Chereads / Hacker Misterius Yang Tak Terduga / Chapter 24 - Kakak Besar Mengatakan Mau Bersekolah

Chapter 24 - Kakak Besar Mengatakan Mau Bersekolah

Nyonya Besar Lu melihat semua orang yang ada di seluruh ruangan, kemudian ia bertanya kepada Lu Xiwei, "Di mana Kakak Ketigamu?"

Nyonya Besar Lu ingat bahwa ketika ia baru saja sadar dari komanya tadi, ia sempat melihat cucu yang tidak tahu malu itu. Namun ia hanya melihatnya sebentar, sebelum akhirnya ia tertidur lagi.

Tatapan Mata Lu Xiwei terpaku sejenak, beberapa saat kemudian ia tersadar kembali, dan berkata dengan lembut, "Kakak Ketiga pergi setelah Nenek melewati masa koma. Kakak Ketiga memang selalu sibuk."

"Sibuk apa? Omong kosong!" Nyonya Besar Lu marah dan mengumpat.

Dia malah sudah pergi sebelum Neneknya bangun! Umpat Nyonya Besar Lu dalam hati.

"Nenek, jangan marah." Lu Xiwei dengan sabar membujuknya, "Paman dan Bibi masih menunggu di luar, apakah aku perlu memanggil mereka untuk masuk?"

Nyonya Besar Lu menarik napas dalam-dalam beberapa kali untuk menenangkan diri. Setelah perasaannya menjadi sedikit tenang, ia pun berkata, "Suruh mereka pulang dulu, dan kembali lagi ketika aku sudah bisa bangun dari tempat tidur. Nenek sudah merasa tenang dengan adanya kamu di sini."

"Baik."

Mata Lu Xiwei berbinar ketika dia melihat bahwa neneknya bersikap lebih baik kepadanya daripada sebelumnya.

Kali ini, posisinya di keluarga Lu pasti akan meningkat satu level. Kini Paman Keenam dan wanita yang sudah melakukan pengobatan akupuntur untuk pengobatan neneknya itu telah kembali ke Kota Ming.

Selama Kakak Ketiga tidak mengatakan apa-apa kepada Nenek Lu, maka para kerabat Lu tidak akan ada yang membahas tentang bagaimana proses yang dilakukan untuk keselamatan Nenek Lu.

Mengenai obat yang diresepkan oleh wanita itu. Saat ini gumpalan darah di otak nenek telah menghilang dengan keterampilan medisnya, tanpa perlu resep itu pun, Lu Xiwei dapat merawat neneknya sendiri dengan baik.

*

Di Kota Ming, saat itu Lu Shangjin baru saja turun dari mobil. Kemudian ia pun berjalan memasuki sebuah restoran dengan langkah kaki yang cepat. Lalu ia pun membuka pintu ruang VIP, saat itu Gu Mang dan Meng Jinyang sudah mulai makan.

Empat hidangan dan satu sup, terlihat cukup lezat. Lu Shangjin bergegas kemari tanpa makan siang terlebih dahulu, dan ternyata sesampainya di sana Gu Mang dan Meng Jinyang sudah mulai makan duluan.

Lu Shangjin sedikit merasa kecewa. Namun ia tidak berani marah, ataupun mengutarakan. Kemudian ia pun tersenyum dan berkata, "Gu Mang, apakah kamu ada urusan mencariku?"

Gadis itu mengangkat kakinya, lalu mengangkat lengannya di atas meja sambil memegang sumpit di satu tangannya. Ia duduk dengan gaya layaknya Kakak Besar yang sangat sombong.

Alisnya tampak tenang, ekspresinya 90% dingin, 10% mengandung unsur kejam. Sehingga memunculkan aura yang kuat di dalam ruangan itu.

Dengan santai, Gu Mang menunjuk ke kursi yang di hadapannya dengan sumpitnya, "Ayo makan sambil ngobrol."

Lu Shangjin juga tidak sungkan-sungkan, ia langsung duduk dan mengambil sumpit untuk makan.

Meng Jinyang tidak kenal akrab Lu Shangjin, ia mengira Lu Shangjin adalah kerabat keluarga Gu Mang, sehingga ia menyapanya dengan sopan.

Setelah mengambil dua gigitan, Gu Mang mulai berbicara dengan santai, "Aturkan sebuah sekolah untukku dan Jinyang, kami berdua akan pergi ke sekolah yang sama."

"Uhuk… Uhuk… Uhuk…" Mendengar Gu Mang berkata seperti itu, tiba-tiba Lu Shangjin langsung tersedak sampai wajahnya memerah.

Meng Jinyang membeku sesaat, alisnya sedikit melengkung dan matanya menunduk. Semua orang mengira bahwa Gu Mang tidak ingin melanjutkan sekolah.

Bukankah dia lebih baik bekerja paruh waktu? Batin Lu Shangjin.

Lu Shangjin berusaha untuk menyadarkan dirinya, wajahnya masih tampak memerah, kemudian ia pun bertanya dengan tidak percaya, "Apa yang baru saja kamu katakan? Kamu mau pergi ke sekolah?"

Gu Mang mengangkat alisnya, fitur wajah cantiknya yang membuat orang terpukau kini terlihat sedikit liar, "Memangnya tidak bisa?"

Mendengar respon Gu Mang, Lu Shangjin langsung tertawa kecil. Tapi saat ia menatap Gu Mang yang menyipitkan matanya, tawanya tiba-tiba langsung menghilang.

Ia berusaha menahan ekspresinya, dan ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi serius, "Bukannya tidak bisa, tapi ini terasa sedikit aneh saja."

Dengan segala 'rekor besar' Gu Mang di sekolah, Lu Shangjin benar-benar takut Gu Mang akan membuat seluruh sekolah menjadi kacau jika ia sedang merasa kesal.

Tapi, bagaimana pun juga bukankah Kakak Besar ini juga perlu pergi ke sekolah? Batin Lu Shangjin.