"Masalah sampul novel ini harus segera ditangani. Aku kuatir rencana kita untuk makan malam di New York harus ditangguhkan."
"Entah bagaimana aku tahu kau akan mengatakan itu."
"Drew akan menemuiku secepatnya."
"Bagus."
"Setelah pembicaraan kami selesai, aku akan menghubungimu. Sebaiknya sekarang kau pulang dulu. Sam akan mengantarmu."
Payne mendorong kursi roda Diane ke dekat limusin, lalu mengangkat wanita itu ke kursi belakang. Catherine dan anjingnya berlari menghampiri untuk mengucapkan selamat tinggal sementara John melipat kursi roda dan meletakkannya di bagasi.
"Janji kau akan menelepon dan memberitahu apa yang terjadi?"
Dalam kondisi seperti saat ini Payne tak dapat menatap Diane tanpa menyadari kaki wanita itu hampir lumpuh. Meskipun bukan Payne yang menarik pelatuk, dirinyalah yang menyebabkan Diane tak dapat berjalan.
"Kau tahu aku akan meneleponmu." Payne meremas tangan Diane, lalu menutup pintu limusin.
"Bye, Diane," seru Catherine.
Ketika mobil melaju, Payne merangkul keponakannya dan menuntunnya ke rumah. Payne harus mengambil laptopnya. "Aku ingin berterima kasih padamu karena sudah begitu baik pada Diane."
"Aku ingin kondisinya membaik."
"Aku juga." Aku juga.
"Diane yakin dia tak akan pernah berjalan lagi, tapi aku memberitahunya itu pemikiran gila, karena dia masih dapat merasakan kakinya. Aku tak akan membiarkannya menyerah! Meskipun dia tak mau pergi ke klinik di Swiss, kau harus membawanya, Uncle Payne."
Payne menahan pintu untuk Catherine dan anjingnya. Begitu mereka memasuki rumah, Payne berkata, "Begitulah rencanaku."
"Selagi kau ke desa, dia menangis dan berkata tak mau menjalani operasi lagi bila tak ada gunanya."
Payne mengertakkan gigi. "Aku kuatir karena melihatku di sampul buku rasa takut yang dialaminya saat Natal itu kembali lagi."
"Itu satu alasan lagi baginya untuk tetap berjuang dengan segala kemampuan yang dia miliki agar kondisinya membaik!" sembur Catherine. "Setidaknya, dokternya belum berkata tidak ada harapan baginya untuk bisa berjalan lagi. Ini tidak seperti yang menimpa Trevor," suara Catherine tersendat.
"Kau benar." Payne mengecup kening Catherine. "Aku menyayangimu karena kau sangat perhatian. Ketika ibumu memintaku menjagamu selagi mereka ke Meksiko, aku senang melakukannya. Begini saja—besok sore aku akan meluangkan waktu dan membawamu serta Diane berlayar."
"Dia tidak suka berlayar."
Payne merasa ada sesuatu yang tak menyenangkan terjadi antara Catherine dan Diane. "Ada apa, Sayang?"
"Tak ada apa-apa," jawab Catherine dingin.
"Kau bisa bilang begitu pada siapa pun kecuali aku."
Catherine mendongak pada Payne dengan mata biru yang menggetarkan hati. "Diane memarahiku karena membaca novel roman. Katanya membaca buku-buku itu hanya membuang-buang waktu dan isinya tak mencerminkan kehidupan nyata."
Sebelum memiliki kesempatan membaca Manhattan Merger, Payne tak mau memberikan pendapat apa pun.
"Ucapan Diane jangan dimasukkan ke hati. Saat ini dia agak murung."
"Tidak. Dia sudah seperti ini sejak kalian bertunangan."
Payne mengernyitkan dahi. "Seperti apa?"
"Dia sepertinya sulit bertoleransi denganku bila kau tak ada."
"Itu tidak benar, Catherine. Dia menyukaimu, bahkan sampai menginginkan bantuanmu dalam mempersiapkan pernikahan kami."
"Dia meminta bantuanku hanya karena kau mengisyaratkan mungkin itu ide yang baik untuk mengisi waktu luangku selagi Mom dan Dad pergi. Aku tak pernah memberitahu ini kepadamu, tapi dua tahun lalu, pada pesta perayaan hari kemerdekaan di kapal pesiar, Linda dan aku mengetahui Diane jatuh cinta kepadamu ketika dia menyuruh kami untuk pergi dan meninggalkan kalian berdua."
Setelah mendengar penuturan Catherine, Payne menyadari keponakannya yang cerdik itu lebih memahami Diane.
Karena selalu disibukkan dengan pekerjaannya, Payne tidak menanggapi minat Diane terhadapnya. Jika malam itu ia tidak meninggalkan kantor… Tetapi semua 'jika' di dunia tak akan mengubah situasi yang telah menghancurkan kehidupan dan impian mereka.
Setelah menemukan laptopnya di ruang kerja, Payne berkata, "Kenapa kau tidak meminta Linda ikut berlayar bersama kita besok, dengan atau tanpa Diane?"
"Sungguh?" Senyum cerah merekah di wajah Catherine. "Terima kasih, Uncle Payne. Kau yang terhebat!" Catherine berjingkat dan mengecup pipi Payne. "Aku akan mengajaknya bila kami bertemu nanti."
"Lakukanlah. Sampai nanti."
"Oke. Ayo, Lady," kata Catherine sambil mengajak anjingnya.
Sebelum meninggalkan rumah untuk menyusul Mac di limusin lain dan melakukan perjalanan singkat ke Crag's Head, Payne mengamati anjing itu mengikuti Catherine menaiki tangga. Keluarga Sterling menyukai hewan-hewan mereka. Tak terkecuali Payne. Tetapi setelah bullmastiff-nya, Bruno, mati, ia memutuskan untuk tidak memiliki anjing lagi.
