"Bila kereta ini dibawa suamiku. Korang tahu apa yang akan berlaku. Apa ini sebab aku menolak cintanya lelaki gila itu?"
"Jangan cakap macam tu. Kakak Ananya bertahanlah." Gesa memangku Ananya.
"Ja—jaga suami dan anakku," ucap Ananya terbata-bata. Ia menghembuskan napas terakhir seraya menggenggam tangan Gesa.
"Kakak jangan bicara seperti itu. Kita akan selamat." Gesa menangis terisak-isak.
Tiga orang pria bertopeng turun dari mobil. Ketiganya sudah mengikuti kemana mereka sejak tadi. Gesa merasakan sinyal bahaya. Ia melihat ketiga pria itu. Gesa gadis yang pintar. Ia langsung mengerti kenapa rem mobil mereka tiba-tiba rusak, ternyata di sabotase. Gesa bersembunyi di belakang mobil agar ketiga pria itu tak melihatnya seraya mengamati keadaan.
"Akhirnya wanita ini mati juga. Dia terlalu sombong. Seharusnya bukan dia yang jadi korban, tapi mau bagaimana lagi. Mana wine?" Salah seorang penjahat berkata.
Rekannya memberikan wine, lalu pria itu meminumkannya pada mayat Ananya.
"Polisi akan mengidentifikasi ia kecelakaan karena mabuk. Perfect."
Tubuh Gesa berguncang hebat karena mengetahui fakta kecelakaan yang menimpa mereka. Kecelakaan ini telah direncanakan seperti dugaan Ananya. Gesa terlalu takut hingga menimbulkan suara. Gadis itu segera melarikan diri ketika ketiga penjahat menyadari keberadaannya.
"Kejar dia. Jangan sampai lepas."
Gesa melarikan diri secepat mungkin agar ketiga pria itu tidak bisa menangkapnya. Gesa tidak akan membiarkan Ananya difitnah. Meski Ananya telah meninggal dunia, ia tak akan membiarkan publik menghujat sang artis karena imagenya selama ini baik.
"Hai wanita berhenti!" Pekik salah seorang bandit memberikan tembakan peringatan.
Gesa semakin mempercepat larinya. Ia ketakutan jika suatu ketika pria itu menembaknya. Gesa menyadari ia menghadapi pembunuh bayaran. Meski tubuhnya terluka akibat kecelakaan, Gesa bertekad kuat untuk hidup. Ia tak akan membiarkan nama baik bosnya tercemar. Gesa terjatuh di aspal. Pria itu mendekatinya.
"Jangan bunuh saya," ucap Gesa menghiba.
"Kau terlalu banyak tahu." Bos bandit meletakkan pistol di kening Gesa.
Gadis itu pasrah menemui ajalnya. Gesa menutup matanya menunggu peluru bandit menembus kepalanya. Namun beberapa saat peluru itu tak kunjung menembus kepalanya. Gesa membuka mata. Bandit yang akan menembaknya terluka.
"Cepat naik motorku kak," ucap Rere mengulurkan bantuan. Rere akhirnya sadar dari lamunannya. Rere menabrak si bandit untuk menyelamatkan Gesa.
Tanpa berpikir panjang, Gesa naik ke atas motor Rere. Kedua bandit yang lain menghalangi motor Rere, namun gadis itu nekat dan menabrak kedua bandit hingga jatuh terpental seperti bosnya.
Rere terus saja mengemudikan motor dengan cepat. Ia membawa motor seperti di arena balap. Ketiga bandit itu mengejarnya menggunakan mobil. Meski ketakutan Rere tetap mengemudikan motor menjauhi penjahat. Gesa memegang erat pinggang Rere takut jatuh. Gadis itu tak mau meninggalkan Ananya seorang diri tapi nyawanya dalam bahaya.
"Berhenti," teriak salah satu bandit dari atas mobil. Ia mencoba menembak Rere, namun gadis itu melihat arah tembakan dari spion motor. Ia berhasil menghindari tembakan itu.
Rere menatap lurus ke depan. Ia mendengar suara kereta. Ia tambah kecepatan lalu melewati perlintasan kereta. Bandit gigit jari karena tidak bisa mengejar mereka karena ada kereta lewat.
"Korang cari mereka sampai dapat. Bunuh mereka!"
Rere membawa Gesa ke apartemennya. Gadis itu menggigil ketakutan. Ia tak mau bicara bahkan seperti orang linglung. Percobaan pembunuhan tadi menambah trauma Gesa. Ia menjadi saksi mata atas pembunuhan Ananya.
Tia, sahabat Rere memberikan Gesa minuman.
"Korang minumlah."
Gesa menatap Tia dengan tatapan nanar. Tidak tahu nasib apa yang akan menimpanya ke depan.
*****
Semenjak kejadian cinta satu malam dengan CEO tempatnya magang Rere tidak mau pergi bekerja. Menghabiskan waktu di kamar seorang diri. Mengurung diri dalam kamar. Ia tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Angga, pacarnya berusaha mendekati tapi Rere ketakutan. Ia masih tak bisa melupakan kejadian malam itu. Benci dan sakit hati mendengar ucapan pria yang telah menodainya.
