USA, Amerika
18.55 PM
"Terima kasih sudah mengantarkan aku pulang. Kalian hati-hati ya di jalan. Sampai jumpa lagi Frans" pamit Charlina sambil tersenyum manis ke arah Sean dan Frans yang dibalas senyuman balik oleh Frans, kecuali Sean. Ia hanya berdehem pelan lalu menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Charlina.
Charlina langsung saja memasuki rumahnya karena ia sangat lelah. Baru 7 langkah yang ia jalani, tiba-tiba ada suara dengan nada yang agak berat memanggilnya. Charlina menurut saja. Ia berbalik arah yang tadinya ingin pergi ke kamarnya menjadi ke ruang makan.
Saat ia sampai di ruang makan, ia melihat 3 orang lain selain keluarganya. Setelah dipastikan, 3 orang itu adalah pacarnya, Hayden Scott, beserta ayah dan ibu dari Hayden.
"Ada apa ini?" tanya Charlina bingung sambil memandangi satu per satu semua wajah orang-orang yang ada dihadapannya.
"Charlina, jawab dengan jujur. Apa benar kau sering meminta barang-barang yang mahal kepada Hayde?" tanya ayahnya balik.
Charlina mengerutkan kedua alisnya.
'Sejak kapan aku pernah meminta barang-barang mahal darinya? Disaat aku ingin dibelikan dessert saja ia tak mau membelikannya' pikirnya heran.
Memang benar adanya, selama ia berpacaran dengan Hayden, ia tak pernah meminta pacarnya itu untuk membelikannya barang-barang bagus apalagi yang mewah dan mahal. Jangankan itu, ia minta dibelikan dessert yang murah saja tak pernah dibelikan.
"Tentu saja tidak ayah, mungkin ayah salah paham. Aku bahkan tidak pernah memintanya untuk membelikan ku sesuatu, apalagi barang-barang bagus dan mewah. Aku masih punya harga diri ayah" jawabnya cepat. Ia sedang membantah perkataan ayahnya tadi.
"Salah paham bagaimana maksudmu? Jelas-jelas Hayden berkata kau selalu bersikap manja kepadanya dan memintanya membelikanmu barang yang mahal, dan sekarang kau membahas soal harga diri?! Setelah apa yang kau lakukan ini kau masih berkata jika kau memiliki harga diri?!"
Sekarang ayahnya benar-benar marah sekali. Bahkan ibu dan adiknya saja sampai menenangkannya. Charlina tak pernah melihat ayahnya sampai semarah ini sebelumnya.
"Tapi aku berkata jujur ayah! Tanya saja kepada Hayden" jawab Charlina menentang sambil menunjuk ke arah Hayden. Ia melihat sekilas ke arah Hayden untuk meminta penjelasan. Tapi yang ia dapatkan sekarang malah Hayden yang sedang tersenyum sinis ke arahnya. Tentu saja hal ini membuat Charlina sadar. IA SEDANG DIFITNAH!
"Hayden, kenapa kau tidak memberi tau kepada mereka jika itu tidak benar? Apa kau benar-benar sayang padaku?" tanya Charlina sambil sedikit memelas ke arah pacarnya itu.
"Maafkan aku Charlina, tapi aku sudah mengatakan yang sejujurnya pada mereka bahwa kau adalah orang yang tamak dan serakah akan uang" kata Hayden sambil berpura-pura sedih. Padahal didalam hatinya ia sudah senang sekali.
"Karena anak kami tidak mungkin berbohong, jadi maaf, kami akan membatalkan pertunangan Hayden dengan Charlina sekarang. Kami tidak ingin memiliki menantu yang tamak dan serakah" jawab ibu Hayden sambil melihat ke arah Charlina dengan tatapan benci dan sinisnya.
"Lihatlah, kau sudah mempermalukan keluarga kita sekarang. Apa kau mau bisnis yang ku bangun menjadi bangkrut hanya karna perbuatanmu ini?!" sekarang ibunya Charlina lah yang memarahinya.
Charlina yang tidak bisa menahan semua ini dengan segera melangkah keluar rumahnya dan memesan taksi. Sekarang yang ia butuhkan adalah hiburan bagi dirinya sendiri melalui minum minuman beralkohol. Ya, tepatnya ia akan pergi ke bar.
