Chereads / Queen Seohyun / Chapter 19 - Chapter 19

Chapter 19 - Chapter 19

Suasana dapur istana siang ini begitu sibuk, para dayang tengah menyiapkan hidangan makanan yang akan dipilih langsung oleh Ratu Kim, untuk nantinya dihidangkan kepada gadis-gadis yang ikut serta dalam pemilihan putri mahkota nanti. Mereka semua di bagi menjadi tiga kelompok, ada yang bertugas untuk makanan pembuka, makanan utama dan juga makanan penutup. Semuanya sangat serius dalam bekerja tanpa mengeluarkan suara sekecil apapun, hingga suara seorang wanita yang mengumumkan kedatangan Ratu Kim membuat mereka berhenti dari pekerjaannya dan memberikan hormat kepada wanita yang saat ini ber-dangui hijau daun.

Ratu Kim tersenyum karena para dayang dapur istana bekerja dengan sangat giat. "Aku senang karena kalian bekerja dengan baik. Sesuai dengan perintahku sebelumnya, aku akan mencicipi makanan yang sudah kalian buat dan akan memutuskan makanan mana yang akan dihidangkan dalam pemilihan putri mahkota nanti," ujarnya.

Wanita itu segera melakukan pengecekannya, di mulai dari menu makanan pembuka. Di sana tersedia berbagai jenis makanan pembuka yang terlihat menggugah selera. Satu per satu ia cicipi dengan pelan-pelan, begitu juga dengan menu makanan utama serta penutup, ia melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

"Baiklah, aku sudah menentukan makanan mana yang harus kalian hidangkan saat pemilihan nanti, aku akan mengumumkannya nanti. Sekarang kembalilah bekerja," ujar Ratu Kim.

"Baik mama."

~"~

Pasar kali ini lebih ramai dari biasanya, para nyonya bangsawan mendominasi keramaian pasar kali ini. Bukan tanpa alasan nyonya bangsawan itu rela pergi ke pasar di tengah teriknya matahari hari ini, dan semuanya karena persiapan dari pemilihan putri mahkota yang akan segera di laksanakan. Mereka semua tentunya ingin mempersiapkan anak gadis mereka sebaik mungkin untuk pemilihan putri mahkota itu, begitu juga dengan Nyonya Ahn yang saat ini tengah sibuk mencari kain di sebuah toko kain yang cukup besar. Tuan Shin pada akhirnya mendaftarkan Yoo Ri dalam pemilihan itu.

Nyonya Ahn dengan teliti mencarikan kain yang terbaik untuk anaknya itu. Ia berencana untuk menjahit sendiri pakaian yang akan dikenakkan Yoo Ri dalam pemilihan nanti. Nyonya Ahn tidak pergi seorang diri, Yoo Ri ikut serta juga dengannya. Gadis itu saat ini sedang berkeliling sendirian di dalam toko, melihat-lihat kain yang begitu cantik.

"Anda pasti akan ikut dalam pemilihan putri mahkota," ujar seorang gadis yang mungkin sebaya dengan Yoo Ri.

"Hm, aku akan ikut serta," jawab Yoo Ri. Tanpa disadari gadis itu, maniknya bergerak untuk memperhatikan gadis di hadapannya ini. "Dari pakaian yang kau kenakan, sepertinya kau bukan seorang pelayan, tebakkanku benar?"

Gadis itu tersenyum lebar. "Aku putri dari pemilik toko ini," jelasnya yang hanya di balas dengan 'oh' dari Yoo Ri.

"Lalu, apa kau akan ikut serta dalam pemilihan juga?" tanya Yoo Ri.

Gadis itu menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya, membuat Yoo Ri bernapas lega. "Silakan untuk melihat-lihat lagi, aku permisi sebentar."

Yoo Ri menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Ia menghela napasnya saat gadis itu sudah jauh darinya. "Jika dia ikut, mungkin dia akan terpilih menjadi putri mahkota," monolognya.

Ia lalu berjalan, kembali melihat-lihat kain yang ada di sana hingga maniknya tanpa sengaja menangkap sosok gadis lain yang tengah melihat-lihat kain juga. Gadis itu terlihat sangat cantik walaupun wajahnya terkesan dingin, selain itu ia juga terlihat anggun dilihat dari cara gadis itu berjalan. Walaupun Yoo Ri adalah seorang perempuan yang masih menyukai lelaki, jujur saja Yoo Ri sangat menganggumi kecantikan dari gadis yang entah siapa namanya.

Mata keduanya lalu bertemu, gadis berwajah dingin itu menyunggingkan seulas senyuman tipis membuat Yoo Ri ikut menarik kedua sudut bibirnya itu. Tanpa Yoo Ri ketahui, gadis itu kelak akan menjadi saingan terberat dalam kehidupannya suatu hari nanti.

