Goyangan binal tubuh panas milik Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki kini tak hanya telah menggoyang ranjang dengan begitu hebatnya, tapi juga telah mampu untuk menggetarkan hati Myradhia Chikane yang sedang menonton persenggamaan kedua insan yang telah bermandikan nafsu birahi tersebut dengan mata yang berbinar – binar terbuka lebar.
Api hasrat nafsu yang telah berkobar – kobar penuh gairah dapat terlihat dengan jelas menjilat – jilat dengan begitu liar dalam tatapan mata sang gadis yang sedang menonton adegan khusus dewasa yang tersaji di hadapan matanya kini.
Myradhia Chikane yang sedang terduduk di atas kursi di samping ranjang yang tidak sampai satu meter jaraknya dari Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki yang sedang asyik dengan khidmat memadu kasih sembari mengadu kelamin dengan begitu binal penuh gairah birahi merasa gelisah geli – geli basah melihat tontonan yang tersaji di hadapan dirinya.
Dan tidak hanya Myradhia Chikane seorang diri saja, bahkan para Dewa – Dewi, Asmadhi The Sovereign of OverGods, Kiseki The Goddess of Brilliant Miracles dan Chikane The Goddess of Myriad Flowers beserta seluruh selir – selir mereka yang berkumpul di Harem Palace juga ikut merasa birahi.
Hingga akhirnya Asmadhi yang selalu jujur akan hasratnya sendiri pun dengan penuh nafsu memeluk kedua istrinya, Kiseki dan Chikane dan menggagahi serta menggauli mereka berdua secara bergantian di tengah Taman Ilahi miliknya.
Tak puas hanya sampai disana, Asmadhi dalam sekejap juga membelah bayangan dirinya hingga mencapai lima laksa (lima puluh ribu) bayangan belahan diri sebelum bayangan – bayangan tersebut menyerbu Istana Selir miliknya untuk bercumbu dan bercinta dengan berlaksa – laksa selirnya yang ada di dalam Harem Palace sekaligus secara simultan dalam waktu bersamaan.
Erangan panas nan binal serta raungan penuh gairah pun dapat terdengar jelas dengan cetarrrr membahana menggelegar memenuhi seisi Alam Dewa milik Asmadhi hingga gemanya sanggup mencapai tempat – tempat terjauh dan bahkan sedikit tembus menyeruak ke alam – alam Ilahi di sekitar yang berdekatan dengan Alam Dewa miliknya.
Hari itu juga...., Delapan Juta Dewa – Dewi di alam lain harus pasrah menghela nafas mereka saat mereka mendengar suara binal nan ganas yang membangkitkan birahi yang dengan jelas berasal dari mana.
Tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan apa – apa terhadap makhluk yang ranahnya sudah melampaui tingkatan Dewa Sejati ini, para Dewa – Dewi lain pun memilih untuk memalingkan mata dan pura – pura tidak mendengarkan saja apa yang dengan jelas mereka tangkap dengan telinga mereka.
Meskipun ada juga, segelintir Dewa – Dewi yang malah ikut bercumbu ria dengan penuh hasrat, terstimulasi oleh suara – suara basah nan menggoda yang terus menerus menyerang telinga mereka....
Ok, mari kita kembalikan sudut pandang kita kembali ke Jagat Mayapada.....
"Akkkh... Aaaakkkhhh.... Aaaahhhkkk...!!!! Ah Ah Ah Aaaakkkhhh..!!!"
Suara – suara erangan nakal nan binal yang begitu menggairahkan jiwa dapat terdengar dengan jelas keluar dari mulut Faladhina Kiseki, yang membuat Vivadhi Ranata menjadi semakin bersemangat dengan penuh hasrat birahi untuk terus menggempur lubang cinta sang wanita yang dengan ganas menerima sodokan – sodokan tombak pusaka sang lelaki sambil menggenggam dengan sekuat – kuatnnya segenap batangan pembawa nikmat tersebut dengan dinding – dinding penuh otot dan urat syaraf yang membentang di sepanjang liang cinta sang wanita yang begitu ketat, hangat, dan basah.
"Lagi, lagi, lagi.... ah , ah , ah , akh , Aaaaaakkkhhhh!!!! Vivadhi Ranata , tuan..., aku cinta kamu!!!!" seru Faladhina Kiseki yang mulutnya telah mengeluakan berbagai macam racauan dengan keras sembari mencurahkan segala perasaan nikmat dan menumpahkan semua isi hati yang sudah diberikan oleh dirinya kepada sang lelaki yang telah mengambil keperawanan sang wanita.
