Tentu saja Fu Hengyi tahu kalau Nenek Shen sudah pulang dari rumah sakit. Toh siang hari kemarin dia pergi berkunjung ke rumah keluarga Shen. Hanya saja waktu itu Shen Qinglan berada di sekolah dan tidak ada di rumah.
"Tuan Fu… Hari ini ada perlu apa mencariku?" Melihat Fu Hengyi tidak juga mengatakan alasan mengapa dia memanggilnya, Shen Qinglan tidak mau menebak-nebak dan langsung bertanya kepadanya.
Mata Fu Hengyi berkilat canggung, tapi wajahnya tetap tenang seperti biasanya, "Kamu adalah adiknya Junyu. Kamu sudah pulang selama bertahun-tahun, tapi kita bahkan belum pernah bertemu. Beberapa hari lagi aku sudah akan kembali ke kemiliteran, jadi aku ingin mengajakmu makan sebelum pergi."
Shen Qinglan jelas tidak mempercayai alasannya. Hanya saja dia bukan orang yang suka mencari tahu sampai ke intinya. Kalau Fu Hengyi tidak mau mengatakannya, dia juga tidak akan terus bertanya.
Kebetulan ketika mereka berdua sudah selesai makan dan sedang berjalan keluar dari restoran, mereka berpapasan dengan Han Yi. Di sampingnya berdiri seorang wanita cantik bergaun merah menyala, menawan dan indah. Wanita itu memegang tangan Hanyi dengan mesra.
"Kalian…" Han Yi kaget melihat Fu Hengyi dan Shen Qinglan yang muncul bersama-sama. Kapan kedua orang ini bersama?
Wajah seseorang yang beberapa hari lalu bersumpah tidak akan melahap daun muda masih sangat jelas di dalam benaknya. Ini baru berapa hari, tapi dia sudah menyeret daun muda kecil ini ke sarangnya?
Wajah Shen Qinglan tampak tenang, sepertinya segala sesuatu di dunia luar tidak akan bisa menimbulkan gejolak di wajahnya.
"Simpan pikiranmu." Nada bicara Fu Hengyi agak dingin. Han Yi adalah sahabat baiknya, dalam sekali lihat Fu Hengyi langsung tahu apa yang sedang dipikirkan Han Yi.
Han Yi malu, "Adik Qinglan, kita sebelumnya pernah berjumpa. Mungkin kamu sudah tidak mengenaliku, aku akan memperkenalkan diri. Namaku Han Yi, aku adalah teman baik Fu Hengyi, juga teman baik kakakmu."
Han Yi mengulurkan tangan sambil tersenyum jantan, di sorot matanya yang bagaikan bunga persik itu tidak ada gejolak seperti sebelumnya. Walaupun panggilan 'Adik Qinglan' keluar dari mulutnya, tetapi tidak sedikit pun mengandung godaan.
Shen Qinglan mengulurkan tangan dan berjabat tangan ringan dengannya sambil berkata, "Tuan Han."
Melihat dua orang yang saling berjabat tangan, alis Fu Hengyi agak mengencang, tetapi dengan segera melonggar lagi.
Han Yi mengangkat alisnya. Gadis kecil dari keluarga Shen ini memang benar-benar pantas menjadi putri es. Melihat dirinya seperti ini, dia masih bisa tenang dan kalem. Oh, salah, yang benar dia tidak peduli.
Di saat yang sama ketika Tuan Muda Han sedang penasaran, mau tidak mau dia juga agak berkecil hati. Apakah ketampanannya sudah menurun?
"Kami masih ada perlu, kami pergi dulu." Fu Hengyi menarik pergelangan tangan Shen Qinglan dan langsung keluar dari restoran.
Han Yi mengangkat alisnya saat melihat punggung mereka yang pergi bersama-sama. Tatapan matanya terlihat licik.
"Nanti mau ke mana? Sekolah atau pulang?" Fu Hengyi bertanya.
"Pulang." Sheng Qinglan menjawab singkat seperti biasanya.
Mobil Fu Hengyi berhenti di depan pintu rumah keluarga Shen. Dia tidak turun dari mobil.
"Terima kasih." Shen Qinglan berkata ringan, lalu dia mengulurkan tangan untuk membuka sabuk pengaman dan hendak turun.
"Tunggu sebentar." Fu Hengyi memanggilnya, "Apakah nomorku sudah disimpan?"
Shen Qinglan memandangnya dengan heran.
"Kalau ada perlu kamu boleh meneleponku kapan pun. Bagaimanapun kamu juga bisa dibilang adikku." Fu Hengyi menjelaskan.
"Baik."
Kali ini Fu Hengyi tidak menghentikannya. Melihat Shen Qinglan berjalan memasuki halaman rumah keluarganya, Fu Hengyi pun menginjak pedal gas.
"Qinglan." Dari belakang terdengar suara manis seorang wanita.
Shen Qinglan berhenti dan berbalik, dilihatnya sosok Shen Xitong yang keluar dari sebuah sisi. Dia menatap Shen Qinglan dengan wajah rumit, "Yang tadi mengantarmu pulang adalah Fu Hengyi, ya?"
"Kenapa?" Sorot mata Shen Qinglan tawar.