Menjebaknya demi harta? Tak pernah ada dalam pikiran Rere. Bukannya mau sombong. Gadis itu sudah sultan semenjak dalam kandungan. Tidak mungkin menjebak sang CEO karena harta. Alasan yang tidak masuk akal dan menghina harga dirinya.
Rere tipe perempuan tinggi hati dan gengsian. Ia tak terima jika dihina bahkan diinjak harga dirinya oleh orang lain. Ia tak akan mau memperlihatkan kelemahannya pada orang lain. Rere hanya memperlihatkan kelemahannya hanya pada Tia. Mereka berdua bersahabat sejak pertama kali kuliah, bahkan Rere membujuk bundanya membiayai kuliah Tia karena ayah sahabatnya telah tiada. Mama Tia sudah tak mampu membiayainya kuliah. Berkat bantuan Rere dan keluarganya Tia masih bisa berkuliah hingga tingkat akhir. Sebentar lagi mereka akan wisuda.
Seminggu setelah kejadian itu Gesa sudah keluar dari rumah sakit. Kondisinya sudah sedikit stabil. Untuk sementara waktu Rere menampung Gesa di apartemennya hingga kondisi gadis itu normal kembali. Gesa sudah bisa bersikap normal namun tiba-tiba menangis jika menonton acara televisi yang memberitakan kematian Ananya Shyla.
Tempat hiburan Malaysia meratapi kematian artis terkenal mereka, Ananya Shyla. Pelakon itu mati dalam kemalangan. Ananya mati di tempat kejadian. Menurut polis, Ananya mengalami kemalangan kerana meminum alkohol. Keluarga tidak mempercayai kenyataan polis. Menurut keluarga, Ananya seorang isteri dan ibu yang baik. Jangan sekali-kali minum minuman yang tidak bersih. Keluarga itu tidak menerima wawancara dari wartawan kerana mereka bersedih.
Peminat artis sangat terkejut melihat kelakuan idola mereka. Warganegara menghujat Ananya. Menurut netizen, Ananya hanya bagus di depan kamera walaupun di belakang tabir dia mempunyai tingkah laku buruk.
(Dunia hiburan Malaysia berduka atas meninggalnya artis terkenal mereka Ananya Shyla. Sang aktris tewas karena kecelakaan. Ananya meninggal ditempat. Menurut kepolisian Ananya kecelakaan karena minum alkohol. Pihak keluarga tidak percaya dengan keterangan polisi. Menurut keluarga Ananya istri dan ibu yang baik. Tidak pernah minum minuman haram. Keluarga tidak terima wawancara dari wartawan karena sedang berduka.
Penggemar sang artis sangat terkejut melihat kelakuan idola mereka. Warganet menghujat Ananya. Menurut netizen Ananya hanya baik di depan kamera padahal di belakang layar memiliki kelakuan jelek).
"Tidak. Kak Ananya tidak seperti itu. Dia sangat baik dan menjaga dirinya sendiri. Dia gadis soleha. Jangan sesekali menjamah minuman yang tidak bersih. Dia dibunuh bukan kemalangan. Kalian jahat." Teriak Gesa frustasi.
Gesa kembali histeris melihat komentar jelek netizen. Gadis itu tak terima atasannya digosipkan yang tidak benar.
"Bawa lagi Gesa ke rumah sakit Tia. Pergilah bersama uncle Mutu." Rere menatap iba pada Gesa.
"Tenanglah. Awak berada di tempat yang safety. Mereka tidak akan temukan awak." Rere mengusap kepala Gesa. Mendadak gadis itu diam tak mengamuk seperti tadi.
"Kak. Awak tahu semuanya. Rem kereta Ananya dirusak. Awak liat sendiri macam mana mereka menghinakan dia." Gesa menatap Rere dengan sejuta harapan.
"Saya tahu. Macam mana mereka bunuh Ananya but kita tak bisa cakap dengan wartawan. Pembunuhnya bukan sembarang orang. Mereka dangerous."
Gesa kembali berteriak histeris. Mau tidak mau Tia meminta bantuan uncle Mutu untuk kembali membawa Gesa ke rumah sakit.
"Awak harus kembali ke rumah sakit. Awak harus segera sihat. Jika awak benar sayang ke Ananya. Awak harus strong ungkap kenyataan pada polis. Awak jangan khawatir. Saya akan tanggung biaya pengobatan awak," ucap Rere sebelum Tia membawa Gesa pergi.
"Lo gapapa tinggal sendiri?" Tia jadi ragu meninggalkan Rere sendirian di apartemen.
Rere mengangguk, "Gapapa. Pergilah. Pulihkan mental Gesa."
"Lo juga Re." Tia memelas menatap sahabatnya ironi.
"Gue baik-baik saja Tia. Gue masih bisa mengontrol diri gue. Cepatlah bawa sebelum dia ngamuk lagi," usir Rere halus.