Chereads / My Lovely Ghost Friend / Chapter 2 - Kata Nenek

Chapter 2 - Kata Nenek

"Nico... jangan jauh-jauh, nanti kelihatan," Kata nenek, tapi aku tetap saja pergi jauh. Mungkin hari itu seharusnya aku mendengarkan nenek.

jangan jauh-jauh katanya atau kamu akan jatuh, itu yang sering ku dengar selama aku tinggal di rumah nenek, dan selama aku hidup, aku tidak pernah mengerti kenapa dan mengapa kelaurgaku sangat protektif denganku. Apa karena aku anak terakhir di keluargaku?

Aku hidup bersama Ayah dan Ibu dan kedua kakak perempuanku, bukannya seharusnya mereka protektif kepada kedua kakak-kakakku?

Aku masih ingat setiap kali ke rumah nenek, aku akan diberi tau untuk jangan jauh-jauh, aku tidak mengerti mengapa tetapi aku seharusnya mendengarkanya.

Keluargaku menyembunyikan rahasia dari semua orang, dari aku.

Di umurku yang ke-13 aku diberitau oleh keluarga ku kalau aku memiliki kemampuan spesial, lebih spesial dari manusia biasa bahkan bisa dibilang sama dengan grim reaper. Keluargaku dari generasi ke generasi deberkati dengan kemampuan untuk melihat alam baka.

Keluarga kami diberkati dengan kemampuan untuk melihat hantu, bertapa kagetnya aku saat diberitau kalau aku dapat melihat hantu, lebih kaget lagi waktu diberi tau kalau aku satu-satunya cowok dari keturunan kita yang dapat melihat hantu. Kedua kakak ku tidak dapat melihat, sedangkan ibuku dan nenek dapat melihat.

Nenek berkata dia sudah merasakan esensi lain saat aku lahir, sebuah esensi yang dia tidak rasakan di kedua kakakku, nenek menganggap kalau aku sangat spesial dan ternyata nenek pun benar.

di umurku yang ke-17 aku pun mengalami suatu kejadian, pada saat malam itu di rumah nenek aku melihat sebuah bayangan yang bergerak di belakang rumah nenek, aku pun pergi ke belakang dan aku melihat hantu laki-laki berjubah merah, aku melihat ke arahnya dan berjalan ke arahnya.

aku menanyakan ke arahnya perlahanan-lahan.

"Hey... apakah kamu baik-baik saja biarkan aku -" aku pun harus menghela nafasku setelah melihat hantu tersebut dan mulailah aku mundur. Hantu berjubah itu pun mendekati ku, tetapi aku pun tidak bisa berhenti menatapnya, jika adapun yang bisa ditatap.

Mata hantu tersebut telah hilang, aku memandangku hanya muka hampa dengan senyuman lebar, aku tidak bisa berpangling dan akhirnya terjatuh karena kakiku sendiri. menatap arah hantu itu pun aku mencoba untuk mengusirnya, aku menutup mataku mengharapkan yang terbaik.

dan tak ku sangka, aku merasakan seseorang memegang tangan ku aku pun tersontak kaget dan melihat ke arah tangan tersebut.

Hantu tersebut pun mulai memudar dan demi sedikit mulai terpecah menjadi partikel-partikel kecil.

aku pun hanya dapat menatap hingga hantu tersebut berteriak dengan keras dan mulai menghilang perlahan-lahan.

"Kan, nenek sudah bilang, jangan jauh-jauh, nanti kamu kelihatan," aku pun melihat ke arah suara tersebut dan melihat kearah nenek yang melihat ku dengan tatapan tersenyum.

"Kamu lebih spesial dari apa yang ibumu dan aku sangka Nico, kelihatanya kamu bisa melakukan lebih dari apa yang telah diberkati oleh keturunan kita." Mendengar itu Renico hanya bisa menatap neneknya yang tersenyum, ia pun berdiri sambil mengusapkan jeans nya yang kotor dan menatap ke arah neneknya.

Dengan sontak berjalan ke arah neneknya dan memeluknya, membuat neneknya terkejut atas perbuatan cucunya dan memeluk kembali.

"Jangan jauh-jauh, hantu tersebut dapat melihat mu..."

"Tapi nek, matanya..."

"Dia dihukum oleh yang berkuasa karena telah melihat hal-hal yang tidak baik, hukumannya pun matanya diambil, bahkan belum meminta ampun pun sudah berulah masalah," nenek menggelengkan kepalanya dan melihat ke arah Nico.

