Di dalam ruangan, Widya menangis dengan keras, dan setumpuk foto robek berkeping-keping.
gemerincing!
Bel pintu berbunyi, dan pintu terbuka.
Ini Rifan Utomo!
Widya menahan napas, menatap Rifan Utomo dengan kebencian, dan meraung, "Rifan Utomo, kamu tidak tahu malu!"
"Widya, kenapa kamu sangat marah? Apakah kamu tidur nyenyak tadi malam?" Tawa Rifan Utomo datang.
Widya menarik tinjunya dengan erat, kukunya hampir terbenam di telapak tangannya, dadanya serasa ditekan oleh sebuah batu besar, dan dia tidak bisa bernapas.
"Widya, sejujurnya, aku tidak punya siapa pun yang aku suka, dan aku tidak punya pacar. Yang selalu aku suka adalah kamu. Dalam hatiku, hanya kamu yang memenuhi syarat untuk menjadi pacarku," kata Rifan Utomo.