Dirga dan Khanza masih asyik jalan-jalan di pantai. Tidak terasa waktu pun sudah sore. Sekarang Khanza dan Dirga sedang menikmati matahari tenggelam di pantai.
Sudah seharian mereka bermain berdua di pantai itu. Khanzapun seakan melupakan semuanya. Melupakan suaminya, suami yang tidak pernah menganggapnya ada.
Dia jalan-jalan bersama Dirga pun itu dia tidak meminta izin pada suaminya, dan mertuanya. Mereka itu sudah seharian di pantai itu sampai Khanza merasa begitu sangat lelah. Namun dia itu puas. Karena dengan dia jalan-jalan, semua beban pikirannya itu seakan telah hilang. Otaknya seakan lebih fresh lagi. Dan dia itu siap untuk mendapatkan kejutekan dari suaminya.
" Khanza. Gimana, apakah kamu suka aku ajak ke sini?" Tanya Dirga sembari menatap lekat Khanza.
Dirga seakan ikut bahagia jika Khanza itu bahagia. Entah kenapa, walau mereka baru menjadi sahabat, mereka seakan-akan sudah seperti sahabat lama.
" Iya. Aku suka sekali. Makasih yah Dirga" Kata Khanza.
Dirga tersenyum." Iya sama-sama Khanza."
" Lain kali aku akan mengajak kamu lagi kalau kamu lagi galau." Kata Dirga.
" Makasih yah Dirga. Coba kalau kakak kamu bisa seperti ini." Ucap Khanza dengan wajah yang menampakan kesedihan.
Siapa yang tidak akan sedih. Jika dia harus menikah dengan lelaki dingin seperti Dilan. Seharusnya, pernikahan itu adalah kebahgiaan untuk dua pasang manusia. Tapi, tidak dengan Khanza. Justru pernikahannya itu menjadi seperti mimpi buruk untuknya.
" Ha..ha... sudahlah, dari dulu kakak ku emang seperti itu. Tapi , sebenarnya dia baik kok." Dirga tergelak saat mengingat kakaknya.
Memang selama ini, Dirga dan Dilan berbeda karakter. Dilan orang yang super serius, mana bisa dia itu seperti Dirga yang super romantis.
Sewaktu punya pacar dulu, pacarnya juga jarang ada yang betah bersama dia. Kecuali Reina. Seorang gadis yang bisa bertahan lama dengan Dilan.
Namun beberapa bulan setelah Reina jadian dengan Dilan, dia meninggal karena sakit. Itu yang membuat Dilan kembali terpuruk. Saat Dilan sudah bisa melupakan Reina, Naura datang menyinari hidup Dilan. Namun hanya sebentar. Kenyataan pahit itu datang lagi. Naura kabur meninggalkan Dilan di pesta pernikahan mereka. Itu semua yang membuat Dilan tidak bisa terima. Dan Dilan sangat membenci Naura. Di saat sayang-sayangnya, Naura pergi meninggalkannya dengan lelaki lain.
" Ya udah, setelah ini kita pulang kan?" tanya Khanza.
" Iya. Tapi aku mau beli sesuatu dulu ke mall." Kata Dirga.
" Oke." Kata Khanza.
Saat ini, Khanza memang masih nyaman dengan Dirga yang sudah dia kenal. Dirga dan Khanza itu memang berteman belum cukup lama. Mereka juga baru saling mengenal sewaktu mereka menginjak bangku kuliah.Tapi karena Dirga orang yang pandai berbaur itu membuat Khanza merasa nyaman dengan Dirga.
Berbeda dari sewaktu Khanza berada di dekat suaminya. Khanza seakan di buat gelisah, karena takut. Dia takut dengan suaminya. Walau Dilan tidak pernah kasar sama Khanza, tapi tatapan matanya itu seakan sebuah belati yang siap menghujam Khanza kapanpun dia mau.
Khanza menghela nafas dalam. Saat dia sedang bahagia bersama Dirga entah kenapa, fikirannya itu selalu tertuju pada suaminya. Khanza selalu memikirkan bagaimana tatapan mata tajam itu pada Khanza. Khanza seperti merasakan kalau Dilan itu seperti mempunyai dendam dengannya.Namun Khanza tidak pernah tahu, apa yang suaminya itu fikirkan.
