Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Bukan Sister Complex

Miss_Marigold
--
chs / week
--
NOT RATINGS
4.5k
Views
Synopsis
Bagi Ananta, Arga adalah kakak tetangga yang paling bisa mengerti dirinya. Dia adalah sahabat, abang, dan juga ATM berjalannya. Sementara bagi Arga, Ananta adalah sesuatu yang lebih berharga dari apa pun. Arga menyukai gadis itu. Tapi hanya bisa memendam mengingat hubungan mereka yang terjalin seperti abang dan adik sejak kecil.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Gak kenal

Ga, sedang apa? Di mana? Dengan siapa?

Gak kenal

Ya ampun, Arga ganteng banget, masya allah... Bales, dong!^^

Arga

Di kampus. Kenapa lu?

Gak kenal

Laper hehe. Nasgor depan komplek, ya?

Gak kenal

Sop buahnya juga. Jangan lupa ditambah senyumnya Arga, biar sop buahnya manis. Hehe

Arga

Bayar.

Gak kenal

Yah, pelit lu, Ga. Sekali ini aja, gue bokek:')) huhu

Arga

Tiap hari juga lu bilang bokek, Ta. Padahal tiap makan gue yang beliin.

Gak kenal

Hehe, adek Tata yang cantik kan harus irit. Mana Mama Papa lagi gak ada. Gak boleh boros-boros:)

Arga

Makanya belajar masak, bangsyul. Ngapain punya kompor kalau cuma buat pajangan di dapur? Jual aja kalo gitu!

Gak kenal

Bacot ah. Mau beliin kagak?

Arga

Setengah jam lagi gue ke sana.

Gak kenal

Ya ampun, ya ampun, ya ampun! Arga gantengnya subhanallah. Makasih, ya, Ga.

Gak kenal

Tapi mendadak gue gak selera nasgor deh, Ga. Keepsi, ya! Sop buahnya masih selera, jadi sekalian:)

Arga menghela napas dan menggeleng pelan. Ananta dan sikap kurang ajarnya memang tidak pernah berubah.

Yah, Ananta. Gadis yang seolah menjadi pusat semesta bagi Arga. Gadis berisik, kurang ajar, jorok, dan mengesalkan itu adalah prioritasnya. Sesuatu yang akan membuat Arga meninggalkan dunia hanya untuknya. Dia bukan gadis istimewa dalam artian pacar Arga. Dia menempati posisi lain yang lebih berharga dari itu. Posisi yang entah kapan akan berubah.

"Gue pulang duluan, ya. Ada urusan," tutur Arga pada teman-temannya di tempat tongkrongan. Suatu rutinitas bagi anak muda sepertinya, kumpul-kumpul dan ngopi bersama.

"Urusan apa urusan, hm?" goda Marcell--cowok berhoodie hitam yang memiliki tinggi di atas rata-rata--dengan smirk sialannya.

"Urusan beneran, njeng!" umpat Arga, melempar Marcell dengan kacang tanah di piringnya.

Tolong jangan menghujat Arga kasar, toh, teman-temannya memang bahan hujatan semua. Tidak ada yang beres. Yah... termasuk Arga sendiri, kadang-kadang.

"Si kampret! Selow, dong!" Marcell ngakak, tak peduli dengan wajah datar Arga.

"Hati-hati, jangan keseringan pacaran, Ga. Nanti positif."

Nah, sekarang jangan tanya itu siapa. Karena jawabannya hanya satu: Bambam, si pria berotak mesum. Paling mesum di antara yang lain. Kerjaan nonton film biru bareng Marcell. Tidak berfaedah memang hidupnya. Hanya seputar wanita dan selangkangan.

"Lu ngatain diri sendiri, Bam?" timpal Yugi--lelaki bongsor bersenyum malaikat tetapi mulutnya tak lebih hanya selalu mengeluarkan ucapan sampah--dengan polos. Kemudian kepalanya terkena pukulan Bambam.

"Una emangnya mau di-anu sama Arga?"

Yang tadi berkicau Jefri. Kakak kandung Ananta. Memiliki ketampanan paripurna yang membuatnya jadi most wanted di kampus. Berlesung pipit di kedua pipi menambah daya pikat lelaki itu. Apalagi dengan proporsi badan yang pas--tinggi dan berbahu lebar--membuatnya nampak maruk. Terlalu sempurna. Malaikat saja sepertinya iri akan kesempurnaan fisik Jefri. Untung saja, kelakuannya minus. Alias kadang tidak waras jika sudah bercanda.

