Badanku pun mulai gemetar dan aku menahan nafasku. Aku melihatnya di sisi sebelah kananku, menatapkan matanya ke arahku.
Sial, padhalan aku sudah berusaha untuk tidak menatapnya begitu lama, tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak pernah melihat seseorang berbaju hitam, nenek pun tidak pernah berkata apa-apa. Mana aku tau kalau hantu tersebut dapat mendegarkanku.
aku pun berpaling kearah kiri dan mulai berjalan, aku masih bisa merasakan dia berjalan ke arah ku.
"Tunggu!" aku pun terhenti dan tidak dapat bergerak.
"Kamu! Aku tau kamu siapa, kamu kan yang melakukannya?" mendengar hantu itu berbicara pun membuatku sontak melihat arahnya dengan kebinggungan.
Emang aku ngapain?
Aku melihat ke arahnya, dan aku pun terbinggung, jubahnya yang berwarna hitam pun terlihat jelas, dia memiliki rambut panjang, matanya yang melihat ke arah ku, dia tidak terlihat seperti hantu-hantu yang biasa ku lihat.
Dia seperti manusia biasa! Apa benar dia cuman seorang yang berpakaian hitam? Dengan tidak berpikiran panjang aku pun berjalan ke arahnya perlahan-lahan, hantu tersebut pun berjalan kebelakang.
"Hei...hei.. tunggu kamu ngapain jangan pegang aku, AHHHH!!!"
tangan yang coba ku raih pun tidak dapat aku pegang, tanganya pun tembus dan aku menghela nafasku, memang benar dia hantu.
"Kamu! Kenapa baju mu bewarna hitam?" tanyaku, hantu tersebut pun melihat ke arah ku dan memasang muka yang marah, dia pun sontak menghentakan kakinya.
"Aku? Kamu! Kamu ya yang bunuh aku! Mana aku tau baju ku hitam, toh kamu yang bunuh aku, seharusnya aku menanyakannya kepada mu!" Jawab hantu tersebut.
Membunuhnya? Kenal aja tidak.
"Renico Brahms, tunggu aja aku akan balas dendam!"