Semalam, Sesudah Merengek. Pak Richard Tiba-Tiba Mengajak Ibu Clara Berbicara Serius.
" Clara Jadi Apa Yang Kau Pikirkan Tentangku?".
" Maksudmu?".
" Kau Jelas Tau Apa Yang Aku Bicarakan".
" Serius, Aku Tak Paham?". Ucap Ibu Clara Menyela Pertanyaan Pak Richard.
" Aku Langsung Pada Pointnya, Bagaimana Jika Aku Menyukaimu?". Tanya Pak Richard Tenang, Tanpa Mengalihkan Pandangan Matanya.
Rasanya Tercekat Tiba-Tiba. Ibu Clara Tak Tau Lagi Harus Berbicara Apa.
" Aku Harap Ucapanku Bisa Kau Anggap Serius".
Sejujurnya Aku Benar-Benar Ingin Memastikan Perasaanku Ini Kepadamu.
Maaf Jika Aku Terkesan Sebagai Pria Pengecut, Tapi Aku Harap Kau Mengerti.
" Apa Kau Serius Menyukaiku?".
" Bagaimana Bisa Kau Menyukaiku?".
" Kau Tau Aku Benci Saat Pertama Kali Bekerja Denganmu, Aku Berpikir, Mengapa Aku Bisa Mendapatkan Atasan Sikiller Dirimu".
" Setiap Kali Aku Berkunjung Keruanganmu, Yang Kurasakan Hanya Keringat Dingin Yang Terus Mengalir Didalam Tubuhku".
" Aku Berusaha Tak Terlihat Gugup, Apalagi Saat Kau Menatapku Tanpa Ekspresi, Kau Seperti Mayat Hidup".
" Apa Kau Selalu Memberi Tatapan Seperti Itu?".
" Mari Kita Jalani Saja Lebih Dulu, Jika Kau Dan Aku Sama-Sama Nyaman, Ayo Kita Lanjut Ketahap Yang Lebih Serius". Jawab Ibu Clara Tegas.
" Ayo Jalani Hubungan Kita Dengan Santai, Saling Beri Kepercayaan Dan Juga Jangan Salah Paham".
" Baiklah Setuju". Jawab Pak Richard Girang.
" Iya".
" Eh...Eh Itu Artinya Kita Resmi Berpacarankan?"
" Siapa Yang Bilang Begitu, Aku Hanya Bilang Jika Aku Mengijinkan Hubungan Kita Santai Bukan Menerimamu Jadi Pacarku". Jelas Ibu Clara.
" Ya..., Saya Kecewa. Kenapa Kau Suka Mempermainkan Perasaan Saya?". Ucap Pak Richard Tak Terima.
" Siapa Yang Mempermainkan Siapa?".
" Saya Kan Cuma Meluruskan Ucapan Saya Jika Kita Memang Menjalani Hubungan Kita Tapi Semua Butuh Proses".
" Maaf Jika Ucapanku Membuatmu Terganggu".
" Tak Masalah, Aku Akan Berusaha Agar Kau Jatuh Cinta Padaku". Ucap Pak Richard Tegas.
" Buktikan".
" Baik, Aku Mau Kita Buat Perjanjian, Tqpi Sebelumnya Kau Harus Tinggal Di Mansionku".
Jangan Membantah Aku Hanya Ingin Melindungimu.
" Bagaimana Setuju?".
" Tap- Tapi Ya Sudahlah, Percuma Saja, Aku Akan Kalah, Jika Berdebat Denganmu".
" Aku Setuju".
" Oke Besok Aku Akan Menyuruh Orangku Membawa Barang-Barangmu Kesini".
" Eh...Ehh, Kenapa Harus Begitu, Aku Setuju Untuk Pindah Tapi, Biarkan Barangku Tinggal Diapartemenku, Aku Tak Kau Mungkin Menyakitiku Suatu Saat".
" Baik, Bertahanlah Besok Aku Akan Membelikan Seluruh Perlengkapanmu Disini".
