Chereads / Kepingan Sayap Memori Penuh Dendam / Chapter 20 - Bersimpati Tapi Tak Bisa Berbuat Apa-apa Saat Ini

Chapter 20 - Bersimpati Tapi Tak Bisa Berbuat Apa-apa Saat Ini

Kemudian, profesor sudah masuk kelas tapi Dewi Indriyani masih belum kembali, padahal profesor mulai memberi kuliah.

Saat sedang menjelaskan, profesor memperhatikan Dina Baskoro dan menyadari sudah setengah perkuliahan, Dina Baskoro masih tidak fokus.

Profesor mengetuk papan tulis dan berkata, "Dina, kamu bisa menjawab pertanyaan ini?"

_ _ _ _ _ _

Mata semua orang beralih ke arah Dina Baskoro.

Dina Baskoro terkejut, tapi mencoba tenang. Jadi dia menegakkan kepalanya dan melihat pertanyaan yang ada di papan tulis.

Renata Sanjaya memperhatikan dari samping dan berpikir dengan sombong bahwa Dina Baskoro tidak akan bisa menyelesaikan pertanyaan yang begitu sulit, kalau bisa tentu itu akan aneh.

Namun beberapa saat kemudian, Dina Baskoro benar-benar fokus pada pertanyaan, menganalisisnya sepenuhnya dan menjawabnya dengan cara yang sangat metodis.

Dan apa yang Dina katakan untuk menjawab pertanyaan tersebut, terdengar tidak rumit sama sekali.

Semua orang di kelas kaget. Melihat Dina Baskoro yang berhasil menjawab pertanyaan dengan sangat mudah, mereka semua tercengang tidak percaya, "Ya Tuhan, apakah ini orang ini pintar sekarang?"

Padahal pertanyaan di papan tulis, yang bahkan jika diubah ke nilai yang lebih kecil, mungkin orang lain masih tidak dapat menjawabnya, sebuah pertanyaan integrasi keuangan yang menggabungkan fungsi yang sulit.

Tapi Dina Baskoro bisa dengan mudah menjawabnya. Apakah tidak salah dengar?

Dina Baskoro sebenarnya juga diam-diam bersyukur di dalam hatinya bahwa poin kunci yang diberikan Dewi Indriyani kepada dirinya kemarin kebetulan adalah poin finansial.

Selain itu, ketika Dina berada di perusahaan kemarin, Teddy Permana juga menjelaskan banyak hal kepada dirinya sendiri dan pertanyaan ini kebetulan mengenai titik pengetahuan kemarin yang diajarkan Teddy juga dan merupakan berkah bisa menjawabnya.

Profesor di depan juga sangat terkejut. Awalnya dia melihat Dina Baskoro dan ingin mengkritiknya lagi saat itu. Namun, dia tidak menyangka Dina Baskoro bisa menjawab dengan sangat baik.

Pada akhirnya, profesor itu tidak punya pilihan selain mendukungnya, "Ya bagus, kamu telah belajar dengan baik akhir-akhir ini, terus pertahankan."

Dina Baskoro duduk dan menepuk dadanya, merasa sangat lega.

Renata Sanjaya kesal, "Apa yang terjadi? Aku tidak percaya Dina Baskoro benar-benar bisa menjawab pertanyaan seperti itu!"

Setelah kelas berakhir Renata Sanjaya berlari ke arah Dina Baskoro dan menghampirinya lalu bertanya, "Dina, bagaimana kamu tahu jawaban dari pertanyaan barusan? Luar biasa!"

Dina Baskoro bisa melihat kalau Renata Sanjaya cemburu, sungguh konyol.

Jadi, Dina dengan berpura-pura mengatakan, "Sebenarnya, aku hanya beruntung Dewi Indriyani meminjamkankan catatannya dan juga mengajariku kemarin, aku menyalin analisis kunci poin keuangan yang diajarkannya. Dan ternyata, hari ini profesor itu menanyakan pertanyaan tentang itu."

Setelah Dina selesai berbicara, Dina dengan sengaja menepuk dadanya melanjutkan lagi," Untungnya, dewi keberuntungan telah tiba tepat waktu, kalau tidak aku akan benar-benar malu hari ini! Tapi betapa beruntungnya kamu Renata, kamu cantik dan nilaimu bagus, aku benar-benar iri padamu."

Dina Baskoro menunjukkan ekspresi iri di wajahnya dan Renata Sanjaya pasti sakit hati saat ini melihat Dina Baskoro.

Dan Dina juga merasa lega akhirnya bisa menjawab pertanyaan dari profesor hari ini.

Saat itu, Dewi Indriyani kembali. Saat memasuki kelas, seluruh kelas terdiam.

Tidak hanya itu, semua orang sepertinya mencoba menghindarinya, mereka dengan sengaja menjauh dari Dewi Indriyani, seolah ada sesuatu yang buruk tentang dirinya. Terlebih lagi, seseorang menunjuk langsung ke arah Dewi Indriyani sambil berbisik.

"Kenapa dia masih punya wajah untuk kembali ?!"

"Betul, wanita seperti itu benar-benar bisa merusak suasana kelas kita!"

