Pandangan matanya sontak terfokus padanya, tanpa menoleh ke arah lain sedikitpun. Stella merasa malu sesaat, dan segera kembali ke alam sadarnya, "Kau terlalu banyak berpikir, mana berani aku menuntut perhatianmu?"
Saga tertawa kecil dan mengulurkan tangan untuk mengangkat dagu Stella, memaksanya untuk melihat ke arahnya, "Aku tahu apa yang sedang kaupikirkan di dalam hatimu."
Matanya terlalu tajam, seolah dia bisa menembus segalanya.
Stella menatap tajam ke arah sorot mata itu, tetapi dia merasakan kulit kepalanya mati rasa, seolah-olah semua rahasianya telah terungkap di udara.
Saga terlalu malas untuk berbicara tentang dia dengannya. Oleh karena itu, dia menggunakan tangannya lebih keras, mendominasi dan dengan dingin memperingatkan Stella, "Jika kau berani untuk terus menghindariku, aku tidak akan berbelas kasihan."
Stella menatap, "Kau berencana untuk terus menggunakan kekuatanmu padaku?"