USA, Amerika
08.45 AM
Malam telah berganti pagi, dan kini Charlina sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantornya. Ia memoleskan sedikit 𝘮𝘢𝘬𝘦 𝘶𝘱 di wajahnya. Polesan yang ia buat cukup sederhana, hanya bermodal bedak dan 𝘭𝘪𝘱𝘵𝘪𝘯𝘵 tipis. Memang dari dulu Charlina kurang suka memakai 𝘮𝘢𝘬𝘦 𝘶𝘱. Katanya memakai 𝘮𝘢𝘬𝘦 𝘶𝘱 hanya akan membuat wajahnya terasa berat dan gatal.
Setelah ia selesai berdandan, ia pun keluar dari rumah menuju mobilnya. Disaat ia akan sampai ke lantai 1 rumahnya, ia dicegat oleh ibu dan kakaknya. Mereka hanya memandangi Charlina tanpa mengatakan apa pun. Tapi dari sorot mata ibunya, ia bisa menyimpulkan jika ibunya masih marah dan kecewa terhadapnya. Sementara kakaknya menatap dengan sorot mata yang hangat sambil tersenyum kecil.
"Maaf ibu, aku pergi kerja sekarang. Bisakah ibu bergeser sedikit?" tanya Charlina halus. Namun sepertinya ibunya tidak mau bergerak sedikitpun dari hadapannya.
"Ibu, aku sedang buru-buru sekarang. Aku tidak ingin terlambat kerja" katanya lagi.
"Untuk apa kau bekerja jika keuntungan keluarga kita masih sama saja, bahkan mungkin berkurang dari biasanya?! Seharusnya kau mencari calon suami yang kaya raya agar kita semua bisa bahagia!" balas ibu Charlina.
Tentu Charlina terkejut, tapi ia tak mungkin melawan ibunya sendiri. Ia pun memilih diam dan segera beranjak dari sana.
Di perjalanan menuju kantornya, kakaknya yang tadi menemani ibunya mengirimkan pesan. Charlina membuka pesan itu dan membaca kata-kata yang ada didalamnya.
𝘊𝘩𝘢𝘳𝘭𝘪𝘯𝘢, 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘬𝘢𝘵𝘢𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘶. 𝘐𝘣𝘶 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘦𝘤𝘦𝘸𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶. 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘢𝘥𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨𝘮𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢.
Charlina tersenyum saat membaca pesan itu. Ah, kakaknya memang yang paling mengerti dirinya. Sesaat setelahnya, muncul lagi pesan dari kakaknya.
𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘶𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯, 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘭𝘦𝘭𝘢𝘬𝘪 𝘭𝘢𝘪𝘯 𝘢𝘨𝘢𝘳 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘺𝘥𝘦𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘮𝘶. 𝘒𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶.
Setelahnya Charlina tersenyum kembali. Bahkan senyumannya saat ini lebih lebar dari sebelumnya. Kakaknya memang sangat pengertian! Tak salah jika Edward, pacar kakaknya menyukai kakaknya itu.
Akibat terlalu fokus oleh pesan dari kakaknya, Charlina sampai tidak sadar jika ia telah sampai di kantornya. Dengan segera ia turun dari mobilnya dan memasuki kantornya karena ia sudah hampir terlambat.
~o0o~
Sudah 7 jam ia menghabiskan waktu di kantornya, sekarang ia sedang dalam perjalanan pulang. Di perjalanan, ia teringat perkataan ibunya tadi pagi.
'Apa aku harus mencari calon suami sekarang? Bahkan umurku masih 21 tahun' batinnya agak risih.
Tiba-tiba ia teringat pesan dari kakaknya tadi. Charlina yang tadinya risih mengubah raut wajahnya segera. Ia menjadi senang sekarang. Senang karena masih ada yang membelanya disaat yang lain malah kecewa padanya. Kakaknya memang yang terbaik!
Setelah sampai di rumahnya, ia lalu memarkirkan mobilnya di garasi rumah dan segera masuk ke dalam. Tapi sebelum masuk, ia ada mobil lain disana. Dan mobil itu familiar baginya. Itu adalah mobil... Hayden! Charlina segera masuk ke rumahnya dengan wajah yang panik bercampur takut. Takut jika Hayden akan memfitnahnya lagi.
Baru saja ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, tiba-tiba ibunya melemparkan sebuah koper yang agak besar didepannya. Charlina lalu melihat semua orang dengan tatapan yang heran, seakan-akan ia sedang bertanya apa ada yang salah lewat tatapannya.
"Charlina! Sudah puas kau mempermalukan semua anggota keluargamu sekarang? Sebaiknya kau pergi dari rumah ini sekarang juga!" teriak ayahnya.
