"Kalau bisa ya atur saja." Gu Mang menjepit sepotong daging babi asam manis, sikapnya terlihat begitu dingin namun elegan.
Lu Shangjin merasa sedikit ragu, kemudian ia pun berkata dengan hati-hati, "Tidak masalah dengan pergi ke sekolah, tapi kita harus melakukan kesepakatan."
Tatapan mata Gu Mang menunjukkan ketidaksabaran. Kemudian ia pun sedikit mengangkat kelopak matanya dan menatap Lu Shangjin dengan matanya gelap dan bersinar. Auranya terlihat sedikit dingin.
Melihat sikap Gu Mang yang seprti itu, Lu Shangjin merasa jantungnya seperti ada seutas tali yang langsung menegang. Namun ia memberanikan diri dan berkata, "Usahakan untuk tidak membuat masalah."
Hanya ada lima kata yang terucap di seluruh poin kesepakatan yang dibuat Lu Shangjin dengan Gu Mang. Kemudian Gu Mang menarik sudut mulutnya, ia terlihat liar dan jahat. Bibir Gu Mang yang indah perlahan mulai mengucapkan satu kalimat, "Aku akan menjadi murid yang baik."
Tolong jangan omong kosong lagi deh! Selama Kakak Besar tidak memukul orang, yang lain terserah mau melakukan apa tidak masalah. Batin Lu Shangjin.
Lu Shangjin memutar matanya sambil berpikir dalam benaknya, setelah beberapa detik kemudian ia pun berkata, "Kalau begitu akan aku mengantarkanmu ke Sekolah Menengah Kota Ming, Lu Yi dan Lu Yang juga bersekolah di sana. Jadi aku juga bisa mempermudah sopir untuk antar jemput selama pergi ke sekolah."
"Tidak perlu." Gu Mang berkata datar, "Aku dan Jinyang akan tinggal di asrama sekolah."
Tinggal di asrama sekolah? Batin Lu Shangjin.
Jika Gu Mang tinggal di asrama sekolah sepertinya akan menjadi hal yang baik, karena Gu Mang masih bisa mendengarkan kata-kata Meng Jinyang.
Meng Jinyang adalah murid yang baik, dan patuh pada gurunya, sehingga paling tidak ia tidak akan memberikan pengaruh yang buruk untuk Gu Mang. Ia masih bisa membimbing Gu Mang untuk patuh kepada guru.
Lu Shangjin tidak ingin memaksakan kehendaknya, kemudian ia pun bertanya lagi pada Gu Mang, "Adakah yang perlu aku persiapkan?"
Gu Mang mengetukkan ujung jarinya dengan santai dan berkata, "Bantu aku mengangkut motorku dari Kota Changning ke sini."
"Oke, aku akan mengirimkan seseorang untuk melakukannya sore ini."
*
Lu Yi pergi bersama teman-teman sekelasnya untuk membeli bahan pelajaran di akhir pekan. Mereka mendengar bahwa ada restoran baru di sini dan rasa masakannya sangat enak, sehingga mereka pun datang untuk mencobanya.
Beberapa gadis berjalan sambil membicarakan mengenai pelajaran sulit yang baru-baru ini mereka pelajari. Tiba-tiba berkata, "Lu Yi, bukankah itu Ayahmu?" Seorang gadis menatap tiga orang yang baru saja keluar dari restoran dengan bingung.
Seketika Lu Yi langsung mengalihkan pandangannya untuk melihat ke arah yang dimaksud oleh gadis itu. Lu Yi menoleh dan melihat wajah Gu Mang, sorotan matanya langsung terpaku.
Dia lagi. Batin Lu Yi.
"Gadis itu sangat cantik ya. Lu Yi, apakah dia kerabat di keluargamu?"
Lu Yi tersenyum tipis, "Bukan, Ayahku sedang mengerjakan proyek pembangunan rakyat miskin baru-baru ini, mungkin dia adalah salah satu siswa miskin."
"Ooooooh…" Gadis itu membuat suara yang panjang, dan menatap pakaian murahan yang dikenakan Gu Mang, kemudian salah satu gadis yang sedang berkumpul itu tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi untuk menyapanya?"
Lu Yi mengangguk lalu berjalan ke arah ayahnya, "Ayah."
Lu Shangjin memandang Lu Yi dan terkejut, "Nak Lu Yi, Bagaimana kamu bisa di sini?"
Lu Yi tersenyum patuh, "Aku dan teman sekelasku pergi untuk membeli bahan-bahan untuk pelajaran sekolah di sekitar sini, dan sekalian mau makan di sini."
"Halo, Paman." Beberapa gadis yang lain ikut menyapa Lu Shangjin.
Namun, ketika beberapa gadis itu menyapa Lu Shangjin, pandangan mereka tidak bisa terlepas dari Gu Mang.
Siang itu, cahaya matahari bersinar dengan sangat terik. Saat ini Gu Mang sedang mengenakan topi hitam sehingga membentuk bayang-bayang yang melengkung di separuh wajahnya.
Rambutnya yang hitam dan panjang yang terurai di bahunya, kulitnya terlihat sangat putih dan kaki juga terlihat cukup panjang.
Auranya sangat dingin, sehingga membuat suasana di sana juga terasa dingin. Parasnya yang cantik sepertinya membuat para gadis lain merasa iri.
Sudut mulut tampak sedikit mengatup, sehingga menunjukkan sedikit auranya yang liar. Tatapan matanya tampak sangat tajam, sehingga ia terlihat sinis, namun cukup mempesona.
Sepertinya Gu Mang sedikit merasa tidak nyaman dengan suasana yang terjadi saat ini. Para gadis itu melihat Gu Mang dan Meng Jinyang seperti para orang miskin yang tidak punya apa-apa, hidup kekurangan dan hanya memakan makanan sisa.
Mereka mengira bahwa Gu Mang dan Meng Jinyang pasti sudah sangat akrab dengan kelompok gangster yang biasa ada di jalanan.
Jika kehidupan Gu Mang dan Meng Jinyang memang seperti itu, bagaimana mungkin mereka berdua bisa dibandingkan dengan para gadis yang merupakan siswi dari di Sekolah Menengah Kota Ming. Yang ada mereka berdua hanya akan menjadi sampah masyarakat.
Gadis yang ada di sebelah Lu Yi terlihat seperti berniat untuk menindas Gu Mang dan Meng Jinyang. Tatapan gadis itu terlihat sangat sinis saat melihat mereka berdua.