Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

basuki brother

🇮🇩onikao
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.8k
Views
Synopsis
menjadi kakak adik tiri yang tinggal bersama mebuat salah satu drai mereka jatuh cinta namun ikatan saudara membuat mereka tak bisa bersama. perjuangan dan air mata selalu mereka keluarkan demi kesempatan dan jalan
VIEW MORE

Chapter 1 - kakak adik basuki

Tap... Tap..

Suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah pintu masuk kelas XII 5, semua bergumam sambil menatap ke arah pintu masuk.

Tampak Seorang wanita memasuki kelas itu dengan buku paket tebal serta buku absensinya.

Ia meletakan buku berat itu kemudian duduk di kursi guru.

"Selamat pagi." Sapanya setelah duduk, ia adalah Amelia Rudi, atau sering di panggil bu Lia. Seorang guru honorer bidang studi kimia yang tergolong muda dan sangat cantik, usianya baru 21 tahun dan baru lulus kuliah bulan lalu.

"Pagi bu...!!"

Beberapa siswa pria sering sekali menatap nakal guru muda itu, mulai dari bagian dada hingga bokong montoknya itu. Hampir semua siswa laki-laki di SMA itu membicarakan betapa sexy nya wanita itu bahkan tak sedikit dari mereka yang mengajaknya pacaran.

"Siapa yang absen hari ini?" Tanya guru muda itu sambil menatap ke arah Oktavian yang merupakan sekretaris kelas.

Dengan gugup, Oktavian menjawab.

"A.. anu... Yang gak hadir itu Ariel bu." Jawabnya gugup.

"Bukannya udah absen selama 4 hari ya?" Tanya Amelia lagi pada pria yang pemalu dan merupakan kutu buku itu.

"Iya bu.."

Dengan cepat guru muda itu menatap ke lain arah, ia menatap Milan yang tengah sibuk dengan komik horornya.

"Halo... Milan?? Bisa liat ibu sebentar?" Amelia melambai-lambaikan tangannya menegur Milan.

Milan menutup bukunya dan menatap Amelia malas. Ia juga sesekali memutar matanya ke samping dan ke atas.

"Ya." Ucap Milan malas.

"Ariel dimana? Apa dia sakit?" Tanya Amelia penasaran.

Bagitu juga murid yang ada di kelas itu, semua juga terlihat penasaran dengan jawaban dari pertanyaan Amelia barusan.

"Saya gak tau."

"Kalian adik kakak tapi kenapa malah gak tau?"

Milan mendengus kesal dan menekut dahinya.

"Saya beneran gak tau bu, lagian di rumah dia pamitnya sekolah, bahkan dia udah pake seragam lengkap sama tas terus buku. Tapi, saya sendiri gak tau dia dimana sekarang." Ketusnya sedikit kasar.

"Begitu ya. Yaudah nanti ibu yang bicara sendiri sama dia kalau dia sekolah" dengan sabar dan penuh senyuman ia membalas ucapan Milan.

***

Setelah pelajaran selesai, Milan dan Audi berjalan pulang melewati gang kecil dan sepi, mereka menemui segerombol anak laki-laki seusia mereka yang tampak seperti preman dan berandalan, mulai dari tindik, tato, merokok dan minum minuman keras.

"Ada cewek hoy!" Seru salah satu dari mereka yang berbadan kurus penuh tindik di wajahnya. Segerombolan pria itu pun segera merubungi mereka berdua dan menatap syur mereka mulai dari paha hingga dada.

"Kok ada cewek disini? Kalian ngapain?" Tanya Adira, laki-laki tinggi yang berwajah tampan tanpa satupun tindikan ataupun tato di wajah, tangan dan juga kaki.

"Dimana Ariel?" Dengan cuek Milan bertanya dimana kakak laki-laki nya itu pada Adira.

Mereka yang mendengar pertanyaan itu hanya saling tatap kemudian tertawa kecil.