"Goblok, Jefri! Gue pulang!" Arga berlalu begitu saja. Menyimak salam-salam perpisahan dari teman-temannya tidak akan pernah selesai hingga pagi menjelang.

***

Ananta selonjoran di sofa seraya menonton drama Korea yang tayang di salah satu stasiun televisi. Begitu gabut tanpa ada kegiatan apa pun untuk mengisi hari liburnya selain rebahan, nonton televisi, nonton YouTube, main hago. Padahal ada tugas kampus, tapi mageran kalau soal kebaikan. Dasar manusia. Dan kini perut gadis itu keroncongan bukan main, sedang yang ditunggu-tunggu belum juga datang. Entah sudah ke berapa kalinya Ananta membuka ponsel hanya untuk melihat jam.

"Si Arga kena macet apa, ya? Atau mungkin di jalan ketemu banci kaleng terus naena dulu?" gerutu Ananta seraya menggoyang-goyangkan kakinya santai. Hingga, sebuah tempelengan keras mengenai kepalanya. Arga, abang tetangga rasa ojek online dan kacungnya.

"Ngomong apaan lu tadi, Nyet?"

Ananta meringis sakit. Hampir saja ngamuk, tetapi begitu melihat tentengan keresek putih berisi kotak KFC di tangan Arga, yang dilakukannya hanya nyengir. "Arga ganteng," balasnya dengan tangan diam-diam hendak meraih kantung keresek di tangan Arga.

"Modus!" ketus Arga, menjauhkan kereseknya dari jangkauan Ananta.

"Ga! Gue laper, Ga. Astaga, Ga, siniin!" Ananta memelas seperti anak kucing seraya menatap sosok jangkung di depannya.

Muka yang biasanya kelihatan ngeselin itu memasang wajah semenyedihkan mungkin agar Arga kasihan dan memberikan keresek di tangannya. Namun tentu, menggoda Arga tidak akan semudah itu. Arga bukan cowok recehan.

"Arga... Ga, ayo, dong! Nanti gue kasih ID Line Mimi, deh. Ya?" Ananta mengedipkan mata beberapa kali, dengan kedua tangan berada di bawah dagunya dan memasang wajah imut yang sebenarnya sangat ingin dingakakin Arga.

"Udah punya." Arga mengedikkan bahu lebarnya.

"Lah? Anjir, kapan lo minta ID Line Mimi?" pekik Ananta tak terima.

"Nyolong di hape lu."

"Eh, si kampret!" Ananta keceplosan. Kemudian nyengir lagi, menatap Arga dengan senyuman manisnya. Ananta harus sabar, tidak boleh membuat Arga kesal demi KFC. "Ga, laper. Siniin, dong. Kalau gue mati kelaperan gimana? Mau tanggung jawab? Entar gue gentayangan gangguin lo. Lo gak mau, kan?"

Arga merotasikan bola mata dengan malas, kemudian menyimpan keresek yang sejak tadi ia tenteng ke atas meja. Dan tentu, segera disambar Ananta yang kelaparan. Kadang Arga heran, Ananta tidak pernah ada anggun-anggunnya.

"Besok-besok kalau mau delivery makanan sama gue gak gratis. Bayar, sekalian sama ongkirnya." Arga berkata kesal.

"Itungan lo ih, Ga!" Ananta membuka kotak KFC dan melahapnya tanpa berniat menawari Arga yang sebenarnya juga belum makan apa pun.

Arga berdesis kesal, kemudian merebut chicken yang sedang Ananta makan. "Gue juga laper!" balasnya tajam saat Ananta menatap tak terima.

Ananta cemberut. "Elah, biasa juga lo masak mie goreng di dapur kalau ke sini," gerutu Ananta sebal.

***

"Ga, tanding pees, kuy!" ajak Ananta begitu selesai makan. Benar-benar kerjaannya anak perawan satu ini.

"Beresin dulu mejanya, Ta. Jorok banget anjir."

"Lo aja lah yang beresin. Mager. Kekenyangan." Ananta nyengir polos.

Arga hanya mendesah kecil. Sudah biasa dijadikan babu oleh Ananta. Untung saja Arga memiliki hati yang teramat lapang. Jika tidak, mungkin Ananta sudah habis ia cincang sejak dulu.

"Belum makan ngasih alesannya lemes, gak punya tenaga. Udah makan alesannya mager, kekenyangan. Emang udah males aja itu mah," gerutu Arga seperti biasa.

