Chereads / Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam / Chapter 46 - Fakta Yang Sebenarnya Terungkap

Chapter 46 - Fakta Yang Sebenarnya Terungkap

"Ya Tuhan, mereka berdua biasanya memiliki hubungan yang begitu baik. Apa yang terjadi sebenarnya?"

Seseorang lalu percaya dan berkata, "Menurutku itu semua benar. Menurutku Renata Sanjaya memang palsu sejak awal, kepolosan macam apa itu? Selalu berpura-pura menjadi malaikat penolong."

Tentu saja, ada beberapa orang yang tidak percaya, "itu tidak mungkin, kan? Renata Sanjaya biasanya baik, dengan nilai bagus dan orangnya juga sederhana. Apa mungkin dia jenis orang yang akan menusuk dari belakang!"

_ _ _ _ _ _

Situasi saat itu sangat kacau dengan berbagai opini yang berbeda-beda.

Lalu kemudian, seseorang tiba-tiba keluar dan berkata, "aku dapat membuktikan bahwa apa yang dikatakan Dina Baskoro benar. Baru saja di kantor fakultas, Indah Permata mengakui bahwa dia telah mengambil kertas tesis milik Dina Baskoro. Kemudian profesor juga menelepon orang tuanya."

"Wow, ternyata benar?"

"Renata Sanjaya itu ternyata menjijikkan. Aku tidak suka melihat orang seperti itu!"

Setelah mendengar itu, semua orang langsung melihat ke arah Renata Sanjaya. Sorot mata mereka berubah tajam, penuh penghinaan.

"Aku benar-benar malu mengenalnya, bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu?"

Renata Sanjaya tidak pernah menyangka situasi akan berubah menjadi seperti ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, citra yang dia buat dengan kerja kerasnya hancur begitu saja.

Renata Sanjaya tidak mau menjadi orang yang disalahkan, jadi dia dengan cepat meraih lengan Dina Baskoro, "Tidak Dina Baskoro, jangan mudah percaya omong kosong Indah Permata, dia hanya ingin melemparkan kesalahannya semua padaku!"

Dina Baskoro dengan tidak percaya mendengarnya mengatakan itu, kemudian berkata, "Baiklah, mengapa dia melemparkan kesalahannya padamu? Bukankah kalian sudah sangat dekat, lagipula aku tidak percaya dia akan menjebakmu tanpa alasan. Renata Sanjaya, kamu tidak perlu mencoba menjadi malaikat lagi, aku tidak akan percaya lagi padamu."

"Dina Baskoro, semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Renata Sanjaya memandangnya dengan lemah dan kemudian dia mengangkat bahu, "Sebenarnya, ini semua adalah permintaan Indah Permata! Dina Baskoro, aku memang biasanya dekat dengan semua orang, tidak hanya dengan Indah Permata dan kamu tidak tahu, aku sebenarnya pesimis tentang berteman dengan Indah Permata! Aku juga mengalami kesulitan."

"Pesimis?" Dina Baskoro mendengar kata-kata itu, dia tiba-tiba mencibir, "Maksud mu? Apa masalahmu sebenarnya?"

Renata Sanjaya segera berpura-pura dianiaya, terlihat sangat menyedihkan.

"Dina Baskoro, sebenarnya aku tidak berani memberitahumu tentang ini. Indah Permata ada di luar, tapi dia sebenarnya orang yang kejam. Dia selalu mengancamku..."

"Dia memberitahuku beberapa waktu yang lalu kalau dia tidak senang denganmu. Dan ingin menemukan cara untuk mengganggumu dan ini yang terjadi. Tapi aku bersumpah, aku sama sekali tidak tahu tentang insiden ini. Itu sebabnya aku menghiburmu dan memintamu untuk tidak bersedih."

"Tapi aku tidak menyangka Indah Permata benar-benar akan menaruh semua ini padaku sekarang. Dia hanya ingin menghancurkan persahabatan kita, jadi jangan tertipu olehnya, oke?"

Renata Sanjaya berkata seperti itu sambil meneteskan air matanya.

Semua orang di dalam kelas merasa bahwa Renata Sanjaya ternyata tidak bersalah, jadi mereka semua mulai memfitnah Indah Permata.

Tanpa diduga, pada saat itu, Indah Permata masuk ke ruang kelas dari pintu belakang dan kebetulan mendengar kata-kata Renata Sanjaya barusan.

Indah Permata yang awalnya sudah marah, sekarang menjadi semakin marah.

Jelas kejadian ini telah direncanakan oleh mereka berdua bersama-sama.

Tapi Renata Sanjaya saat ini malah meninggalkannya sendirian dengan semua masalah yang dia buat.

Jadi, Indah Permata bergegas mendekat lalu meraih rambut Renata Sanjaya, Indah Permata menepuk punggungnya dengan keras dan berteriak, "Renata Sanjaya, kamu sialan! Kamu lah yang menghasutku untuk diam-diam menukar tesis Dina Baskoro, tapi sekarang kenyataan nya sudah terbongkar kamu malah mendorong semuanya padaku? Dimana hati nurani mu?"

