Chereads / Istri Pengganti / Chapter 8 - Kak Dilan yang menyeramkan.

Chapter 8 - Kak Dilan yang menyeramkan.

Khanza masih memberanikan diri menatap Dilan. Lelaki yang baru semalam menjadi suaminya itu. Lelaki itu memang sangat tampan. Dan dia itu sekarang sedang ada di hadapan Khanza. Sedari Khanzapun tidak tahu kenapa Dilan itu mendekatinya dan mulai mengungkung tubuhnya.

'Apa yang Kak Dilan mau, kenapa dia mendekati ku seperti ini.' Batin Khanza yang sudah berada di Kungkungan Dilan. Dan wajahnya juga wajah Dilan sangat berdekatan.

Entah apa yang akan Dilan lakukan kali ini. Wajahnya itu sangat menyeramkan. Dia juga sedari tadi hanya bisa menatapi Khanza dengan mata yang masih tidak berkedip. Khanza tidak tahu apa yang terjadi pada Dilan.

" Khanza Aura Az-Zahra." Ucap Dilan menyebut nama Khanza. Dilan tampak tersenyum memandang remeh istri barunya itu.

" A...apa...!" Ucap Khanza yang sekarang dia sudah berada dalam kungkungan pria tampan itu dan Dilan sedang menatapnya tanpa berkedip.

" Akan seberapa kuat kau bertahan denganku." Ucap Dilan.

" Apa maksud Kak Dilan...?" Khanza hanya bisa menelan ludahnya. Tidak tahu dengan apa yang di ucapkan kakaknya itu.

" Kau cantik. Tapi sayang sekali kamu itu bukan level ku." Kata Dilan sembari membelai lembut wajah Khanza. Belaian itu bukan belaian sayang seorang suami. Tapi belaian seorang lelaki yang ingin membuat hidup Khanza menderita. Entah apa yang akan Dilan lakukan setelah ini.

Dilan menarik tubuh Khanza dan mendorongnya ke ranjang. Setelah itu dia pun mendekat ke arah tubuh Khanza.

Khanza benar-benar ketakuan. Dilan benar-benar kejam. Dia tega mendorong tubuh istrinya sampai tersungkur di ranjang.

" Heh, Khanza. Ingat yah, selama jadi istriku kamu itu harus menurut dengan aturan ku." Kata Dilan mengancam.

" Aturan apa?" Tanya Khanza bingung.

" Nggak usah banyak tanya. Yang penting, kamu harus nurut...! Asal kamu tahu yah. Aku tidak akan pernah mencintai mu sampai kapanpun...!" kata Dilan yang sudah mulai mendekati tubuh istrinya itu

Khanza mencoba untuk melepaskan diri dan keluar dari kamar itu. Jika satu kamar bersama Dilan rasanya itu sungguh seperti sedang berhadapan dengan seekor singa yang sedang kelaparan. Dilan itu seakan-akan ingin memangsa istrinya itu habis-habisan.

Khanza langsung mendorong tubuh Dilan itu. Setelah itu dia pergi dari kamarnya.

" Gila. Cowok itu benar-benar gila. Dia seperti orang nggak waras saja." gerutu Khanza sembari pergi.

Khanza keluar dari kamarnya. Sementara Dilan itu berganti baju.

Dilan mengambil jas, dasi, kemeja, celana, dan semua setelan untuk kerja termasuk sepatu. Lagi-lagi dia teringat Naura.

" Tega sekali Naura dengan ku. Dia sudah benar-benar membohongiku. Katanya dia cinta sama aku, dan dia mau menikah dengan ku. Tapi, nyatanya dia itu malah kabur. Ah, benar-benar menyebalkan kalau aku harus teringat Naura." Gumam Dilan sembari memakai sepatunya

Setelah rapi, Dilanpun bergegas untuk turun kebawah menghampiri keluarganya yang sekarang sudah ada di ruang makan menunggunya.

" Pagi Ma, Pagi Pa, " sapa Dilan pada kedua orang tuanya.

Setelah itu Dilan pun duduk ikut bergabung bersama kedua orang tuanya juga Khanza.

" Kamu sudah mau ke kantor Lan?" Tanya Pak Alex.

" Iya." jawab Dilan singkat.

" Dilan. Kenapa langsung ngantor sih?. Kamu itukan masih pengantin baru. Harusnya kamu di rumah dulu aja nemenin Khanza." Kata Bu Lani mengusulkan.

" Ah, sudahlah Ma. Khanza sudah gede. Nggak usah di temani." Kata Dilan.

