Chereads / Queen Seohyun / Chapter 24 - Chapter 24

Chapter 24 - Chapter 24

Senyuman tipis menghiasi wajah Yoo Ri yang saat ini sedang menikmati camilan sore dengan ditemani teh bunga yang masih mengepulkan uapnya. Sungguh senang rasanya karena mengetahui sosok kakak iparnya adalah Si Tuan Muda Norigae.

"Sepertinya Anda sedang senang, bin-gung mama," ujar Im Sanggung---pelayan pribadi Yoo Ri.

"Tentu saja, karena hari ini aku bertemu dengan kakak iparku," jawab Yoo Ri dengan nada yang ceria.

Im Sanggung nampak tersenyum mendengar nada ceria dari Yoo Ri, sepertinya ini kali pertama dalam lima bulan terakhir ia baru mendengar sang putri mahkota terlihat begitu ceria seperti ini. Wanita ber-dangui hijau tua itu sangat tahu betul apa saja yang dialami oleh putri mahkota selama lima bulan ini, terutama masalah hubungan Yoo Ri dan juga Yi Jin.

"Im Sanggung," panggil Yoo Ri.

"Ye mama, ada apa?"

"Aku ingin tahu bagaimana sosok Jaehyang Daegun. Dan, kenapa dia tidak menjadi..." Yoo Ri menjeda sejenak ucapannya lalu sedikit mencondongkan tubuhnya, "putra mahkota," sambungnya dengan suara yang ia pelankan.

Wajah terkejut sama sekali tidak dapat disembunyikan Im Sanggung ketika mendengar permintaan Yoo Ri. Ia sudah bertahun-tahun bekerja di istana, dan sudah tahu betul apa saja yang terjadi di dalam istana ini, termasuk dengan alasan Pangeran Jaehyang tidak diangkat menjadi seorang putra mahkota, padahal dia adalah anak tertua Raja Jeongwoo.

"Maafkan hamba mama, tapi hamba tidak bisa memberitahukan hal tersebut," ujar Im Sanggung.

Yoo Ri menghela napas kecewa. "Baiklah, tidak masalah Im Sanggung, kau tidak perlu meminta maaf."

~"~

Sementara itu, pemuda yang sempat dibicarakan oleh Putri Mahkota Shin, saat ini berdiri di depan pintu masuk kediaman ibunya---Ratu Kim. Di dalam sana ia bisa mendengar suara ibunya tengah bercengkrama dengan Putri Soojin, bahkan sesekali terdengar suara tawa dari Ratu Kim, dan itu bisa membuat Jaehyang menyunggingkan senyumannya, walaupun tipis.

Sungguh, ia sangat merindukan ibunya dan sangat ingin bertemu secara pribadi dengan wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya. Setiap kali ia berkunjung ke istana, sekalipun ia tidak pernah menemui ibunya secara pribadi. Bukan karena ia enggan menemuinya, tetapi justru karena ibunyalah yang enggan menemui dirinya, bahkan saat ia masih tinggal di istanapun, Ratu Kim enggan menemuinya secara pribadi jika tidak ada hal yang penting.

"Daegun mama, haruskah hamba memberitahu kedatangan Anda?"

Pertanyaan dari Yoo Sanggung---pelayan pribadi dari Ratu Kim---memecahkan lamunan Jaehyang sedari tadi. Pemuda itu terdiam sejenak, menimbang-nimbang haruskah ia mempersilakan wanita ber-dangui hijau itu untuk mengumumkan kedatangannya atau justru sebaliknya. Ia menolehkan kepalanya dan menganggukkan kepalanya, tanda mempersilakan Yoo Sanggung memberitahukan kedatangannya pada sang ibu.

"Jungjeon mama, Jaehyang Daegun Mama ingin menemui Anda."

"Suruh dia pulang saja, aku sedang ingin berdua dengan gongju."

Jawaban penolakan dari Ratu Kim itu sungguh seperti anak panah yang dilesatkan lalu menusuk tepat pada tubuh Jaehyang, sangat sakit. Tanpa mengatakan sepatah katapun, ia memilih untuk segera meninggalkan kediaman ibunya dengan perasaan sedih dan sakit. Sungguh, sebenarnya apa salah dirinya sampai ibu kandungnya sendiri tidak mau menemuinya? Langkah kaki Jaehyang terhenti ketika maniknya menangkap rombongan Putra Mahkota Yi Jin yang sedang berjalan ke arah kediaman ratu.

"Tolak jika ayahmu akan menjadikanmu sebagai putra mahkota."