Indah Permata kemudian menampar wajah Renata Sanjaya dengan sangat marah.

"Wanita jalang, aku selalu percaya padamu. Apa yang kamu katakan, aku akan mendengarkan. Dan pada akhirnya kamu malah memperlakukanku seperti ini?"

Indah Permata memang bersalah, tapi keduanya memang bersalah walaupun Indah Permata memang saat itu di hasut.

Tangisan Renata Sanjaya pecah, tidak bisa melawan Indah Permata, jadi dia memohon ampun, "Jangan pukul aku, Indah Permata, jangan pukul aku lagi!"

"Dina Baskoro lah yang memukulmu!" Indah Permata sangat marah dan setelah beberapa tamparan, dia lalu menendang kedua kaki Renata Sanjaya dengan kuat.

Untuk sesaat, semua orang tercengang menyaksikan itu.

Padahal dulu citra Renata Sanjaya di mata semua orang selalu menjadi siswi yang lembut dan baik hati.

Tanpa diduga pada saat ini, dia dipukuli dan melolong memohon belas kasihan.

Yang paling parah adalah saat Renata Sanjaya mengatakan bahwa dia tidak bersalah barusan, dan mengatakan bahwa dia tidak menyerang Dina Baskoro melainkan Indah Permata semua yang melakukan itu dan tiba-tiba wajahnya sudah dipukul.

Adegan berubah begitu cepat, luar biasa, dan semua orang bahkan ikut menjadi kesal.

Renata Sanjaya terlihat tidak bisa melawan Indah Permata.

Indah Permata, seperti orang gila bertindak tanpa ampun, menjambak rambutnya dan tidak melepaskannya.

Renata Sanjaya merasa tidak bisa berbuat apa-apa, jadi dia meminta bantuan orang, "Apa yang kalian lakukan? Tolong aku, laporkan ini pada profesor."

Tapi orang-orang sedang menikmati perkelahian itu dan sibuk mengambil gambar. Bagaimana bisa mereka melaporkannya.

Hanya ada perwakilan kelas yang benar-benar tidak tahan, lalu pergi ke kantor fakultas.

Pada saat yang sama, Dina Baskoro memandang dengan tatapan mata yang dingin, memperhatikan Indah Permata dan Renata Sanjaya sedang berkelahi.

Beberapa saat kemudian, seseorang tiba-tiba berteriak, "Profesor datang!"

Begitu Dina Baskoro menoleh, dia melihat Ajeng, dekan fakultas dan Widodo. Semua datang.

Pada saat itu, dekan sangat marah ketika melihat keduanya berkelahi.

"Berhenti!" Widodo dan Ajeng buru-buru melangkah maju dan memisahkan keduanya.

Dekan kemudian segera menegur dengan marah, "Ini sangat memalukan! Aturan pertama pihak universitas menetapkan bahwa tidak boleh ada perkelahian di area kampus. Apakah kalian mencoba mengabaikan peraturan sekolah?"

Dan di saat yang seperti itu, Renata Sanjaya mencoba mengambil kesempatan dan menangis dengan sedih, "Tapi Pak Dekan, ini bukan salah ku, dia yang melakukannya lebih dulu."

"Tidak masalah siapa yang melakukannya lebih dulu, perkelahian sepert membuat kalian berdua tetap salah!" Kata Dekan dengan marah.

Kemudian Dekan mengalihkan pandangannya dan melihat Indah Permata, dia kemudian menjadi lebih marah, "Kamu lagi! Kamu baru saja menjebak teman sekelasmu, dan sekarang kamu berkelahi dengan orang lain! Apakah kamu sudah tidak betah menuntut ilmu disini? Kamu ingin dikeluarkan dari universitas ini?"

"Aku..." Indah Permata ketakutan. Tidak bisa mengucapkan apa-apa.

Kemudian Dina Baskoro mendengar Dekan langsung mengumumkan di tempat, "Siswa seperti kamu tidak layak ada di universitas ini! Saya mengumumkan bahwa Indah Permata akan secara resmi dikeluarkan dari universitas mulai hari ini! Adapun yang lainnya, akan dicabut haknya dan dikurangi kreditnya!"

Segera setelah tindakan disipliner ini diambil, pemandangan disitu tiba-tiba menjadi penuh dengan kebisingan.

"Indah Permata adalah seorang senior dan akan segera lulus, tetapi benar-benar akan dikeluarkan sekarang?"

"Dekan ini terlalu kejam!"

Ketika Indah Permata mendengar hal itu, dia bahkan lebih terkejut.

Kemudian, matanya begitu muram seakan-akan menghilang, lalu menunjuk langsung ke Renata Sanjaya, dan bahkan lebih muram lagi, "Renata Sanjaya, kejadian hari ini, kamu akan mengingatnya! Aku akan melihatmu lagi dan membuatmu menyesal!"

Renata Sanjaya merasa takut dipukuli lagi, jadi dia bergeser ke belakang dan tidak berani menanggapi.