Chereads / Please Help Me, Stranger / Chapter 9 - PHMS 9 Model Montelardo

Chapter 9 - PHMS 9 Model Montelardo

"Cahayanya kurang."

"Baik sebentar." Salah seorang segera mengatur cahaya di dalam ruangan.

"Oke, sekali lagi, coba gerakkan tanganmu. Cass."

Cassiopeia dengan patuh mengikuti arahan dari kameramen. Setelah berganti pakaian beberapa kali dirinya sudah tampak terbiasa dengan beberapa gaya. Ia seperti orang yang sudah melakukan pemotretan puluhan bahkan ratusan kali dalam hidupnya. Darren melihat Cassi yang terlihat tidak terganggu dengan tugasnya. Darren penasaran dengan Cassi yang seperti sudah sangat terbiasa dengan kegiatannya. Cassi tertawa dan tersenyum, kadang memberikan raut wajah sinis atau raut wajah anggunnya. Segala raut wajahnya tergambar sempurna dalam hasil foto yang sedang diamati oleh asisten juru foto dalam monitor komputernya.

Sebelum tengah malam, Cassi sudah menyelesaikan pekerjaannya. Sekarang ia bersama dengan Darren makan di sebuah restoran mewah, tempat yang biasa sering dikunjungi oleh Darren. Pria itu makan dalam diam, sedangkan Cassi tidak berani untuk membuka percakapan. Ketika Darren lebih dulu menyelesaikan makanannya, ia mengamati Cassi yang masih belum menghabiskan makanannya.

"Sepertinya menjadi model sama sekali tidak membuatmu terkendala, sebelumnya kau pernah bekerja sebagai model atau sejenisnya?"

"Ini kali pertama untukku." Cassi menjawab sambil makan.

"Tapi kau terlihat sangat baik." Darren berani mengatakan kalau tingkah Cassi di depan kamera begitu profesional. Sama sekali tidak ada foto yang tidak bagus. Darren mengambil beberapa untuk dirinya sendiri. Agar ada arsip yang bisa ia abadikan dalam buku project-nya.

"Terima kasih." Cassi tersenyum begitu manis, membuat Darren terhipnotis begitu saja. Segera Darren mengembalikan keadaannya yang tengah terpana. Darren hanya manusia biasa yang bisa terpesona dengan sesuatu yang terlihat indah. Cassi salah satunya.

"Kau tidak bertanya berapa bayaranmu untuk menjadi model Montelardo?"

"Tidak. Asal kau mau memberiku tempat tinggal dan makanan itu sudah lebih dari cukup. Kau pun tahu kalau aku baru saja terbebas dari penderitaan. Aku tidak akan meminta banyak hal, selama aku bisa bebas dan tidak tertekan itu sudah sangat berarti buatku." Cassi menyuarakan isi hatinya.

"20 miliar itu yang dibayarkan oleh Montelardo untuk satu tahun. Itu hanya akan ada tiga atau empat kali pemotretan tiap bulannya. Selain itu akan ada beberapa kali peragaan busana yang harus kau ikuti, tapi itu tidak banyak."

Cassi menjatuhkan sendoknya hingga berdenting di atas piringnya. Apa dia tidak salah dengar? 20 miliar itu adalah angka yang cukup besar. Bahkan bayarannya perbulan lebih dari 1 miliar.

"20 miliar?" Cassi memastikan kalau telinganya masih berfungsi dengan normal.

"Iya, 20 miliar. Itu harga yang murah untuk Montelardo." Darren tahu kalau biasanya Nathan akan membayar lebih dari itu, karena ia mengenalnya, sehingga ia menurunkan harga dan langsung disetujui oleh Nathan.

"Perusahaanku kemungkinan akan mempekerjakan dua orang lagi setelah menerima pembayaran itu. Mereka akan menjadi asistenmu dan salah satunya akan bertugas mencari project baru. Aku belum memiliki karyawan, baru kau satu-satunya karyawanku. Selamat untuk keberhasilan hari ini." Darren mengangkat gelas anggurnya, buru-buru Cassi mengikuti gerakan Darren dengan ikut mendentingkan gelasnya ke gelas Darren.

Ini seperti mimpi, baru memiliki satu karyawan saja Darren sudah mendapatkan penghasilan sebanyak itu. Itu angka yang cukup banyak bagi Cassi. Seumur hidupnya ia belum pernah melihat ada uang sebanyak itu.

