"Metode ini bukannya tanpa itu," kata Mahesa sambil tersenyum.
"Katakan semuanya sekaligus." Widya berkata dengan kesal, mengetahui bahwa Mahesa hanya mengucapkan paruh pertama kalimat, dan masih ada paruh kedua.
Pencuri angin kayu itu mencondongkan tubuh ke depan, tidak peduli apakah Widodo atau bukan, dia memeluk pinggang ramping Widya, "Orang-orang tua itu hanyalah peran kecil. Sangat mudah untuk menyelesaikannya."
"Kamu tidak berpikir ..." Widya memandang Mahesa dengan heran, mengetahui bahwa suami murahan ini membunuh iblis tanpa berkedip, dia tidak ingin membunuh lagi.
Tidak masalah membunuh para pembunuh itu, tapi Hamzah dan yang lainnya dianggap orang baik di Kota Surabaya. Tidak bodoh membunuh mereka, tapi dia bisa memikirkannya.
"Tidak, kamu tidak bisa melakukan itu," Widya menolak dengan cemberut.
"Istri, kamu tahu sebelum aku mengatakan ini, suami dan istri kita benar-benar pintar." Mahesa tersenyum, dan bahkan mencondongkan tubuh lebih dekat ke pipi dan mencium.