Traang... Traang... Traang...
Duaaarr...
Suara pedang dan ledakan menggema memenuhi halaman istana. Mayat mayat berserakan, kebakaran di mana-mana, dan suara suara teriakan para prajurit yang masih berjuang memekakan telinga.
"Hahaha... Sudahlah mengalah saja Robert. Serahkan anak itu padaku." Teriak orang itu sambil mengibaskan pedangnya ke kanan dan kirinya. Orang itu masih terlihat kuat meskipun tubuhnya telah menerima banyak luka, bahkan darah segar masih mengalir di wajahnya.
"Tidak akan. Aku tetap akan mempertahankan anakku meski nyawa taruhannya." Ucap seorang lelaki yang dipanggil Robert itu.
"Tch baiklah jika itu maumu. Toh nanti jika kau mati aku bisa mendapatkan anak itu tanpa rintangan apapun." Orang itu menyeringai lebar.
"Lihat saja siapa yang akan menang." Ucap Robert dengan memasang kuda-kuda untuk mengeluarkan semua kekuatannya yang tersisa.
"BLACK DRAGON!" Kegelapan menyelimuti sekeliling orang itu dan membentuk seekor naga hitam yang mengerikan.
"WHITE DRAGON WIND!" Cahaya terang mengelilingi Robert dan membentuk seekor naga putih yang sangat kuat.
"HIIYAAA..." Keduanya berteriak dan mengerahkan kekuatannya masing-masing. Dua kekuatan yang bertemu itu menimbulkan ledakan yang sangat dasyat dan menghancurkan semua yang ada di tempat itu.
Flashback on (sebelum perang)
"Apa rencanamu untuk putri kita Calista?" Tanya Raja Robert pada istrinya yang sedang mengamati putrinya tertidur pulas.
"Aku akan menyuruh dayang serta pengawal kita untuk membawanya ke bumi dan merawatnya. Apakah kau setuju suamiku?" Ratu Calista menatap suaminya. Ia tau bahwa suaminya sangat mengkhawatirkan keselamatan putrinya dari Raja Kegelapan.
"Lakukan saja yang terbaik untuknya. Aku akan menahan orang itu sebisaku." Raut wajah Raja Robert berubah sendu memikirkan apa yang akan dihadapi anaknya kelak sebagai anak yang ditakdirkan membawa perdamaian.
"Aku pasti akan membantumu. Jika kita kalah kita masih bisa melindunginya dari jauh." Ratu Calista memeluk suaminya memberikan dukungan.
Flashback off
Flashback on(sebelum ledakan)
"Kalian berdua tolong kemari!" Teriak Ratu Calista sambil menggendong anaknya.
"Ada apa Yang Mulia Ratu?" Jawab mereka dengan menundukkan kepala.
"Tolong bawa anakku ke bumi. Jaga dia baik-baik, rawat dia di bumi. Jika sudah waktunya dia kembali maka akan ada yang menjemputnya kembali." Ucap Ratu Calista dengan menyerahkan anaknya ke gendongan dayang itu.
"Aku akan membuatkan portal untuk kalian menuju bumi. Jaga anakku dengan nyawa kalian." Ucap Ratu Calista lagi lalu terpejam sesaat.
"Baik Yang Mulia kami akan melakukannya." Ucap dayang itu.
"THE PORTAL TO EARTH!" Muncul sebuah lingkaran putih yang membesar dan mengeluarkan cahaya yang menyilaukan.
"Sekarang masuklah dan bawalah ini berikan padanya saat usianya 17 tahun." Ucap Ratu Calista dengan menyerahkan sebuah pedang, belati, dan kalung kristal berwarna biru muda.
"Baik kami akan menjaganya." Ucap mereka yang kemudian masuk ke lubang itu dan hilang seketika.
Flashback off
Criip... Criip... Criip...
Suara kicauan burung menyambut mentari pagi membangunkan gadis berambut biru yang tengah meringkuk di atas kasurnya. Gadis itu terbangun lalu segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai ia memakai seragamnya dan beranjak turun menuju ruang makan.
"Ohayou, nak. Sudah bangun?" Sapa seorang ibu pada gadis itu. Namun gadis itu tidak menjawab sapaan itu ia hanya terdiam dengan wajah dinginnya.
