Cassi yang haus segera mengambil minum lewat dispenser yang dipasang di sudut ruangan perpustakaan. Ada beberapa gelas dan cemilan rendah gula dan gluten yang disediakan. Mungkin Darren suka membaca dan ketika ia ingin makan dan minum tidak perlu ke dapur karena letaknya cukup jauh. Pengaturan yang lumayan menurut Cassi.
Penjelajahan Cassi pun dimulai. Ia akan menggunakan waktu paginya untuk membaca buku. Ia tidak berani menonton televisi karena Darren hanya memberinya izin untuk makan dan ke perpustakaan. Meskipun Darren tidak akan memarahi Cassi, ia adalah tamu yang cukup tahu diri. Cassi membawa beberapa buku lalu membacanya sambil tiduran di salah satu kursi malas yang ada di sana. Paling tidak di sini koleksi bukunya lebih banyak daripada yang ada di ruang tamu. Bacaan Darren pun beragam jadi kebosanan Cassi sedikit teralihkan.
Cassiopeia tidak merasa lelah dengan aktivitas membaca yang ia lakukan. Ia cukup kaget dengan tumpukan buku yang ada di depannya. Hari belum siang tapi sudah ada puluhan buku yang berhasil ia baca.
"Ini tidak mungkin? Aku tidak mungkin membaca secepat ini."
Kepala Cassi menggeleng tidak percaya. Ini begitu berlebihan baginya. Ia memang suka membaca tapi tidak seperti yang ia temukan terjadi pada dirinya sekarang. Ini begitu aneh. Cassi mengambil salah satu buku secara acak. Lalu ia mencoba mengingat-ingat.
"Di halaman 214 ada paragraf yang berbunyi meski dunia persepsi tidak sama dengan dunia nyata yang berarti setiap orang bisa melakukan kesalahan dalam mempersepsi bukan berarti tidak ada manfaat yang bisa diperoleh dengan mempelajari persepsi. Dalam praktik seorang manager bisa merubah realitas kehidupan organisasi yang sebetulnya biasa-biasa saja menjadi kehidupan yang terkesan menarik melalui manajemen impresi."
Segera Cassi membuka halaman yang ia maksud dan menemukan kalimat yang ia katakan barusan tercetak di sana. Tangan Cassi menutup mulutnya. Ia begitu terkejut. Ia bahkan bisa menghapal tanpa melewatkan satu katapun. Kemudian ia membuka buku lainnya tapi sebelumnya ia mencoba mengingat apa yang ada di halamannya, lalu ketika dibuka Cassi menemukan kata-kata yang sama dalam buku itu. Hingga percobaan ke lima Cassi menyerah. Itu memang benar-benar terjadi pada dirinya dan itu nyata adanya.
Bagaimana bisa Cassi menjadi secerdas ini dalam waktu yang tidak ia ketahui. Ia baru baca membaca sekali dan ia sudah hapal sendiri secara ajaib. Apa mungkin karena banyak serum yang masuk ke tubuhnya sehingga dirinya menjadi jenius? Ada letupan kebahagiaan di hatinya ketika mengetahui ada yang berguna setelah ia pikir kalau hidupnya akan memburuk selepas dari laboratorium. Mungkin ini adalah berkah dari Tuhan kepada Cassi karena sudah ikhlas menerima kesakitan-kesakitan yang luar biasa.
Darren belum bangun walau hari sudah sore. Cassi hanya makan cemilan dan minum air mineral karena ia masih canggung untuk berbuat lebih. Ia tidak begitu lapar dan sudah ada ratusan buku yang ia baca. Masih ada banyak sekali koleksi Darren yang terlihat menarik, tapi ia sudah lelah. Cassi perlu mandi. Sebelum meninggalkan perpustakaan Cassi mengembalikan semua buku ke tempat semula. Jangan sampai Darren mengeluhkan tentang dirinya yang tidak rapi.
Cassi sudah mandi dan mengenakan pakaian pemberian Darren. Ia terlihat begitu cantik dengan gaun berpotongan sederhana. Rambutnya terlihat indah meskipun hanya ia sisir secara asal. Rambut Cassi berwarna cokelat dengan ujung yang bergelombang tanpa harus di roll terlebih dahulu. Ia tidak tahu apa ini adalah hasil dari rekayasa yang dilakukan oleh dokter Hotman Black kepada tubuhnya. Pipi Cassi merona dan terlihat bersinar meskipun tidak ada make up yang menempel di sana. Ciptaan dokter gila itu sungguh menakjubkan.