" Ah.., Itu tak Penting. Aku Masih Mempunyai Persediaan Pakaian Disini".
Dan Satu Lagi, Aku Mau Punya Kamar Sendiri.
" Apa Kah Permintaannya Harus Kukabulkan?".
" Tentu Saja".
Memangnya, Kau Pikir Aku Bercanda.
" Tapi Tetap Saja, Aku Tak Bisa Jauh Dari Calon Istriku!". Ucap Pak Richard Menggoda.
" Dan Kau Terus Mengganggu".
" Huh...Sudahlah, Ternyata Aku Lelah Juga Jika Bicara Denganmu".
" Sebentar, Tapi Aku Penasaran Denganmu!". Tanya Pak Richard Serius.
" Hal Apa Yang Terlalu Serius Pada Diriku Hingga Kau Ingin Tau".
" Jangan Marah Ya Dengan Pertanyaanku".
" Tergantung Dengan Isi Pertanyaannya". Jawab Ibu Clara Santai.
" Huh...Sepertinya Aku Batal Bertanya!". Ucap Pak Richard Menyerah.
" Hei, Ayolah Kau Tau Aku Sudah Setengah Mati Penasaran, Kau Malah Membatalkan Pertanyaannya".
Tchi, Konyol Sekali.
" Lupakan Pertanyaan Itu Tak Penting".
" Huh...Kau Ini Mulai Membuatku Kesal Lagi".
" Baik-Baik, Aku Langsung Kepoint Utama".
" Apa Kau Mempunyai Kekasih Sebelum Dekat Denganku?".
" Eumm, Bagaimana Ya, Aku Baru Pertama Kali Dekat Dengan Pria Dan Orang Itu Hanya Kau". Jawab Ibu Clara Jujur.
Tapi Siapa Sangka, Jika Pak Richard Bukan Tipe Yang Akan Puas DenganbJawaban Ibu Clara. Iya Seperti Tertantang Untung Bertanya Terus Menerus.
" Bohong Jika Aku Adalah Pria Pertama Yang Bisa Dekat Denganmu, Buktinya Kau Dikantor Saja Sangat Lengket Dengan Pak Leonardo".
" Eh...Eh...Kenapa Nama Pak Leonardo, Juga Ikut Dibawah Kesini?". Tanya Ibu Clara Sudah Tak Santai.
" Ya Karena Aku Perhatikan Kau Selalu Dekat Dengannya".
" Sudahlah Kau Benar-Benar Tak Peka".
" Eh...Eh, Apa Kau Sedang Cemburu?".
" Tidak Peka Kau Bilang, Yang Benar Saja?".
" Cemburu, Kah?".
" Iya Aku Cemburu, Kau Puas Sekarang?". Jawab Pak Richard Setengah Kesal.
" Ahahaha....Kau Ini, Wajahmu?".
" Kenapa Dengan Wajahku".
" Wajahmu Memerah, Kau Seperti Kepiting Rebus".
" Kau Malu Ya?". Tanya Ibu Clara Menggoda.
" Apa-Apaan Kau?".
" Kenapa, Aku Harus Malu?".
" Ya Karena Itu, Wajahmu Memerah". Jelas Ibu Clara.
" Kau Ini Kenapa Suka Sekali Berdebat?".
" Aku Ingin Mengajukan Satu Pertanyaan". Ijin Pak Richard.
" Ya, Apa Itu?". Tanya Ibu Clara.
" Kenalkan Aku Pada Orangtuamu, Boleh, Kah?".
" Kenapa Tiba-Tiba?".
" Bukan Tiba-Tiba Tapi Saya Hanya Ingin Berkenalan Dengan Mereka".
" Maaf Ya, Sepertinya Saat Ini Aku Tak Bisa Mengenalkanmu Pada Mereka".
" Kenapa?".
Richard Tolong, Jangan Bertanya Alasannya Aku Tak Bisa Memberimu, Alasannya.
" Baiklah Aku Akan Menunggu".