Seketika ucapan atau mungkin lebih mengarah ke sebuah perintah dari Ratu Kim, kembali terngiang di telinganya lagi. Perintah itu ia dapatkan ketika berusia sepuluh tahunan. Dengan raut wajah dingin ibunya itu menyuruhnya untuk menolak menjadi seorang putra mahkota.

"Maaf jika soja terdengar lancang, tetapi tanpa eoma mama memerintahkannyapun, soja akan menolaknya. Soja sama sekali tidak menginginkan tahta itu."

Dan itulah jawaban yang diberikannya pada sang ibu. Tidak mengingkan tahta? Ya benar, ia memang tidak menginginkan tahta sama sekali, sejak dulu bahkan sampai detik ini ia sama sekali tidak mengingkan hal itu. Dan jika satu hari nanti ada seseorang yang mencoba menghasut untuk menggulingkan tahta adiknya sendiri, maka ia akan memilih untuk membunuh orang tersebut.

~"~

"Eoma mama, kenapa eoma mama menolak kedatangan Jaehyang Orabeoni?"

Pertanyaan dari Putri Soojin membuat Ratu Kim tersadar dari lamunannya sedari tadi. Seulas senyuman ia sunggingkan di wajahnya itu. "Ya seperti yang aemi katakan tadi, aemi sedang ingin berdua saja denganmu."

Putri Soojin menghela napasnya setelah mendengar jawaban ibunya yang berbohong. Ia tahu jika ibunya ini sejak dulu memang enggan menemui kakak tertuanya itu, bahkan ibunya selalu bersikap dingin pada kakak tertuanya. "Eoma mama, sebenarnya apa alasan eoma mama bersikap begitu dingin pada Jaehyang Orabeoni? dia juga anak eoma mama, bukan?"

Ratu Kim sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya setelah anak bungsunya ini bertanya seperti itu. Ia memiliki alasan kenapa bersikap dingin kepada anak tertuanya tetapi alasan itu sama sekali tidak bisa ia ceritakan kepada siapapun, termasuk ketiga anak-anaknya. Alasan dibalik sikap dinginnya seorang Ratu Kim adalah karena Jaehyang terlahir sebagai anak kembar, karena suatu hal yang buruk jika seorang ibu melahirkan bayi kembar. Dan jika itu terjadi, maka salah satu dari bayi kembar itu harus segera dibunuh, dan itupun terjadi pada saudara kembar Jaehyang.

Karena ia melahirkan anak kembar, ia harus rela kehilangan wanita yang menjadi penopangnya di istana ini, wanita itu adalah mendiang ibu suri istana---nenek dari Raja Jeongwoo. Mendiang ibu suri istana adalah wanita yang selalu mendukung Ratu Kim, sejak wanita itu berstatus putri mahkota, akan tetapi setelah ia melahirkan anak kembar, ibu suri istana menjadi membencinya. Dan karena hal itu, Ratu Kim menyematkan 'pembawa sial' pada Jaehyang.

~"~

Siang ini begitu terasa dingin padahal sang mentari bersinar dengan cerahnya. Kim Chae Yoon yang sedang duduk seorang diri di teras kamarnya nampak sibuk dengan sulamannya. Di samping perempuan ber-jeogori kuning cerah itu terdapat meja kecil yang di atasnya berisikan satu piring camilan dan juga satu poci teh yang nampak masih mengepulkan uapnya. Chae Yoon sedang menyulam sebuah pemandangan pada kain yang akan ia jadikan sapu tangan, nantinya sapu tangan itu akan ia titipkan pada ayahnya untuk diberikan pada Putra Mahkota Yi Jin, ia yakin pangeran penerus tahta itu akan senang mendapatkan hadian ini darinya.

Sudah lima bulan lamanya sejak ia tidak lolos menjadi putri mahkota, dan selama itu ia terus berharap jika satu hari dirinya akan dipanggil untuk masuk ke istana sebagai selir bagi putra mahkota. Ia tak peduli jika harus memulainya dari seorang selir, karena ayahnya dan juga sang ratu pasti akan membuat dirinya bisa naik tahta menjadi ratu bagi Yi Jin kelak. Tidak lama lagi ia pasti akan masuk ke istana menjadi selir, karena rumor mandulnya sang putri mahkota sudah ia dengar beberapa hari yang lalu.

"Agasshi."

Panggilan seorang pelayan wanita itu membuat Chae Yoon berhenti sejenak dengan kegiatannya itu dan menolehkan kepalanya pada sang pelayan. "Oh, ajjuma ada apa?"

"Ada seseorang yang ingin menemui Anda, dia sedang ada di bangunan utama," ujar pelayan wanita itu.

Chae Yoon memiringkan kepalanya karena merasa penasaran siapa gerangan yang datang menemuinya di siang ini. "Baiklah, suruh dia menunggu. Aku akan segera ke sana."