Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 41 - Pesta

Chapter 41 - Pesta

" … Aku ingin tidur saja" ucap Stella.

Saat mendengar itu, Saga mengerutkan dahinya dan menatap Stella dengan kedua matanya yang menyipit. Karena dia malas berdebat dengan Stella lagi, Saga segera meraih satu tangan wanita itu, kemudian berjalan keluar dari kamar hotel, tanpa menghiraukan keluhan Stella padanya.

Sedangkan Stella yang berontak, berhenti, karena merasakan tangannya malah sakit dan hanya pasrah saja saat Saga menariknya.

Tak terasa sudah hari di,ama pesta Seto diadakan.

Stella dan Saga saat ini berjalan bersama menuju tempat pesat diadakan.

Tangan Stella dikalungkan ke lengan Saga, tersenyum ke arah Saga, namun dia juga merasakan perasaan gugup saat ini.

Saat mereka memasuki ruang perjamuan, orang-orang di sana fokus menatap mereka, dan saat Seto menyadari keberadaan keduanya, pria itu segera menyapa.

"Pak Saga, senang bertemu dengan Anda di sini." Seto tersenyum pada Saga dan Stella

Saga mengambil segelas wine yang ditawarkan pelayan. Namun, baru saja dia hendak

mengatakan sesuatu, Melani bergegas, meraih tangan Seto dan berkata dengan nada manja, "Ayah." Tapi matanya terus tertuju pada Saga, menatap dengan pandangan malu-malu dan penuh kekaguman.

Stella yang menyadari tatapan Melani pada Saga, menjadi sedikit cemberut, merasa kesal dan tanpa sadar mengepalkan tangannya.

"Stella, apa kau tidak nyaman?" Saga bertanya dengan lembut.

Mendengar itu, Stella kembali tersadar. Dia tersenyum, dan berkata dengan acuh tak acuh, "Tidak, tidak."

Melani yang melihat itu, menatap Stella dengan ekspresi kesal, namun dia kembali menenangkan dirinya.

Dia melirik ke arah Stella dengan tatapan iri, saat melihat wanita itu mengenakan gaun putih cantik dengan sulaman bunga sutra perak di roknya, yang bahkan lebih bersinar di bawah cahaya lampu ruangan.

Melihat Stella yang terlihat cantik dan anggun, Melani tidak bisa menahan rasa cemburunya.

"Nona Stella, Anda terlihat sangat cantik malam ini." Melani tersenyum dengan paksa dan memuji Stella.

Stella mendengar itu ikut tersenyum, dan juga menjawab, "Nona Melani, Anda juga terlihat cantik malam ini."

Namun, saat mendengar itu, Melani merasa bertambah kesal. Matanya tertuju pada setiap perhiasan yang dikenakan Stella. Dirinya ahu jika perhiasan yang dikenakan Stella merupakan perhiasan edisi terbatas dan tentu harganya sangat mahal. Bahkan, Melani berani membeli perhiasan edisi khusus itu hanya satu atau dua saja sangking mahal harganya. Ketika, dia melihat Stella mengenakan itu, dirinya menjadi berpikir, sekertaris macam apa Stella hingga bisa memiliki perhiasan mewah.

Jika Stella tahu apa yang dipikirkan Melani saat ini, dia pasti akan merasa kesal.

Kemarin, Saga yang mengajaknya berbelanja, tak hanya membelikan dia gaun, namun juga beberapa perhiasan. Dia sebenarnya ingin menolak itu, namun karena sifat Saga yang tidak menerima penolakan, Stella hanya pasrah dan menerima pemberian pria itu.

"Kau akan menjadi pasangan pestaku nanti, jadi kau juga harus memakai yang terbaik" ujar Saga hari itu padanya.

Sedangkan, Melani yang dapat melihat cincin berlian biru di jari manis Stella, tanpa sadar mencengkram gelas yang berisi winenya dengan erat, kemudian berkata, "Nona Stella, aku melihat cincin yang kau pakai itu benar-benar unik, dan pasti sangat mahal harganya. Aku tidak menyangka Nona Stella juga memiliki selera yang bagus. Saya kira, Anda bukanlah orang yang suka dengan hal-hal seperti itu."

Setelah mendengar itu, Stella memandang cincin berlian biru di jari manisnya, dan tiba-tiba sakit kepala. Dia lupa jika kemarin Saga telah melepaskan plester yang menutupi cincinnya dan Stella juga lupa untuk menutupinya lagi.

