Dirga berpikir bahwa karena suasana hati Saga yang murung baru-baru ini, dia juga ikut menderita, jadi dia sangat merindukan Presiden yang sebelumnya.
"Kapan kau sangat ikut campur dalam urusanku?" Saga menatapnya dengan ringan, mata hitamnya setenang air, tetapi dengan tekanan yang tak terlihat.
Dirga segera menyadari bahwa dia telah keterlaluan, dan kepalanya menunduk, "Saya tidak berani."
"Aku sudah tahu soal itu. Sebaiknya kau turun dulu." Saga melambaikan tangannya, dan Dirga segera melangkah mundur dengan hormat.
Waktu sepertinya berjalan cepat karena ekspektasi.
Ketika Stella datang, Saga telah menyelesaikan tugas resminya.
Karena dia takut semua makanannya akan dingin, Stella memeluk kotak bekal di dadanya, seolah-olah dia sedang merawat bayi yang penting.
Mata Saga menghangat, dan sensasi lembut menyebar ke sekujur tubuhnya, sampai menuju ke hatinya.