~"~

Shin Yoo Ri menghela napasnya pelan setelah melihat kembali surat dari istana, yang menyatakan jika dirinya berhasil lolos untuk mengikuti pemilihan putri mahkota nanti. Raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa bahagia, padahal diawal dia begitu bersemangat karena bisa ikut dalam pemilihan ini. Ada alasan kenapa ia terlihat seperti itu, dan alasannya itu karena gadis berwajah dingin yang ditemuinya tempo hari.

"Aku merasa ciut setelah melihatnya," ujar Yoo Ri terlihat tidak bersemangat.

"Setelah melihat siapa agasshi?" tanya Bong yang saat ini tengah menyisiri rambut panjang milik nonanya.

"Gadis berwajah dingin yang pernah aku ceritakan tempo hari."

Bong hanya memberikan respon 'oh' panjang saja, ia tetap memfokuskan dirinya untuk menyisiri rambut nonanya.

"Gadis itu terlihat sangat anggun, cantik dan terlihat sangat berwawasan luas," Yoo Ri menghela napasnya kasar, "dia pasti yang akan menjadi putri mahkotanya," sambungnya.

"Agasshi, ucapan itu adalah doa. Jangan berkata seperti itu," ujar Bong yang sekarang sudah selesai menyisiri rambut milik Yoo Ri.

Yoo Ri sama tidak memberika respon atas ucapan pelayannya itu, ia terdiam dengan raut wajah serius. Satu detik kemudian, sebuah senyuman tiba-tiba tersungging di wajah cantiknya. Tanpa mengatakan sepatah katapun, ia beranjak dari duduknya, keluar dari kamar dan berlari kecil entah menuju ke mana.

~"~

Cahaya lilin menjadi satu-satunya penerangan bagi Tuan Shin, yang saat ini tengah serius membaca sebuah buku di dalam ruang baca miliknya. Pria itu membalikkan halaman berikutnya dari buku tersebut. Membaca buku sebelum tidur merupakan kebiasaannya sejak ia masih bujang, dan ia sama sekali tidak bisa melepaskan kebiasaan tersebut.

"Abeoji, ini Yoo Ri, boleh aku masuk?"

Suara Yoo Ri yang meminta izin masuk itu membuat Tuan Shin menutup buku tebalnya dan mempersilakan putrinya untuk masuk. Senyuman tipis terlukis di wajahnya saat melihat anak gadisnya masuk ke dalam kamar. "Ada apa kau datang selarut ini, hm?" tanyanya.

Yoo Ri yang sudah duduk di hadapan Sang Ayah menorehkan senyumannya juga. "Sebelumnya, apa aku mengganggumu, Abeoji?"

Tuan Shin menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Yoo Ri. "Ada apa memangnya?"

"Abeoji, aku dengar abeoji dekat dengan wang daebi mama, apa itu benar?"

Tuan Shin mengernyitkan dahinya setelah mendengar pertanyaan Yoo Ri. "Kenapa kau ...." ucapannya terhenti sejenak, ia memperhatikan raut wajah dari Yoo Ri, "ho! apa kau ingin meminta bantuan wang daebi mama agar kau bisa menjadi putri mahkota?" tebaknya tepat sasaran karena Yoo Ri segera menganggukkan kepalanya tanpa ada beban sedikitpun.

"Abeoji, tolong minta bantuan wang daebi mama agar aku dapat menjadi putri mahkota, ya? Aku mohon," mohon Yoo Ri dengan memasang wajah semanis mungkin agar Sang Ayah mau melakukan permintaannya itu.

Tuan Shin menghela napasnya kasar mendapatkan respon seperti itu. Ia tidak menyangka jika anaknya sebegitu besar ingin menjadi seorang putri mahkota disaat dirinya sebenarnya masih tidak rela Yoo Ri ikut dalam pemilihan itu. Tapi ia lebih tidak menyangka atas permintaan Yoo Ri, meminta bantuan ibu suri istana agar menjadikan Yoo Ri sebagai putri mahkota?

"Aebi tidak akan melakukannya," jawab Tuan Shin yang membuat raut wajah Yoo Ri seketika muram. "Jujur saja, aebi masih tidak rela kau ikut serta dalam pemilihan ini, dan sekarang kau meminta aebi untuk memohon kepada wang daebi mama agar menjadikanmu putri mahkota?" ia menggelengkan kepalanya tegas, "aebi tidak akan melakukannya," sambungnya.

"Tapi abeoji, aku sangat---"

"Jika kau sangat ingin menjadi putri mahkota, kau harus berusaha dengan kemampuanmu sendiri, bukan dengan cara seperti ini. Kau mengerti, Shin Yoo Ri-ssi?"