"Ariel di panti, sama ceweknya. Kalau lu suka sama dia bakal sia-sia, dia cinta mati sama si buta jelek itu hahaha" nada hinaan dari pria kurus di sebelah Milan itu sangat membuat Milan marah, ia tak suka jika mendengar seseorang yang bahkan belum berkaca sudah berani menghina.

"Eh lu kalau ngomong santai aja, kalau perlu lu ngaca dulu." Ucap Milan marah.

Semua yang mendengar kata-kata Milan langsung tertawa kencang.

Sedangkan pria berbadan kurus yang tadi menghina pacar Ariel terlihat marah dan hendak memukul Milan.

Tangan pria itu sudah mulai di ayunkan untuk memukul wajah Milan, namun seseorang menahan tangan itu.

"Lu mau ngapain? Mau mukul adik gue?" Ucap Ariel dingin, ia juga terlihat marah.

Semua terkejut, dari mana ariel datang pikir mereka, karena baru saja mereka melihat ariel pergi dan sekarang malah tiba tiba sudah ada di belakang bayu atau pria kurus tadi.

"Ari..." Bayu terkejut dengan kedatangan sosok yang paling di segani dan di takuti mereka.

"Gue nanya, lu mau mukul adik gue?" Tanyanya lagi dingin.

"Jadi.. dia ini adek lu ya" ucapnya takut.

Semua terdiam takut, Milan menatap kakak laki-lakinya malas sambil menghela nafas kasar.

"Lu di tanyain sama bu Lia, lu pamitnya kesekolah tapi nyatanya malah gabung sama mereka yang gak jelas kayak gini." Ucap Milan sedikit kesal, tak habis pikir, ariel selalu saja bolos sekolah hampir setiap hari di satu minggunya.

Ariel melepas tangan bayu dengan kasar dan mengacak-acak rambutnya, ia terlihat pusing, baju seragamnya masih sangat rapi dan bersih tak ada juga aroma rokok dari tubuh pria tinggi itu apalagi bekas suntikan atau tindikan di tubuhnya.

"Jadi lu ngapain aja sih selama disini? Lu gak mikir ya kalau mama sampai tau lu kayak gini?" Kesalnya.

"Shut....." Ucap ariel pelan sembari meletakkan jari telunjuknya ke bibir Milan.

Milan menepis tangan Ariel ia sangat marah kala itu, sedangkan Audi hanya diam tak berani mencampuri urusan pribadi dua kakak beradik itu.

"Gue gak mau tau! Lo harus ke sekolah mulai besok! Titik!!" Bentak Milan.

Ia kemudian pergi dengan Audi meninggalkan Ariel serta sekelompok laki-laki brandal tadi.

Kakak tiri yang suka bolos, pendiam, tertutup semuanya tidak terbuka. Betapa susahnya memiliki saudara tiri seperti ariel.

***

"Ariel Tadi ibu guru kamu nelpon mama katanya kamu udah bolos sekolah dari 3 hari yang lalu. Jawab mama kamu kemana aja?" Ucap Rachel.

Kini satu keluarga basuki tengah duduk di kursi meja makan, mereka terlihat serius apalagi Rachel yang tengah marah pada putra tirinya itu.

"Papa tau dari guru kimia, katanya kamu selalu bolos akhir-akhir ini. Apa itu betul?" Sambung Steve ayah angkat  Ariel.

"Iya, ariel pergi main sama temen-temen" jawab ariel tanpa ekspresi.

Mendengar itu papa mereka langsung memukul meja dan hendak memukul anaknya namun di hentikan oleh Rachel.

"Papa jangan dipukul!"

Rachel dan Milan menghadang Steve atau papa dari Milan agar tak bisa memukul ariel.

"Lepas ma!! Anak seperti dia itu harus di beri pelajaran!! Kamu itu maunya apa?! Mau berhenti sekolah?! Kamu mau papa usir dari rumah ini?!!" Bentak papa Milan yang amarahnya kini memuncak.

"Pa.. tenang dulu.." mama Milan mencoba menenangkan Steve yang marah besar itu.

"Aku... Mau menikah." Ucap ariel di tengah amarah ayahnya itu.

Semua kemudian terdiam dan menatap ariel.