga usah gue mau turun disini" tolak Rania sambil ingin membuka pintu mobil yang masih terkunci.

"Oke gue bakal anterin lo sampe sini tapi gue mau minta nomor telpon lo"

Rania menoleh ke arah Raka dengan pandangan bertanya dan keheranan "buat apa lo minta nomor gue?" tanya Rania.

"Buat kenalan sama calon sahabat gue, emang gaboleh? kalo lo gamau yaudah gausah turun sekalian" jawab Raka sambil menyerahkan handphonenya kepada Rania.

"Ngeselin banget lo ya nolongin orang pake pamrih Ka" ucap Rania sambil mengambil handphone Raka untuk mengetikan nomornya.

"Udah nih" ucap Rania menyerahkan handphone pada pemiliknya.

"Terimakasih sahabat, sampe ketemu besok" ucap Raka sebelum Rania keluar dari mobilnya"

***

Keesokan paginya entah apa yang membuat Raka sangat bersemangat menjalani hari ini berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Rinai, ia seseorang yang kemarin diantar oleh Raka yang membuat Raka bahagia bertemu dengan sosok ini. Dia cantik, tapi agak sedikit jutek tapi kenapa ada getaran bahagia saat berapa di dekat dia. membayangkannya membuat dia tersenyum.

Hari ini Raka tidak ingin berangkat telat dia ingin berangkat lebih pagi sebelum gerbang sekolah ditutup. Sebelum berangkat Raka menyempatkan untuk mengirim pesan kepada Rinai yang kemarin belum sempat dia mengirim pesan.

Rin, jangan berangkat telat lagi gue tunggu lo disekolah. Kalo telat chat gue aja bakal gue bukain gerbangnya.

- Raka Semesta.

Begitulah kira-kira isi pesan Raka yang ia kirimkan kepada Rinai. Ia memutuskan untuk berangkat sekolah menggunakan mobil kesayangannya.

***

Rinai senang siap-siap ingin berangkat sekolah, ia tidak mau telat lagi karena pasti bundanya akan mengomel jika ia mendapat laporan kalo Rinai telat berangkat sekolah.

"Senja cepetan nanti kamu telat, jangan lupa makan dulu" teriak bunda Rinai dari ruang makan.

"Iya bunda bentar lagi senja siap" ucapnya sambil mengenakan tas punggungnya. Rinai Senja ketika dirumah ia akan di panggil senja oleh keluarganya berbeda ketika dia di sekolah akan selalu di panggil Rinai memang itu awalan namanya Rinai Senja gadis yang di besarkan oleh keluarga yang tidak sempurna.

Rinai selama kecil hanya meresakan kasih sayang bundanya. Wanita yang telah berjuang keras mempertaruhkan hidupnya untuk Rinai bisa bernafas dan merasakan dunia yang bertambah dewasa terasa rumit.

Rinai Senja hidup bersama bundanya dan kakaknya yang sekarang sedang kuliah jurusan teknik arsitektur di luar kota. Rinai sekarang di rumah hanya bersama bundanya, besar tanpa kasih sayang seorang Ayah membuat Rinai menjadi gadis yang kaku. Namun tak penting bagi Rinai ada atau tidak Ayahnya rasanya akan tetap sama dia akan sendirian.

Hidup Rinai hanya untuk kebahagiaan bundanya, Rinai ingin menjadi orang sukses kelak hanya untuk membahagiakan bundanya. satu-satunya orang yang paling berarti adalah bundanya.

"Cepet Senja dimakan sarapannya abis itu berangkat jangan sampe telat" ucap Kanaya bunda Rinai.

"Iya bunda" ucap Rinai sambil memakan sarapannya.

Setelah Rinai selesai memakan sarapannya, ia pamit pada bundanya untuk berangkat sekolah.

"Senja berangkat ya bunda" pamit Rinai menyalimi tangan Kanaya.

"Iya hati-hati kamu"

"Assalamualaikum bunda"

"Waalakumsalam"

***

Terimakasih telah membaca cerita ini, semoga kalian suka.