Rangkulan tangan sang wanita kini tak hanya telah memeluk leher Vivadhi Ranata, tapi juga telah menjamah bahu dan punggung sang lelaki, yang membawa tubuh mereka berdua menjadi semakin menempel satu sama lain bagaikan sepasang ular sang saling membelit satu sama lain.
Bibir dan mulut Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki bagaikan sepasang ular di musim kawin yang terus menerus saling berpagutan saling menciumi, melahap dan mengulum lidah mereka satu sama lain.
Sementara itu, kedua selangkangan mereka berdua yang telah saling bertemu sedang bersatu padu, bergerak dengan begitu harmonis hingga mampu membentuk sebuah simfoni maestro dengan sinkronitas gerakan sodokan dan tarikan dari Vivadhi Ranata yang dengan teratur berirama diiringi oleh genjotan dan hantaman dari selangkangan Faladhina Kiseki yang begitu merdu, membuat kedua insan berbeda kelamin yang telah bersatu tubuh dan jiwanya dalam sebuah ikatan batin yang tercipta dari hubungan intim yang sedang mereka lakukan di atas ranjang ini semakin terbawa dalam kenikmatan seksual duniawi, terhempas ke dalam gelombang demi gelombang kenikmatan badani yang terus – menerus semakin dan semakin meninggi seolah ingin menenggelamakan tubuh dan pikiran, jiwa dan raga dari Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki yang sedang bercumbu memadu kasih mereka berdua di atas ranjang.
Sprei putih dengan noda merah yang menjadi bukti pemberian keperawanan Faladhina Kiseki kepada Vivadhi Ranata pun menjadi semakin kusut tatkala ranjang yang ditutupi oleh nya tak henti – henti nya berderit menahan gempuran dan pergumulan dahsyat penuh hasrat birahi dari Vivadhi Ranata dan Faladhina Kiseki.
Vivadhi Ranata dengan penuh nafsu terus menyodok – nyodokkan batang tombak nya yang telah menjadi begitu panas berkedut – kedut tanpa henti akibat menerima jepitan – jepitan dan remasan – remasan kuat dari lubang cinta milik Faladhina Kiseki yang terasa begitu kencang namun juga sangat licin sekali karena telah dilumasi oleh nektar cinta sang wanita yang keluar saat kegadisannya diambil oleh sang lelaki.
Sementara itu, Faladhina Kiseki dengan penuh semangat juga tanpa henti – hentinya menyebut – nyebut nama sang lelaki yang telah menjadi kekasih hatinya tersebut sambil terus membalas hantaman dan sodokan liar penuh nafsu yang mencoba meluluh lantakkan seisi liang cintanya dengan memberikan genjotan dan tekanan yang begitu kuat dengan mengkontraksikan dinding – dinding otot yang menutupi sepanjang jalan yang dilalui oleh batang tombak milik Vivadhi Ranata dalam usaha sang lelaki untuk terus menggempur bagian terdalam dari diri sang wanita yang sedang digagahinya saat ini.
"Ah ah ah ah! Ranata...! Vivadhi Ranata....!" Faladhina Kiseki semakin memperkuat rangkulan tangannya memeluk tubuh Vivadhi Ranata yang telah dengan begitu perkasa terus menggagahi sang wanita.
Tubuh bugil telanjang bulat sang wanita yang telah basah berpeluh keringat menebarkan aroma khas seorang wanita yang dengan begitu semerbak telah mengharumkan nama bangsa..., eh, maksud penulis..., mengharumkan seisi ruangan.
"Sebentar lagi.... Ranata.... Sebentar lagi aku rasanya mau muncrat... Ah Ah Ah Akh Aaaah Aaakhhhh Ah !!!!"
Sambil meracau penuh nafsu, Faladhina Kiseki memberi tahu sang lelaki yang juga sudah hampir mencapai puncak kenikmatan seksualnya yang dapat dengan jelas terasa dari sensasi kedutan – kedutan kuat yang berasal dari tombak panas yang sudah menghujam jauh ke bagian paling dalam dari lubang cinta sang wanita yang mengirimkan sensasi gelombang penuh kenikmatan menggema menggempur segenap jiwa dan raga Faladhina Kiseki....