��Semua orang harus menjauh darinya. Aku salah mengira bahwa kita dan dia adalah orang yang sama."

"Cepat, pindah tempat duduk"

Dewi Indriyani kembali ke kursinya dan melihat teman sekelasnya memiliki sikap ini, dan terlihat ada sedikit ekspresi malu dan keluhan di wajahnya.

Dan akhirnya, Dewi mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Dina Baskoro, dan melihat bahwa Dina Baskoro juga menatapnya, tanpa ekspresi di wajahnya.

Dalam sekejap, rasa kehilangan yang sangat besar menyelimuti Dewi Indriyani.

Dewi Indriyani menundukkan kepalanya karena malu dan kecewa, berpikir tidak ada lagi orang yang akan mempercayainya.

Padahal sebenarnya dia benar-benar tidak bersalah.

Tetapi tidak peduli bagaimana menjelaskan kebenarannya, dia tidak mungkin dapat melawan kecurigaan semua orang karena semua orang sudah tidak lagi mempercayainya, mengapa Dewi Indriyani harus repot-repot menjelaskan. Bahkan jika dijelaskan pun, siapa yang mau mendengarkan?

Dina Baskoro di samping melihat semua ini di matanya. Meski tidak ada ekspresi di wajahnya, dia merasakan simpati dalam hatinya.

Namun, Dina tidak berencana untuk membantu Dewi Indriyani saat ini. Karena membantu Dewi saat ini hanya akan membuat Renata Sanjaya semakin cemburu, dan akan membuatnya semakin intensif dan bisa menjadi bumerang balik ke Dewi.

Benar saja, Renata Sanjaya terlihat menghela nafas lega saat melihat Dina Baskoro tidak mencoba mendekati Dewi Indriyani.

Setelah perkuliahan selesai, Renata Sanjaya mengajak Dina Baskoro untuk pergi makan.

Dina Baskoro tidak ingin bersama Renata Sanjaya saat ini, jadi Dina mengelak dan berkata, "Aku tidak bisa, aku akan pergi makan dengan Teddy Permana."

"Pergi makan dengan Teddy Permana?" Ketika Renata Sanjaya mendengar jawaban Dina, dia terkejut dan mengerutkan kening. Dan berkata dalam hati lagi, "Bukankah kejadian kemarin menyebabkan kesalahpahaman di antara mereka? Ini mustahil!"

Renata Sanjaya tidak mempercayainya, jadi dia sengaja memancing masalah sambil tersenyum, "Dina, kamu benar-benar telah melupakan aku sekarang, kamu dulu tidak pernah terpisahkan dariku setiap hari. Sekarang kamu berbeda, setelah menikah dengan Teddy kamu menghindariku setiap kali aku ingin mengajakmu pergi."

Dina Baskoro tersenyum malu, "Ya bukankah aku tidak bisa menahannya?"

Setelah Renata Sanjaya mendengar jawaban itu, dia dengan genit memegang tangan Dina Baskoro dan berkata, "Kalau begitu, kenapa kamu tidak mengajakku makan sekalian? Aku juga lapar, dan aku benar-benar ingin makan sesuatu. Jika kamu tidak mau menemaniku makan, maka aku yang akan menemanimu. Tidak apa-apa kan?"

Renata Sanjaya mengira Dina Baskoro tidak akan menolak tawaran itu. Tapi ternyata..

Dina Baskoro membalas dengan canggung, "Maaf, kurasa Teddy tidak akan mau"

Renata Sanjaya menjadi sangat marah ketika mendengarnya, "Bukankah kamu hanya membawa seorang teman untuk makan bersama? Mengapa dia tidak mau? Dina Baskoro, aku merasa kamu telah benar-benar berubah! Bukankah kamu dulu sangat benci pada Teddy Permana? Kenapa sekarang ini kamu seperti orang yang berbeda?"

Tentu saja, Dina Baskoro tahu bahwa Renata Sanjaya tidak bodoh dan Dina tahu pasti suatu saat dia akan meragukan dirinya dan bertanya seperti ini.

Tapi Dina Baskoro dengan sengaja menunjukkan kelemahannya saat itu lalu berpura-pura sedih dan berkata, "Renata, apakah kamu pikir aku ingin melakukan ini? Aku harus melakukannya. Kamu tahu sendiri kalau ayahku yang memaksa dan dia tidak dalam kesehatan yang baik akhir-akhir ini. Aku hanya tidak ingin membuatnya marah dan sakitnya bertambah parah."

Setelah mendengar jawaban itu, Renata Sanjaya merasa lebih tenang dan berkata, "Ternyata begitu, jadi kamu hanya berusaha menyenangkan ayahmu, maaf aku hampir salah paham padamu." Setelah terdiam beberapa saat, Renata berkata lagi, "Kalau begitu, bukankah lebih baik aku pergi denganmu? Pertama, kita bisa makan bersama-sama, dan kedua, aku bisa membantu menjagamu dari Teddy Permana, kalau-kalau dia melakukan sesuatu padamu. Bagaimana?"

Dina Baskoro akhirnya mengangguk sambil tersenyum, Meskipun dia sebenarnya tidak mau, tapi Dina Baskoro tidak punya pilihan lain lagi, "Oke, ayo pergi."