Di depan pintu keemasan yang megah, angin datang dari tepi sungai. Setelah kembali ke Surabaya selama lebih dari setahun, Mahesa tidak pernah ke tempat hiburan lain, kecuali di KTV 88. Dia sudah tidak asing lagi dengan logonya yang berwarna emas. Tidak banyak KTV di sini, tapi KTV 88 lebih baik dikatakan sebagai tempat hiburan.
Karena ruangan pribadi di KTV hanya menempati sebagian kecil dari keseluruhan bangunan, jadi jelas angin yang ada di luar tidak bisa menembus ke dalam.
"Tuan, selamat datang, apakah Anda ingin bernyanyi?" Begitu Mahesa memasuki pintu, enam wanita cantik yang ramah membungkuk kepada Mahesa pada saat yang sama. Mereka tidak memedulikan pakaian Mahesa yang tampak biasa saja.
KTV 88 layak menjadi KTV kelas atas. Mahesa sangat puas dengan keramahan dari para pegawai wanita di sini. Dia mengangguk dan tersenyum, "Saya sedang mencari teman di sini."