' Ih, ngapain gue harus ke ingat Kak Dilan. Dia ingat gue aja nggak. Ah, kenapa gue harus mau menikah dengan cowok kayak giti.' batin Khanza.
Khanza lagi-lagi bengong. Dia melamun memikirkan nasibnya. Nasib seorang gadis yang harus menikah muda karena menghentikan posisi kakaknya . Menjadi pengantin pengganti
" Woi, lagi ngelamunin apa?" tanya Dirga sembari menyenggol bahu Khanza.
" Eh, Dirga." Ucap Khanza.
" Nggak Kok, gue nggak ngelamunin apa-apa." elak Khanza. Padahal sedari tadi dia itu memang sedang melamuni suaminya.
" Ayo kita cabut dari sini." Ajak Dirga.
" Kita mau kemana lagi?" tanya Khanza.
" Kita mau ke mall. Gue mau beli sesuatu." Kata Dirga.
" Oke lah." Kata Khanza menyetujui.
Khanza dan Dirga melangkah ke arah mobil mereka yang terparkir di sekitaran pantai. Setelah itu Dirga membukakan pintu mobil untuk Khanza.
" Silahkan Khanza." Ucap Dirga.
" Makasih." Kata Khanza sembari masuk ke dalam mobilnya.
Setelah itu, Dirga pun ikut masuk ke dalam mobil.
Setelah seharian mereka berada di pantai, mereka pun akhirnya pergi meninggalkan pantai itu.
Waktu telah menunjukan pukul 9 malam. Dirga dan Khanza sudah lama berkeliling mall dan sudah membawa banyak belanjaan. Khanza kemudian merasa lelah karena sudah sejak tadi pagi, mereka belum pulang.
Khanza juga takut pada suaminya. Karena dia itu tidak izin dulu pada Dilan. Tapi untuk apa dia izin. Bukankah Dilan itu tidak pernah menganggap nya istri? Tapi hanya menganggap Khanza itu pelampiasan dendamnya pada Naura.
"Dirga. Aku takut." Ucap Khanza.
" Takut apa?" tanya Dirga
" Kita sudah kelewat waktu. Ini sudah hampir jam sepuluh malam. Tapi kita belum pulang. Bagaimana kalau mama, papa, dan Kak Dilan tahu. Kita kan tidak izin sama mereka. Pasti mereka akan mencari-cari kita. Aku juga lupa bawa hape." Ucap Khanza.
" Sudah. Aku sudah hubungi papa kok. Kamu nggak usah khawatir yah " Ucap Dirga.
Khanza hanya mengangguk. Setelah itu Khanza dan Dirga itu keluar dari mall dan pergi menuju ke parkiran mall. Setelah itu mereka masuk ke dalam mobil mereka dan meluncur untuk pulang ke rumah.
Malam ini, udara di luar sudah sangat dingin. Khanza tampak kedinginan. Dirga sedari tadi menatap Khanza. Sepertinya Khanza juga sangat kedinginan seperti dirinya.
" Kamu dingin Khanza?" Tanya Dirga.
Khanza hanya tersenyum.
" Iya. Nggak tahu nih. Tiba-tiba saja jadi dingin banget malam ini." Kata Khanza.
" Iya. Ini kan sudah jam 10 malam Khanza." Kata Dirga.
Dirga kemudian menghentikan laju mobilnya. Setelah itu dia pun melepas jaketnya.
" Pakai jaket ku dulu Khanza." Ucap Dirga.
Khanza hanya tersenyum.
" Iya." Ucap Khanza.
Setelah itu Dirga memakaikan jaketnya ke tubuh Khanza yang sudah tampak menggigil karena kedinginan.
Dirga kemudian menyibak rambut Khanza yang tampak menutupi wajah ayu Khanza.
" Kalau kamu ngantuk, kamu tidur saja. " Kata Dirga.
Khanza mengangguk.
Khanza memang mengantuk sekali malam ini. Dirga sudah mengajaknya jalan sampai semalam ini. Tapi, Khanza bahagia dan dia merasa puas.
" Lain kali, kalau kamu lagi bete, kamu ngomong aja ke aku. Nanti aku ajakin kamu jalan lagi. Oke."
" Makasih yah Dirga. Kamu itu memang baik."
" Ya, itu harus dong. Kamu itukan sekarang sudah menjadi kakak ipar ku." Ucap Dirga.
Khanza kemudian menyenderkan kepalanya. Setelah itu dipun terlelap.