Dilan kemudian mengambil piring yang ada di depannya. Setelah itu dia mengambil nasi sendiri. Dia juga mengambil lauk pauknya sendiri. Yang seperti biasa dia lakukan. Khanza hanya bisa memperhatikannya sedari tadi.

Seharusnya, seorang suami itu menginginkan istrinya yang melayaninya. Mulai dari menyiapkan baju, mengambilkan makanan, namun tampaknya kali ini, Dilan itu tidak pernah menganggap Khanza itu ada. Dilan sedari tadi cuekin Khanza.

Dilan makan dengan lahapnya tanpa memperdulikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sepertinya dia itu kelaparan karena dari semalam tidak makan.

'Ih, ternyata suamiku rakus juga yah'Batin Khanza.

Di sela-sela makanannya, Dilan melirik Khanza yang sedari tadi selalu memperhatikannya.

" Ada apa?" Kenapa kamu ngelihatin aku seperti itu...?Tanya Dilan.

Khanza tersentak. Dia terkejut karena ternyata Dilan mengetahui kalau sedari tadi itu Khanza sedang memperhatikannya.

"Em...eh..Kak Dilan. Nggak, siapa yang lagi ngelihatin kamu. Aku cuma lagi ngelihatin lauknya. Kayaknya enak." Khanza mengalihkan pembicaraan sembari menatap ke arah ikan yang ada di atas piring Dilan.

"Ehm..." Bu Lani berdehem.

" Kenapa Khanza. Apa kamu pengin ikan?" Tanya Bu Lani.

" Makan aja Khanza. Ayo ambil piringmu. Ini makanan banyak. Biar kamu cepat gendut." Kata Pak Alex sembari menunggu istrinya mencedokan nasi di piringnya.

Khanza hanya tersenyum. Lagi-lagi suasana menjadi canggung jika Khanza berada di dekat Dilan lelaki dingin itu. Jika di ketusi Dilan, Rasanya Khanza ingin pulang lagi ke rumahnya. Dia ingin kembali lagi ke masa-masa dimana dia itu selalu di manja mamamnya, di mana dia setiap pagi berangkat ke kampus dan sepulangnya nongkrong dengan teman-temannya. Rasanya itu semua sudah tidak mungkin. Karena Khanza itu sekarang sudah tidak bisa seenaknya sendiri kalau ada di rumah orang tua Dilan.

Khanza hanya bisa tersenyum. Tidak mengerti dengan semua takdirnya. Tidak pernah terfikir oleh Khanza sedikitpun. Kalau Khanza itu akan menikah dengan calon kakak iparnya.

" Nggak usah malu-malu Khanza di sini. Kami sudah menganggapmu seperti anak kami sendiri." Kata Bu Lani.

" Iya. Nggak usah malu. Kan ada aku juga di sini " Sahut Dirga yang tiba-tiba datang dan sudah duduk di samping Khanza.

Khanza tersenyum saat melihat Dirga. Dirgaitu memang lelaki yang selalu bisa mencairkan hati Khanza yang selalu beku. Seperti saat ini karena kedatangan Dirga, Khanza sudah tidak mempunyai rasa canggung lagi.

" Ayo Khanza. Kenapa dari tadi diam aja? Malu yah. Kalau malu, biar aku yang ambilkan kamu makan." Kata Dirga yang kemudian mengambil piring Khanza.

" Jangan...! Aku bisa ambil sendiri kok." Kata Khanza.

Dirga tersenyum. Namun dia itu masih saja bersikeras untuk melayani Khanza seperti dia melayani Tuan putrinya sendiri.

" Ini makan." Kata Dirga yang sudah mengambilkan makan untuk Khanza.

Khanza tersenyum. Entah kenapa, Khanza merasa ada yang berbeda dari Dirga. Sejak Khanza menjadi kakak iparnya, Dirga jadi lebih perhatian sama Khanza. Namun Khanza tidak tahu maksud perhatian dari Dirga itu. Atau mungkin saja ada niat tersembunyi. Biasanya Dirga itu baik- baikin Khanza kalau dia lagi ada butuh. Seperti ingin mencontek tugas Khanza di kampus.

Setelah Dilan menghabiskan satu piring nasi, dia kemudian berpamitan pada kedua orang tuanya itu. Sebelum pergi, tidak lupa juga Khanza mencium ayah dan ibunya. Setelah itu diapun pergi menuju ke kantornya.

Sementara Dirga yang menemani Khanza di rumah. Waktu-waktu Khanza lebih banyak dengan Dirga Daro pada dengan suaminya. Apalagi, dia itu sekampus juga sama Dirga.