Setelah sampai di bar, ia turun dari taksi itu kemudian masuk ke dalamnya. Ia melihat banyak sekali orang-orang kaya yang sedang berada disana. Terlebih lagi dengan banyaknya wanita yang meliuk-liukkan badannya di lantai dansa.
Charlina memesan segelas vodka lalu meneguknya tanpa sisa. Ia sangat sedih hari ini. Padahal jika pertunangannya dengan Hayden pacarnya berjalan lancar, maka keluarganya pasti akan mendapatkan bantuan dana untuk bisnisnya dalam jumlah yang besar. Dan lagi, ia sangat mencintai Hayden.
'Tapi kenapa Hayden harus melakukan hal seperti ini?' tanya Charlina dalam hati. Ia sangat stress sekarang. Yang awalnya ia mencintai Hayden, mungkin sekarang akan mulai berubah. Charlina bertekad akan melupakan pacar yang sudah ia anggap menjadi mantannya itu perlahan-lahan. Ia sangat benci dengan orang yang suka memfitnah orang lain, termasuk Hayden.
Charlina sekarang mulai terlihat linglung, mungkin karena pengaruh alkohol yang diminum nya tadi. Ia sudah meminum lebih dari 5 gelas vodka tanpa ia sadari. Ia mulai berjalan menuju parkiran luar bar untuk memesan taksi agar ia bisa pulang.
Selama ia berjalan menuju ke luar bar, ia sama sekali tidak melihat ke arah depannya. Ia sedari tadi hanya melihat ke bawah. Wajar saja, itu adalah gerak-gerik orang mabuk. Tanpa kesadaran yang cukup, ia telah menabrak seseorang yang kelihatannya lebih tinggi darinya. Ia ingin melihat siapa orang yang sudah ia tabrak itu, tapi pandangannya sekarang sedang buram.
'Ah, gara-gara pengaruh alkohol sialan mataku jadi buram begini' pikirnya kesal.
"Apa kau tidak apa-apa?" Tiba-tiba muncul suara yang agak berat dari arah depannya. Suara itu terasa familiar baginya. Charlina berpikir sebentar, ia merasa ia mengenal suara berat ini, tapi siapa orangnya? Setelah lama ia berpikir akhirnya muncul satu nama didalam otaknya. Sean Bevington. Suara pria dihadapannya ini persis dengan suara milik Sean yang ia temui sore tadi.
"A-apa itu kau Sean?" tanya Charlina memastikan. Ia tidak ingin salah orang.
Lelaki itu hanya berdehem untuk memberi jawabannya. Sudah bisa Charlina pastikan jika deheman dan suara berat itu adalah milik Sean.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanyanya lagi.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku" jawabnya sambil tersenyum.
"Kau sedang ada apa-apa sekarang. Mari, akan kuantar kau pulang" tawar Sean sambil mengeluarkan kunci mobil sport nya itu.
"Tapi aku-"
Saat Charlina ingin menjawab, suaranya dipotong oleh suara Sean.
"Di jam segini biasanya taksi akan penuh semua" kata Sean mantap sambil membawa Charlina ke mobilnya, sedangkan Charlina hanya bisa tersenyum karenanya.
Karena langkah kaki Charlina yang sangat kecil dan lambat, Sean yang tidak ingin berlama-lama langsung menggendong Charlina ala bridal style. Tentu saja Charlina terkejut. Tapi mau gimana lagi, ia sedang tak memiliki tenaga yang cukup untuk melawan.
~o0o~
"Terima kasih karena sudah mengantarkan ku untuk kedua kalinya hari ini" ucap Charlina ramah yang dibalas deheman lagi olehnya. Mobil itu pun melaju meninggalkan Charlina yang masuk berdiri didepan gerbang rumahnya.
Charlina memutuskan untuk masuk saja ke dalam rumahnya dari pada ia menunggu hal yang tidak pasti diluar.
Pintu rumahnya mulai terbuka menampilkan ayah dan ibunya yang memasang ekspresi marah dan kecewa terhadapnya. Charlina yang hari ini sudah sangat lelah tak menggubris panggilan-panggilan dari kedua orang tuanya itu. Ia memilih untuk menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya.
'Hah, hari yang panjang' batinnya sebentar, setelah itu ia langsung terlelap ke dunia mimpinya tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu.
~o Bersambung o~