"Ayah, ada apa ini? Apa aku melakukan kesalahan? Tapi aku sama sekali tidak ingat jika aku pernah melakukan kesalahan yang fatal" sahut Charlina dengan nada suara yang bergetar. Ia takut sekali sekarang.
"Kau tidak tau apa salahmu? Baiklah, sebaiknya kau lihat vidio ini" kata ayahnya sambil menyodorkan sebuah laptop mahal yang pastinya adalah milik keluarga Hayden.
Di vidio itu terlihat jika ada seorang wanita yang memasuki kamar apartemen Hayden dengan pakaian yang sangat minim dan sepertinya perempuan itu sedang mabuk. Tapi jika dilihat sekilas, postur tubuh dan rambutnya sangat mirip dengan Charlina, hanya saja wajahnya tidak kelihatan. Pantas saja mereka marah, mereka salah paham!
Setelah vidio itu selesai, semua orang yang ada di ruangan itu langsung menatap sinis ke arah Charlina, kecuali kakaknya dan adiknya.
"Huftt, ayah, ibu, kalian salah paham. Wanita itu bukan aku. Jika dilihat sekilas kami memang mirip, tapi jika dilihat lebih baik kami orang yang berbeda! Bukankah Hayden ada didalam apartemennya saat itu? Seharusnya ia tau siapa wanita itu" jelas Charlina panjang. Tapi tetap saja tidak digubris oleh keluarganya.
"Itu tidak benar. Jelas-jelas wanita itu adalah kau. Kau memasuki kamar apartemenku untuk mengajakku tidur bersama dalam keadaan mabuk"
Sepertinya Charlina tetap saja salah di mata mereka. Mereka tetap menuntut Charlina dan membela Hayden. Elise, kakak dari Charlina yang sudah jengah dengan keadaan seperti ini langsung saja membelaku.
"Ayah, ibu, aku yakin jika Charlina tidak bersalah! Mungkin itu hanya wanita lain yang mirip dengannya. Tapi berkata itu adalah dirinya, kenapa? Bukankah Hayden saat itu sedang mabuk juga? Seharusnya orang yang mabuk tidak bisa melihat dengan jelas jadi belum tentu orang itu adalah Charlina. Asal kalian tau, Charlina bukan wanita murahan yang matre seperti itu!" teriak Elise sambil mengeluarkan unek-uneknya.
Keluarga Charlina dan keluarga Hayden pun akhirnya terdiam. Mungkin mereka sedang memikirkan perkataan Elise yang tentu ada benarnya.
"Ya walaupun begitu, aku satu-satunya orang yang melihat wanita itu secara langsung, jadi mana mungkin aku salah lihat" sanggah Hayden tegas.
Karena mulai terpengaruh perkataan Hayden lagi, keluarga mereka pun melanjutkan aksi mereka yang merendahkan Charlina.
Setelah melewati perdebatan yang sangat panjang, akhirnya Charlina pun menurut saja diusir dari rumahnya. Awalnya Elise ingin ikut juga, tapi Charlina dan keluarganya melarangnya.
Charlina pun pergi menggunakan mobilnya. Entah kemana tujuannya sekarang. Menurutnya yang penting adalah mobil, hp, pakaian, dan dompetnya masih ada padanya. Setidaknya ia masih bisa bertahan hidup.
Ditengah perjalanan, ponselnya mulai bergetar pertanda jika ada yang menghubunginya. Ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Tapi yang ia lihat hanyalah deretan angka-angka yang tertera di ponselnya. Charlina pun menerima panggilan tersebut.
"Halo?" sapa Charlina ramah.
"𝘒𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨"
"... Sean? Apa ini kau?" tebak Charlina dari suaranya.
"𝘏𝘮𝘮𝘮, 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘶" tanya Sean lagi.
"Memangnya ada apa?" tanya Charlina balik.
"𝘍𝘳𝘢𝘯𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘥𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪" jawabnya.
"Ohh, aku diusir dari rumah itu. Sekarang aku sedang menuju hotel ***. Kemarilah jika kalian mau" balas Charlina sambil tersenyum, walaupun ia tau jika Sean dan Frans pasti tidak bisa melihatnya.
Sambungan itu diputuskan secara sepihak oleh Sean. Hampir saja Charlina ingin mengumpati Sean, hanya saja ia menahannya.
Charlina kembali berpikir, kenapa setiap ia mengalami masalah Sean selalu muncul? Padahal mereka baru bertemu 3 hari yang lalu, tapi Charlina menyimpulkan jika Sean tidak seburuk yang dibicarakan oleh orang lain. Sean sangat baik padanya. Charlina pun kembali tersenyum karenanya.
~o Bersambung o~