Ananta cuma nyengir kuda. Bodo amat sama Arga yang ngoceh panjang lebar. Toh, meski bibirnya terus misuh-misuh, tetap Arga kerjain pekerjaannya. Sudah biasa.

"Eh, Ga?" Ananta yang sedang rebahan di sofa memanggil Arga. Arga berhenti di ambang pintu dapur, menoleh pada Ananta dengan dua tangan dipenuhi oleh sampah sisa makan mereka. "Sekalian ambilin gue ultramilk stroberi, ya, di kulkas!" seru Ananta, melanjutkan.

See. Kurang ajar memang.

"Untung cewek, untung adeknya Jefri, untung tetangga gue, untung gue sabar," gumam Arga menggeleng pelan.

Sambil menunggu Arga mengambil susunya, Ananta rebahan di sofa sambil menonton. Sebelah kaki naik ke atas, sebelahnya lagi dibiarkan menjuntai. Tangan kiri dijadikan bantalan untuk kepalanya sedangkan tangan kanannya sibuk ngupil.

"Duh, itu Dio Oppa ganteng banget anjir. Jadi pengin jadi istri onlennya," gumam Ananta gemas melihat Kyungsoo EXO di layar kaca. Ananta bukan K-Popers, malah cenderung haters. Tapi semenjak drama-drama dari Negeri Ginseng itu sering tayang di saluran TV Nasional dan Ananta coba-coba nonton, jadi suka. Iya, suka dramanya aja. Tapi lama kelamaan suka kepo ke pemainnya dan berakhirlah ia menjadi bucin Oppa kalau kata Arga.

"Dih. Mana mau dia sama cewek petakilan, jorok, tukang ngupil, dan berak aja masih harus disiram sama abangnya. Abis itu otaknya minus pula." Arga menginterupsi. Duduk lesehan di lantai sambil menyodorkan susu yang dia bawa dari dapur tadi ke wajah Ananta di belakangnya.

"Enak aja lu! Gini-gini gue banyak yang suka tahu," balas Ananta, kemudian duduk, meraih sekotak susu rasa stroberi di tangan Arga.

"Siapa? Palingan si Didi yang mau sama lo."

"Ihs. Gak percayaan lo ama gue. Beneran banyak yang suka sama gue tahu. Siapa, tuh, namanya yang dulu sekelas sama lo di SMA." Ananta mengangkat dagu dengan bola mata bermain, songong.

Arga menoleh. Menghadap wajah kucel Ananta yang sepertinya belum sempat cuci muka dari pagi. Ada belek di sudut mata kanannya soalnya. "Siapa? Si June?" tanyanya.

"Nah, itu! Ganteng juga doi." Ananta manggut-manggut sambil nyengir bodoh.

"Dia pernah nembak lo?" tanya Arga remeh.

"Belum."

"Lah!"

"Dia pernah ngechat gue, Ga."

"Chat gimana?"

"Nanyain Kak Jefri," balas Ananta polos. Kemudian Arga menyesal menyimak Ananta.

"Goblok dipelihara, anjir." Arga geleng-geleng kepala. Tak habis pikir dengan manusia jomlo di sisinya ini. Bisa-bisanya nanyain abangnya langsung dikira suka sama dia. Ananta itu emang terlalu polos atau bego. Arga kadang tidak paham.

"Apa, sih? Dia ngechat gue berarti ada maksud, dong. Gak mungkin cuma nanyain Kak Jefri doang."

"Terus lo masih chat-an sama dia sekarang, hm?"

Ananta menggeleng, Arga ngakak.

"Tapi beneran, dia suka senyum-senyum gitu tahu gak tiap ketemu gue!"

"Gak ngaruh. Beneran bego, nih, anjir adeknya si Jefri." Saking ngakaknya, Arga jadi sakit perut. "Heh, bocah! Lu tuh polos banget dah—HAHAHA." Arga ngakak lagi, tidak kuat melanjutkan kata-katanya. Humornya recehan kadang tuh bujang satu.

"Arga bego! Gila dasar!"

"Lagian lu, Ta. Aduh..." Ngakak lagi. Terus saja kayak gitu, Ga, sampai Lucinta Luna nikah sama Kim Taehyung dan mempunyai anak Hueningkai.

"BODO AMAT, GA! NGESELIN!" Ananta ngambek, dan Arga masih tetap ngakak.

***