" Terima Kasih Kalau Kau Paham".
Jangan Bertanya Lagi, Aku Lelah Ayo Kita Tidur.
" Clara" Panggil Pak Richard.
" Iya".
Mendekatlah, Aku Ingin Memberimu Sesuatu.
Tanpa Berdebat, Clara Langsung Duduk Disamping Pak Richard.
"CUP".
Terima Kasih Sudah Memberiku Kesempatan Untuk Mengenalmu.
Jangan Pernah Merasa Sedih Atau Tertekan, Aku Selalu Ada Disampingmu, Mari Tetap Pegang Tanganku.
Jika Kau Tersesat, Datang kepadaku, Kita Sama-Sama Mencari Solusi.
Aku Tau, Aku Adalah Pria Brengsek Tapi Setidaknya, Kali Ini Kau Bisa Percayakan Masalahmu Padaku.
"Hiks...Hikss..., Kenapa Sesakit Ini, Hm?".
Cup...Cup..., Tenanglah Jika Kau Tak Siap Bercerita Aku Mengerti..
Pak Richard Menarik Tubuh Mungil Ibu Clara Dalam Peluknya, Lalu Mengusap Tubuh Mungilnya Dengan Sayang.
Sekitar 7 Menit Mereka Berpelukan Begitu Juga Dengan Tangis Ibu Clara, Yang Perlahan Sudah Redah.
" Jangan Menangis Hm..., Wajahmu Sudah Bengkak".
" Iya".
" Ayo Kita Tidur, Aku Lelah".
" Cium Dulu".
CUP...
Viuman Lembut Tanpa Ada Lumatan, Ibu Clara Memejamkan Mata Menikmati Ciumannya Bersama Pak Richard.
Ciuman Terlepas, Pak Richard Beranjak Naik Keatas Ranjang Lalu Membaringkan Tubuhnya, Begitu Juga Dengan Ibu Clara, Mereka Berdua Mencari Posisi Tidur Yang Nyaman.
" Clara Boleh Kutanyakan Satu Pertanyaan Lagi?".
" Boleh, Tapi Pertanyaan Tak Penting Aku Tak Akan Menjawab".
" Wah...Kali Ini Pertanyaannya Penting".
" Baiklah".
Mengenai Syarat Bahwa Kau Ingin Pisah Kamar Denganku, Aku Kurang Setuju Denganmu.
" Ayolah Kuharap Kau Bisa Pikirkan Kembali Syaratmu, Sungguh Saat Ini Aku Tak Suka Jika Kita Berjauhan".
" Ya Itu Cuma Akal-Akalmu Saja, Aku Biasa Saja".
" Ya Ampun, Kau Ini, Kenapa Tak Bisa Sekali Saja Merengek".
" Kau Tau Alasanmu Itu, Sangat Klise".
" Hah...Kelihatan Jelas, Kah?".
" Hm..Sangat Jelas".
" Mari Kita Seleesaikan Sekarang".
" Eh..Eh, Mau Apa Kau?". Tanya Ibu Clara, Yang Tak Nyaman Dengan Tingkah Pak Richard.
Sepertinya, Saat Ini Bibirmu Sangat Candu.
" Boleh Kucium Sekali Lagi?". Tanya Pak Richard Dengan Tenang.
" PLAK, Dasar Atasan Mesum!". Clara Menggeram Kesal.
" Aku Minta Maaf, Tolong Ampuni Kesalahanku".
" Ya, Kupikir Sebaiknya Juga Begitu, Kau Tau Tidak, Dari Awal Pertanyaanmu Memang Tak Bermutu".
" Tak Bermutu?". Tanya Balik Pak Rochard.
" Ya".
"Tapi Kau Suka Kan, Saat Aku Menyatakan Perasaanku Padamu" Tanya Pak Richard Menggoda.
" Tidak Juga".
" Hah...Masa?". Wajahmu Sudah Merah.
" Aaah...Richard!".
" Baik- Baiklah Aku Berhenti".