Kini Cassi memiliki keindahan fisik yang luar biasa dan otak yang cerdas. Bisa dikatakan Cassi beruntung karena tidak semua orang bisa seperti itu. Cassi tersenyum di depan cermin. Setelah identitasnya diperbarui oleh Darren mungkin ia bisa berkeliaran di luar dan jalan-jalan ke suatu tempat. Tapi ia begitu merindukan untuk melukis dan mengunjungi galeri seni. Ia tidak tahu apakah galeri miliknya sudah dijual oleh ayah tirinya. Mengingatnya malah membuat Cassi kesal dan timbul dendam di hatinya. Mereka begitu tidak adil kepadanya dan membuatnya harus merasakan kesakitan yang begitu luar biasa. Bahkan bayang-bayang mimpi buruk masih ada di dalam pikirannya.
Darren keluar dari kamarnya dengan rambut yang basah sehabis mandi. Cassi yang sudah rapi memang menunggu Darren di ruang tamu tanpa melakukan hal lain. Ia sudah bosan membaca dan Darren menyerahkan dokumen kepada Cassi.
"Pelajarilah, lalu tanda tangan. Kau tidak lupa dengan tanda tangamu, kan?" Darren mengamati Cassi yang menerima dokumen itu dan membacanya.
"Di sana sudah ada berapa besarnya gaji pokokmu perbulan dan tambahan-tambahan yang mungkin akan kau dapatkan di luar gaji pokok tergantung prestasimu. Kau bisa mengatakan sesuatu jika ada hal yang memberatkanmu."
Cassi membalik hingga sampai di lembar terakhir, lalu membubuhkan tanda tangannya di sana. Ia tidak perlu menuliskan nama terangnya karena sudah tercetak di kertas berjumlah dua puluh lembar lebih itu.
"Aku setuju."
"Kau yakin? Kau terlalu cepat berpikir." Bagi Darren Cassi terlalu terburu-buru.
"Aku yakin dan aku tidak keberatan dengan pengaturan di dalam dokumen ini. Sebagai atasan kau cukup peduli dengan karyawanmu ini." Cassi menyerahkan dokumen itu kepada Darren. "Sekarang aku resmi menjadi bawahanmu, lalu apa pekerjaan pertamaku."
"Kau terlihat bersemangat sekali. Aku sebenarnya menunggu orangku untuk mengantarkan identitas baru untuk mu."
Tidak berselang lama, orang yang dimaksud oleh Darren datang dengan amplop cokelat besar di tangannya. Ia adalah orang yang bekerja di Diaz Technology. Darren menghampiri Cassi dan menyerahkan dokumen itu.
"Ini adalah identitas barumu."
Cassi melihat ada kartu penduduk, paspor, dan beberapa lembar informasi tentang dirinya. Ia melihat ada ijasah pendidikan dan buku tabungan. "Cassiopeia Vega?"
��Vega adalah nama keluargamu. Itu sepertinya cocok untuk dirimu. Kau harus menghapal semuanya. Aku sudah memberikan hidup baru untukmu."
Cassi menatap Darren dengan pandangan tidak biasa. Hanya orang yang memiliki pengaruh yang bisa melakukan hal seperti ini. Ini sama saja dengan menipu negara. Dipandangi seperti itu Darren cukup sadar.
"Aku tidak menipu siapapun. Kau layak untuk dibantu. Kau tidak perlu khawatir soal itu. Asal kau tidak berbuat anarki dan menentang hukum aku rasa kau aman."
"Kau sangat luar biasa." Itu adalah komentar Cassi kepada Darren. Pria yang dipuji itu hanya tersenyum datar lalu menceritakan sedikit tentang pekerjaannya dan usaha barunya.
Maurer Entertainment adalah perusahaan baru yang bergerak di bidang agensi model, aktor, dan artis. Mungkin akan berkembang juga dalam industri film dan hiburan lainnya. Karena masih baru belum ada satu orang pun model atau artis yang masuk ke dalam perusahaan itu. Cassi adalah orang pertama yang akan menjadi model yang Darren miliki.