"Sukses selalu." Kata Cassi sambil tersenyum kikuk. Rasanya senang sekali bisa membuat Darren untung banyak.

"Apa Maurer Entertainment akan merekrut beberapa model lagi?"

"Belum ada gambaran. Kita jalani saja yang seperti ini. Terlalu banyak model membuat pusing kalau belum ada beberapa orang yang mengatasinya. Kita baru berdua menjalankan usaha baruku itu." Darren menyesap anggurnya dan menatap Cassi lagi.

Cassi mengangguk paham, ia meletakkan gelasnya setelah meneguk sekali isi di dalamnya. Setelah menghabiskan makanannya, Cassi mengambil gelas anggurnya dan menghabiskan isinya. Ini cukup terasa romantis ketika Cassi hanya bekerja dengan Darren saja. Suasana malam ini juga cukup temaram untuk menghangatkan hati gadis cantik itu.

***

Sampai di apartemen, Darren pergi entah kemana. Cassi tidak banyak bertanya dan dia menghabiskan waktunya dengan berkeliling di apartemen yang sangat luas itu. Ia tidak bisa tidur dan bingung akan melakukan apa. Meskipun hari ini pekerjaannya resmi dimulai, tapi ia belum merasa lelah dan butuh istirahat. Lagi-lagi Cassi kembali ke perpustakaan untuk membaca, karena bingung harus melakukan apa. Apartemen Darren sangat bersih, ia tidak mungkin mencari kegiatan membenahi tempat tinggal sementaranya itu. Ia juga masih kenyang dan memiliki cukup energi untuk melakukan sesuatu.

Di tempat lain, Darren mendatangi sebuah gedung besar. Dia sudah ditunggu oleh beberapa orang dan sengaja mengadakan pertemuan tengah malam, waktu orang-orang asyik terlelap. Setelah menyelesaikan urusannya, Darren kembali ke apartemennya dan menemukan Cassi yang tidak ada pada kamarnya. Apakah dia kabur? Tapi Darren menangkis pemikiran sambil lewatnya itu dengan memanggil Cassi beberapa kali.

"Cassi!" Darren berjalan menuju ke tempat-tempat yang memungkinkan adanya Cassi di sana.

"Cassi!" Ia menemukan Cassi yang sedang tidur di salah satu sofa dalam perpustakaannya.

Darren menghela napas lega. Cassi tidak menghilang. Ia memperhatikan gadis yang sedang nyenyak itu dengan tatapan hangatnya. Ada beberapa buku yang tergeletak di lantai juga meja di dekatnya. Jangan lupakan gelas yang tidak ada isinya dengan bungkus cemilan yang belum sempat dibuang yang terdapat di meja di sudut yang lain, tidak jauh dari tempat Cassi tidur.

Cassiopeia seperti putri yang sedang tertidur. Dia begitu cantik dengan parasnya yang menawan. Seumur hidup Darren belum pernah melihat ada artis atau model yang memiliki kecantikan yang langka seperti Cassi. Darren berbalik dan mencari selimut tebal. Entah rasa kepedulian itu muncul dari mana, Darren hanya tidak tega saja dengan kehidupan Cassi yang berat.

Informasi yang diberikan oleh Cassi masih dicerna oleh Darren. Setahunya di negerinya sudah jarang sekali melakukan ujicoba berbahaya kepada manusia baik untuk bidang kesehatan atau teknologi. Itu semua mengacu kepada hak asasi manusia yang akhir-akhir ini lebih dipentingkan. Akan tetapi Cassi tampak sungguh-sungguh dengan apa yang dialaminya dan darren sepenuhnya percaya. Darren hanya bertanya-tanya organisasi mana yang melakukan ujicoba dengan manusia sebagai eksperimennya.

Darren memungut buku-buku dan mengembalikan semuanya ke raknya. Tidak lupa ia membuang sampah di meja dan menyingkirkan gelas kosong. Ia benci dengan ketidakrapihan dan sangat menyukai kebersihan.

Keesokan paginya, Cassi bangun dengan bingung. Semuanya tampak rapi dan ada selimut yang menutupi tubuhnya. Dalam waktu beberapa detik ia langsung tahu kalau Darren adalah orang yang menjadi penyebabnya. Cassi mengingat-ingat jika dirinya harus lebih rapi lagi. Apalagi saat ini statusnya hanya menumpang di apartemen Darren. Sangat konyol sekali jika kehidupannya terus membuat orang lain kesusahan dan merasa terganggu.