Seminggu berlalu.
Dalam minggu ini, kota Surabaya akhirnya mulai melonjak.
Anno Valentino duduk di kantor dengan ekspresi jelek, asap di tangannya terbakar sampai akhir, dan bergumam, "Andri Hardiansyah, Andri Hardiansyah, kamu akhirnya bergerak."
Tuk tuk!
Pintunya diketuk.
Anno Valentino mencabut puntung rokok dan berkata, "Masuk."
Itu adalah sekretaris Anno Valentino yang masuk. Dia telah mengikuti Anno Valentino selama sepuluh tahun, dan memandang Anno Valentino, yang tampak jelek, dan ragu-ragu.
"Rizki Chaniago, kamu di sini, ayo bicara." Anno Valentino sudah menebak beberapa.
"Sekretaris Valentin, tujuh belas orang kami telah jatuh dari kuda." Rizki Chaniago menyerahkan dokumen di tangannya kepada Anno Valentino.
Melihat dengan kasar, menghela nafas, "Sepertinya Andri Hardiansyah bermaksud memanfaatkan kesempatan ini."