"Bagaimana kamu bisa bersama dengannya?" Shen Xitong bertanya, di bawah langit malam kedua tangannya terkepal.
Shen Qinglan mengamati Shen Xitong dari atas ke bawah, ada seberkas ketertarikan yang muncul di wajahnya yang selalu datar. Ternyata orang yang disukai Shen Xitong adalah Fu Hengyi.
"Apakah ada hubungannya denganmu?"
"Shen Qinglan!" Shen Xitong marah. Ini berkaitan dengan orang yang disukainya, mana mungkin dia tidak tegang. Fu Hengyi tidak dekat dengan wanita. Setelah mengenalnya selama bertahun-tahun, dia tidak pernah melihatnya dekat dengan lawan jenisnya. Begitu melihatnya tanpa sengaja, ternyata orang itu adalah Shen Qinglan, orang yang telah mengambil segalanya darinya.
Kalau tidak mengetahui dengan jelas bagaimana hubungan Shen Qinglan dan Fu Hengyi, Shen Xitong tidak akan bisa tenang.
"Apa sebenarnya hubunganmu dengan dia? Mengapa dia mengantarmu pulang?" Shen Xitong bertanya dengan suara pelan. Dia tidak berani bersuara keras karena takut orang di dalam rumah memperhatikan.
"Tidak peduli apa pun hubunganku dengannya, itu tidak ada kaitannya denganmu." Shen Qinglan berkata dengan acuh tak acuh, namun kata-katanya itu membuat raut wajah Shen Xitong berubah karena marah.
"Shen Qinglan, kuperingatkan kamu. Tidak peduli apa pun maksudmu terhadapnya, orang ini bukanlah seseorang yang bisa kamu pikirkan. Sebaiknya kamu menjauh darinya." Shen Xitong mendekati Shen Qinglan dan memperingatkannya dengan suara rendah.
Tapi memangnya siapa Shen Qinglan? Mana mungkin dia takut dengan peringatan Shen Xitong? Dia menatap Shen Xitong seperti sedang menatap badut yang sedang melompati balok, "Shen Xitong, dengan kapasitas apa kamu berkata seperti ini? Hmm?" Kata-katanya yang terakhir membawa hawa dingin.
Keduanya langsung siap berperang.
"Apa yang kalian berdua lakukan di sini?" Terdengar suara Chu Yunrong dari pintu. Shen Xitong terkejut, namun seketika dia mengembalikan kelembutan di wajahnya dan memandang ke arah pintu rumah.
"Tadi aku keluar untuk berjalan-jalan, kebetulan melihat adik pulang. Sudah begitu lama tidak melihat adik, beberapa hari ini aku juga sibuk. Jadi aku mengobrol sebentar dengannya." Wajah Shen Xitong tersenyum, sorot matanya yang menatap Shen Qinglan seperti seorang kakak yang merindukan adiknya.
"Di halaman gelap gulita, apa yang bisa diobrolkan? Ayo cepat masuk." Chu Yunrong sama sekali tidak mencurigai perkataan Shen Xitong, "Walaupun sekarang sudah bulan juni, tapi di malam hari masih agak dingin. Jangan sampai masuk angin, apalagi Tongtong. Kamu sebentar lagi akan konser, akan repot kalau kamu sampai masuk angin."
Chu Yunrong mengoceh.
Shen Xitong maju sambil tersenyum lalu memeluk lengan Chu Yunrong dan meletakkan kepala di bahunya sambil bermanja-manja, "Mama, badanku sehat, mana bisa sakit semudah itu?" Ibu dan putrinya itu terlihat sangat akrab.
Sambil berbicara dengan Chu Yunrong, dia tidak lupa melirik Shen Qinglan dengan sorot mata penuh provokasi.
Saat melihat putrinya masih berdiri di halaman, Chu Yunrong baru saja ingin mengajaknya masuk. Tetapi sebelum membuka mulutnya, dia telah diseret oleh Shen Xitong, "Oh ya, mama, gaun malam yang kupesan sudah datang. Bantu aku melihat apakah gaun itu cocok atau tidak."
Begitu ditarik oleh Shen Xitong, Chu Yunrong seketika lupa dengan Shen Qinglan yang masih berdiri di halaman dan mengikuti Shen Xitong masuk ke dalam rumah.
**
Begitu Fu Hengyi memasuki pintu rumah keluarga Fu, dilihatnya Kakek Fu dengan kedua tangan di pinggangnya. Dia mondar-mandir di depan pintu sambil sesekali melirik ke pintu. Begitu melihat Fu Hengyi, mata Kakek Fu langsung berbinar, namun dalam sekejap dia merasa tidak puas lagi.
"Bocah busuk, mengapa sesore ini kamu sudah pulang?"
Fu Hengyi menatapnya dengan wajah bingung, "Sekarang sudah pukul sembilan malam, masih sore?"
Ya, bagaimana tidak sore? Kakek Fu berharap cucunya tidak pulang semalaman, dengan begitu barulah dia bisa segera menggendong cicit.
"Bukankah kamu pergi makan dengan Qinglan?"
"Setelah selesai makan langsung pulang."
Kakek Fu marah dan memelototinya seakan-akan Fu Hengyi telah melakukan sesuatu yang tidak bisa ditolerir.