Stella menatap kemeja di garis lehernya dan menelan ludah tanpa sadar. Ketegangan di hatinya telah mencapai puncaknya, dan dia sepertinya siap untuk mengekspresikan dirinya kapan saja.
"Kenapa? Tidak rela?" Saga tersenyum kejam, dengan amarah di matanya. Tapi nada bicaranya masih tenang.
Stella tidak berbicara, tetapi hanya membuktikannya dengan tindakan.
Tangan wanita itu dingin, dan saat dia menyentuh dagunya, ada getaran yang jelas di sana.
Saga tidak bergerak seperti gunung, dan alisnya yang tak acuh seperti lukisan yang tajam. Sekujur tubuhnya mengungkapkan aura yang kuat, yang membuat orang bergidik.
Tangan Stella dengan kaku menyentuh kancing pertama di garis lehernya. Rona wajah Stella terus berubah, dan akhirnya dia membuka kancingnya dengan gemetar, memperlihatkan dada yang kuat di baliknya.
Tiba-tiba ada hawa dingin di mata lainnya, dan Saga meraih tangan Stella yang masih bergerak turun.
