"Kenapa minta talak kak?" tanya Rere pada Dila. Mereka di dapur. Rere sedang mengiris bahan makanan. Rencananya mereka akan masak ikan bakar.
"Aku tidak mau menjadi duri dalam hubungan kalian. Aku sudah terbiasa sendiri jadi tak sepantasnya aku datang. Kalian sudah bahagia dan aku tak ingin merusak kebahagiaan kalian."
"Kenapa kakak memikirkan kebahagiaan kami? Kakak kapan bahagia?"
"Aku bahagia bersama anak-anakku. Kami jangan risau. Aku merasa bersalah padamu."
"Bersalah?"
"Ya."
"Apa karena Bara meminta haknya sebagai suami?" Rere menebak.
Dila kaget setengah mati. Kenapa Rere bisa tahu jika ia dan Bara baru saja bercinta. Apa Bara menceritakannya? Jika iya, berarti Bara tidak punya otak hingga membicarakan urusan ranjang meski pada istrinya juga. Dila salah tingkah dan tak tahu harus menjawab apa.
"Bu-bukan," jawab Dila gemetar.
"Tidak perlu sungkan. Aku sudah tahu kemesumannya." Rere tersenyum mendengarnya.
Dila malah merinding mendengar ucapan Rere. Bagaimana pria itu bisa membagi cinta dengan dua orang yang berbeda dan tanpa malu menceritakan hubungan ranjang.
"Aku tahu Bara mesum dari cara dia melihat kakak."
"Bisa kita ganti topik?" Dila tak mau membicarakan Bara.
"Kenapa? Merasa tak enak padaku?" Rere menyentuh lengan Dila.
"Bukan begitu, tapi….."
"Tapi apa? Tak perlu sungkan padaku. Anggap saja aku adikmu. Sebenarnya kak….." Rere perlu meluruskan masalah.
"Sebenarnya apa?" Dila menunggu Rere bicara.
"Leon bukan anak bang Bara." Rere jujur pada akhirnya. Ia tak sanggup melihat duka di wajah Dila. "Aku berhutang budi pada dia. Aku hamil diluar nikah. Dia yang mengambil tanggung jawab sebagai ayah Leon."
"Apa?" Dila terbelalak mendengar fakta yang baru disampaikan Rere. Benar-benar tidak mengerti.
"Jangan tolak dia. Bang Bara sangat mencintai kakak. Aku saksi jika cintanya hanya untukmu.
"Meski itu bukan anak Bara, tapi bagi Leon Bara adalah ayahnya. Jangan korbankan diri kamu demi kami."
"Tidak kak, aku tidak berkorban demi kalian. Aku hanya adik tiri Bara. Papa Herman menikah dengan bundaku. Kami selama ini hanya bersandiwara di depanmu."
"Coba katakan sekali lagi?" Dila semakin shock mengetahui hubungan Rere dan Bara. Tangannya mengepal kuat. Tak sabar ingin memukul atau mencakar Bara karena telah mempermainkan perasaannya.
"Jangan marah. Aku melakukannya hanya untuk menguji perasaanmu saja. Apakah kakak masih mencintai bang Bara. Hanya itu. Ternyata firasatku benar. Kakak masih mencintai abang."
"Bara," cebik Dila kesal. Merasa kesal karena dipermainkan.
Apa Bara sedang membalasnya?
"Kakak marah?"
"Bagaimana aku tidak marah? Dia sengaja melakukannya dan membuatku tak bisa benapas."
"Itu artinya kalian harus bersama."
"Aku marah dan kesal padanya. Tidak akan aku biarkan dia kembali dengan mudah."
"Kakak mau membalas bang Bara?" Rere malah tertawa melihat pasangan BaraDila.
"Tentu saja. Aldebaran. Awas kau!"
"Awas apa?"
"Aku akan membuat perhitungan." Dila yang sedang membersihkan ikan emosi. Ia pukul pisau hingga kepala ikan terputus dan jatuh ke lantai. Sikap Dila bak eksekutor hukuman mati. Sorot matanya tajam seperti elang yang tengah menunggu mangsa.
"Aku enggak ikut ya kak." Rere angkat tangan. Gadis itu tersenyum manis melihat kekesalan Dila. Rere sudah bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Dila pada sang kakak.
"Ayo ribut kakak. Aku suka keributan." Rere malah jadi provokator.
"Tentu saja aku ribut. Kalo perlu kita bakar rumah ini," ucap Dila asal. Ia ambil kepala ikan yang jatuh di lantai. Ia cuci dengan bersih lalu masukan ke adonan bumbu untuk di marinasi.
*****
"Bar tolong gue," ucap Dino sebelum teleponnya terputus. Sebuah tendang mengenai punggung Dino sehingga ponselnya terlepas dari genggamannya.
Bara kaget setengah mati. Ia tahu nyawa Dino dan Gesa dalam bahaya. Tadi Gesa berpamitan dengannya untuk menemui Dino.
"Rere." Bara berteriak. Dari suaranya Bara terlihat panik. Dila dan Rere bergegas keluar kamar menyusul Bara.
"Ada apa bang?" Rere dan Dila ngeri melihat Bara memakai rompi anti peluru dan memasukkan peluru ke dalam pistol.
"Ada apa Bar?" Dila ikut bersuara.
"Dino dan Gesa dalam bahaya. Tadi Gesa izin padaku untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Dino. Ternyata suruhan pangeran Ahmed mengincar mereka."
"Rere," panggil Bara menyentuh bahu adiknya. "Kamu, Dila dan anak-anak tetap di penthouse. Jangan kemana-mana. Aku akan menyelamatkan Gesa. Sudah saatnya publik tahu siapa pembunuh Ananya."
"Tunggu," ucapan Dila dan Rere serentak. Mereka saling berpandangan.
"Apa?" Bara menatap keduanya bergantian.,
"Apa hubungan Gesa dan Dino?" Napas Dila naik turun-turun.
"Gesa asisten Ananya. Dia ada dalam mobil saat Ananya kecelakaan."
"Apa hubungan Dino dan Ananya?" Rere yang bertanya.
"Dino suami Ananya," ucap Bara pelan. Ia tahu reaksi Rere bagaimana nantinya.