Saga juga melihat cincin berlian di jari manis Stella, meraih tangannya, dan menggenggam jari-jari Stella dengan erat. Dia kemudian menatap Stella dengan intens, lalu dengan lembut berkata, "Saya yang memberikan cincin ini pada Stella. Saya merasa jika hanya Stella yang pantas mendapatkannya."

Melani ingin mengambil kesempatan untuk mengejek keserakahan Stella karena mau-mau saja menerima pemberian Saga, tapi saat akan berbicara, dia terdiam saat melihat tatapan penuh cinta Saga pada wanita itu.

Sedangkan, Seto yang sedari tadi diam, saat merasakan suasana tidak enak di antara mereka, segera berkata, "Ah, saya kira Nona Stella dan Melani sama-sama layak mendapatkan barang mewah seperti itu. Semua wanita memang pantas mendapatkannya, bukan?"

Ucapan Seto, memang terlihat memihak Stella, namun dia hanya tidak ingin membuat suasana di antara mereka semakin memburuk

Saat mendengar itu, Saga memeluk pinggang Stella dan menatapnya sambil tersenyum, "Stella, apa menurutmu apa yang dikatakan Pak Seto itu benar?"

Stella balik menatap Saga dan memandangnya dengan ekspresi kebingungan dan berkata, "Saya … saya tidak tahu."

Saga tahu jika Stella tidak ingin membicarakannya lagi, jadi dia hanya diam.

Melani, yang diabaikan sepanjang waktu, tidak bisa melihat mereka berdua begitu dekat, dan saat akan kembali berbicara, ayahnya segera menggunakan alasan untuk mengajaknya pergi dari sana.

Begitu Seto pergi, banyak orang yang ingin membuat Saga terkesan, segera ke arah mereka, dan Stella terdorong oleh orang itu.

Namun, Stella tidak marah, malah dia senang karena bisa mendapatkan waktunya sendiri. Jadi, dirinya segera pergi ke arah meja jamuan yang berisi banyak makanan di pojok ruangan.

"Ini, kue teh hijau untukmu, cantik. Aku yakin kau menyukainya" ujar seorang pria di sebelahnya saat Stella masih asyik melihat-lihat makanan.

Dia menoleh dan melihat seorang pria yang mengenakan setelan jas putih.

Stella mengambil sepiring kue itu dari tangannya, tersenyum dengan sopan, lalu berkata, "Terima kasih."

"Ah, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Rio, manajer umum Adijaya Corp dan aku telah memperhatikanmu tadi untuk waktu yang lama."

"Oh…" jawab Stella acuh tak acuh karena merasa tidak mengenal pria asing itu.

"Sayang sekali kau hanya menjadi seorang sekretaris dengan wajah secantik itu, jika-" Ucapan pria itu disela oleh sebuah suara pria lain di belakang mereka.

"Stella ..." ketika Stella mendengar suara Saga, dia menoleh ke belakang dan melihat kedua mata Saga sudah menyipit dan memandang pria di sebelahnya dengan pandangan tak suka.

Stella mengedipkan matanya, dia tidak mengerti mengapa Saga menjadi sangat marah.

Saat sudah sampai di sebelah Stella, dia dengan cepat mengulurkan tangan dan memeluk pinggang Stella dengan posesif, lalu berkata, "Kenapa kau datang ke sini?"

Sedangkan, Stella mendengar dan menjawab, "Kau tadi dikelilingi oleh begitu banyak orang, bagaimana aku bisa mengganggumu?"

Stella tidak menyadari nada bicaranya yang sedikit kesal.

"Stella, siapa dia?" Tatapan Saga tertuju pada pria di sebelahnya sambil menatapnya dengan kedua mata menyipit.

Stella menoleh dan menjawab, "Aku tidak tahu." Saga merasa lebih nyaman ketika dia mendengar Stella mengatakan ini.

Saga tidak ingin Stella berhubungan dengan pria manapun, Jadi dia segera membawa Stella pergi dari sana.

"Stella, kau tidak boleh terlalu berdekatan dengan pria lain. Mereka memang di depanmu baik, namun kau tidak bisa terlalu mempercayai mereka." ujar Saga sembari mereka berjalan.

Sedangkan, Rio yang masih bisa mendengarkan ucapan Saga, tertegun. Tetapi, saat memikirkan latar belakang Saga, dia tidak berani melakukan apa pun, jadi Rio hanya bisa meninggalkan tempat itu dengan ekspresi suram.

Di sisi lain, Saga merasa sangat menyesal karena mendandani Stella begitu cantik. Dirinya cemburu saat pria lain melihat kecantikan Stella karena hanya dia yang boleh melihat kecantikan Stella.