"Hmm pagi-pagi kok sudah dingin gitu, sih. Apa kamu tidak senang sekolah di Light Academy?" Lagi-lagi gadis itu tidak menjawab hanya meminum segelas susu coklat yang diberikan ibunya.
"Seharusnya kamu senang Putri sayang. Jangan datar gitu wajahnya." Ucap ibu itu sambil melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Yang dikatakan ibumu benar Putri. Kau seharusnya senang karena di sana kamu bisa melatih kekuatan yang kamu miliki tanpa takut orang-orang menjauhimu." Timpal ayahnya yang ikut bergabung di meja makan itu. Gadis yang dipanggil Putri itu hanya diam membisu sambil mengamati gelas yang ada di tangannya.
Tiin... Tiin...
Suara tlakson mobil itu membuat kegiatan mereka terhenti. Putri beranjak dari duduknya dan menarik koper birunya menuju depan rumah.
"Wah ternyata jemputannya sudah datang, toh." Ucap ibunya sambil menengok Putri yang keluar dari rumah. Dari mobil silver itu keluar dua orang pria yang masih muda dengan tinggi yang berbeda. Mereka berjalan menuju pintu rumah Putri. Seragam yang mereka gunakan pin berbeda. Pria yang tinggi menggunakan baju dan jubah berwarna biru tua sedangkan pria yang lebih pendek menggunakan baju dan jubah berwarna biru muda.
"Selamat pagi bapak dan ibu. Kedatangan kami kemari ingin menjemput anak anda." Ucap pria berbaju biru muda dengan membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Iya silahkan. Semoga dia bisa menyesuaikan diri di sana." Jawab ibu Putri dengan tersenyum.
"Akan kami pastikan. Mari Nona Putri." Pria itu membawa koper Putri menuju mobil. Putri memasang earphone di telinganya dan mendengarkan musik kesukaannya saat masuk ke mobil. Setelah memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal mobil itu melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah itu.
Sepanjang perjalanan menuju akademi Putri hanya diam dan menikmati alunan musik kesukaannya hingga ia tertidur. Suasana yang tenang pun membuat Putri semakin nyenyak dalam tidurnya. Hingga mereka sampai di perbatasan Light Academy.
Pyaaaasshh....
Cahaya terang yang menyilaukan mata menerpa mereka hingga perlahan-lahan cahaya itu kembali normal. Kedua orang pria itu bernafas lega tapi saat mereka melihat ke belakang mereka terkejut melihat Putri masih tertidur.
"Astagaa." Keluh mereka bersamaan. Mereka saling pandang mempertanyakan siapa yang akan membangunkannya.
"Kau saja Ken yang bangunin." Ucap pria berjubah biru muda.
"Tidak Kei, kau yang harus membangunkannya." Tolak orang yang dipanggil Ken itu. Mereka saling beradu pendapat tentang siapa yang akan membangunkan Putri, hingga akhirnya Putri terbangun dan melihat mereka bertengkar. Diam-diam Putri menggunakan teleportasinya untuk keluar dari dalam mobil itu, lalu menuju ke bagasi mobil untuk mengambil kopernya menggunakan kekuatannya. Setelah mengambil kopernya Putri lalu berjalan menuju ke dalam akademi meninggalkan mereka yang masih bertengkar. Hingga mereka tersadar bahwa orang yang mereka debatkan sudah tidak ada di dalam mobil. Mereka saling pandang lagi dan langsung keluar dari mobil.
"Cih ini semua gara-gara kamu." Gerutu Kei sambil berjalan meninggalkan Ken di belakangnya.
"Kalau kau membangunkannya pasti tidak akan begini. Sudahlah tidak usah di debatin lagi. Mendingan kita cari dia." Jawab Ken lalu berjalan mendahului Kei.
"Kira-kira kemana ya dia?" Tanya Kei sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Aku rasa dia ke ruang kepala sekolah." Jawab Ken dengan santay.
"Mana mungkin memangnya dia tau dimana letak ruang kepsek." sahut Kei tidak percaya.
"Hei di akademi ini ada banyak orang bisa saja dia minta tolong seseorang untuk mengantarnya. Sudahlah kita cek saja ke ruang kepala sekolah kalau tidak ada kita cari lagi." Jawab Ken dengan mempercepat langkahnya menuju ruang kepala sekolah.
"Iya juga ya. Hei tunggu aku Keen!" Teriak Kei yang kemudian berlari menyusul Ken yang telah jauh di depannya.
_to be continued_