"Kamu telah membawanya pulang," Ujar nenek, Renico pun melihat ke neneknya, "Kamu dapat membawa pulang arwah dengan sentuhanmu, untuk sekarang -" nenek berhenti dan meraih ke arah tangan Nico dan memegangnya -" Kamu hati-hati ya, akan ada banyak arwah-arwah dari dunia lain yang ingin memiliki nasib seperti arwah yang kau bawa pulang."

"Kenapa? Aku- Aku membunuhnya..." Jawab nico dengan tidak kepastiaan, mana ada arwah yang senang dibunuh?

Nenek hanya bisa tertawa mendengarkan cucunya tersebut," Nico... maksudnya nenek adalah kamu telah membawa dia pulang adalah kamu mengembalikan asalnya ke dunia bawah, ke neraka dimana mereka akan dihakimi, arwah-arwah yang tidak tenang tersebut akan mencoba untuk memegang mu Nico supaya mereka dipulangkan dengan paksa, padhalan hidup di dunialah adalah hukuman mereka."

-

Kejadian itu terulang dikepalaku, dan mengingat kejadian tersebut aku tida pernah bisa hidup dengan normal, aku harus mengisolasi diriku dari melihat hantu, tidak aku membenci kutukan ini. Kenapa harus aku yang 'diberkati' dengan kekuatan tersebut, Kenapa tidak Lisa dan Mira saja?

Aku yakin mereka berdua akan senang mengetahui mereka memiliki talenta ini, mengapa aku yang terbebani dengan ini?

Aku adalah seorang monster.

"Mr.Brahms?" aku melihat ke arah samping dan melihat ke depan dan melihat rekan kerjaku.

"Sir, Are you alright do you need a moment, we can stop and -"

(tuan apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu membutuhkan waktu sejenak? kita bisa berhenti dan -)

"No, I'm alright, we can continue," ujarku dan melihat ke rekan-rekanku.

(Tidak, Aku tidak apa-apa, kita bisa melanjutkan)

Nico, fokus. Sekarang bukan waktunya untuk melamum.

Sialan sejak aku bertemunya, aku tidak bisa berpikir dengan tenang dan aku tidak mengerti mengapa aku harus bertemunya dan aku pun takut, dia memakai jubah bewarna hitam, selama aku hidup dan keturunanku hidup kami belum pernah bertemu dengan siapapun yang memakai jubah hitam.

kenapa sekarang?

Kenapa hantu tersebut harus berada di depan ku waktu itu dan waktu yang bertepatan aku melihat ke arahnya dan dia menatap ke arahku. Aku memejamkan mataku sebentar dan ijin untuk keluar. AKu tidak bisa bernafas di dalam ruang tersebut dan sakit kepalaku pun mulai kembali.

Berjalan keluar kepala kun mulai pusing lagi, dan aku tidak mengerti megapa, hanya dua kemungkinan, aku jatuh sakit atau aku melihat hantu lagi. Sialan jika kepalaku sakit begini terus aku harus mengunjungi nenek lagi dan meminta resep obat.

aku akan meminta Cecilia, untuk mengaturkan ku jadwal balik ke Indonesia, New York ke Indonesia seharusnya dekat bukan? Aku pun mencari smartphone ku dan mencari kontak Cecilia.

setelah beberapa lama aku menunggu," Hallo? Ren, kenapa telpon?"

Aku menghela nafasku, "Mr.Brahms untuk mu, jadwal kan aku pulang balik Indonesia nanti malam."

"Loh- Kenapa? Apa ada masalah, bisa aku bantu dan -"

"Kamu bisa dengan cara menjadwalkan aku pulang." Mendengar itu Cecilia pun terdiam.

"Aku akan ikut dan -"

"Aku sendiri, nanti malam Cecilia, tiket ada di meja." Sebelum Cecilia bisa menjawab aku pun menutup telpon.

Semenjak aku keluar dari tempat tersebut, kepalaku mulai pusing lagi dan aku merasakan sesuatu.

"HEI KAMU, YAAPUN DICARI SUSAH, DIPANGGIL DITERIAKIN TAMBAH LARI, KAMU PIKIR PAKAI JUBAH HITAM GINI GAMPANG APA, TOH YO NGERTI SEDIKIT GITU KEK?"

Ah... ternyata itu alasan kepala ku sakit.