Sejak kepindahannya ke rumah baru, Payne banyak bepergian. Tidak adil memelihara hewan bila ia sering pergi. Hewan peliharaan memerlukan kasih sayang dan perhatian terus-menerus.
Ketika bergabung dengan Mac di limusin, Payne mengakui sesuatu, "Beberapa hari lalu aku memberitahu Diane aku ingin memiliki anjing lagi dan berencana mencarikan anjing untuknya sebagai hadiah perkawinan, jadi dia tak akan kesepian bila aku ke luar negeri. Rupanya dia tidak menginginkannya, meskipun aku memberitahu anjing itu bisa digunakan sebagai anjing penjaga juga."
"Reaksinya tak begitu mengejutkan, mengingat ibunya yang alergi anjing," sahut Mac bergumam. "Tunanganmu tidak dibesarkan dengan binatang di sekelilingnya."
Payne memijat-mijat pangkal hidungnya. "Diane mengaku sudah jatuh cinta kepadaku selama bertahun-tahun, tetapi sejak kami bertunangan dia mulai menyadari sedikit sekali persamaan kami. Aku kuatir aku bukan lelaki sempurna seperti dugaannya."
Mac memandang Payne dengan jujur. "Jangan benci aku karena mengatakannya, tapi harus ada yang memperingatkan Diane tentang pepatah lama. 'Hati-hatilah terhadap keinginanmu. Mungkin kau akan mendapatkannya.'"
"Kau menakutkan, Mac."
"Bagaimana bisa?"
"Kau mengucapkan sesuatu yang mau kuutarakan. Tadi malam Diane menangis dan mengakui bahwa dia tak suka tempat tinggalku." Mac menyeringai. "Daripada anjing sebagai kado perkawinan, dia ingin dibuatkan manor Inggris dekat kediaman orangtuanya.
"Aku mengingatkan dia bahwa sebagai anak tunggal, kelak dia akan mewarisi kediaman keluarganya, dan dapat menghabiskan waktu di sana sebanyak yang dia inginkan setelah kami menikah."
Mac tak mengatakan apa pun. Begitu pula Payne.
Setelah meninggalkan kediaman kakaknya, yang bergaya New England seperti gaya rumah-rumah di Hamptons, Payne merindukan kediamannya yang bertingkat di Crag's Head.
Uang dapat membeli banyak benda yang tak pernah Payne inginkan dan uang juga memberinya banyak kepedihan melebihi apa yang dapat dipikirkannya. Tetapi jika ada satu hal yang dapat ia syukuri, uang membuatnya memiliki gagasan mengubah mercusuar tua yang berdiri di tanah keluarganya menjadi sebuah tempat tinggal yang indah dan terpencil.
Payne adalah insinyur, bukan arsitek, tetapi ia mengetahui apa yang diinginkannya untuk mercusuar itu ketika pertama kali melihat Kapel Le Corbusier of Notre Dame Du Haut di Ronchamps.
Dengan menggunakan gaya sculptural, bukan rectilinear, arsitek Prancis yang merancang kapel itu membangun dua dinding melengkung dari batu putih yang bertemu di bawah atap yang gelap.
Dengan mengaplikasikan elemen-elemen serupa untuk mercusuar, kediaman Payne berdiri bagaikan sebuah patung di daratan utama yang menghadap ke Atlantik. Jendela-jendela acak yang mencuat keluar pada tembok, memberikan privasi dan pemandangan yang Payne inginkan.
Payne suka berjalan-jalan selagi mempelajari tempat untuk meletakkan kabel-kabel serat optik besar di lokasi sesulit daerah bawah tanah New York yang berliku-liku.
Jaringan serat urban merupakan salah satu bagian infrastruktur internet yang kurang dikembangkan. Payne selalu menganggapnya pasar potensial.
Senang karena sudah memasang lima juta kilometer benang kaca di dalam tanah, sekarang Payne menjual hak untuk helai-helai serat tersendiri. Setiap hari perusahaan-perusahaan dunia berdatangan kepadanya untuk meminta lebih banyak lagi.
Ketika membangun tempat itu, Payne belum bertemu wanita yang ingin dinikahinya. Kalau pun pernah memikirkannya, Payne membayangkan ketika wanita yang tepat muncul, wanita itu juga akan menyukai tempat tinggalnya.
Tadi malam Payne berjanji pada Diane ia akan menambah beberapa tampilan interior di lantai dua untuk mengurangi kekakuan dan membuat rumah itu tidak terlalu terlihat seperti benteng.
Bagian mercusuar di rumahnya sudah diubah menjadi ruang kerja terbuka. Di tempat inilah—tempat Payne menyendiri—ia menggunakan permukaan dinding-dinding tebalnya untuk membentangkan peta-peta besar berisi terowongan di bawah kota-kota utama Amerika dan Eropa.
Mengingat Payne sedang dalam negosiasi untuk lima puluh pasar lagi sebelum tahun depan, sulit memperkirakan ke mana bisnis ini akan mengarah pada masa depan. Tetapi Payne jadi tak akan kehabisan masalah untuk dipecahkan. Ia suka melakukannya.
Itu sebabnya Payne akan membawa Diane ke Swiss, meskipun harus menyeret wanita itu ke sana. Dan jika usaha para dokter di sana tidak membuahkan hasil, Payne akan mencoba pergi ke Norwegia. Ia pernah mendengar ada dokter lain yang mengelola klinik bagi penderita cedera punggung di sana.
Jika Payne bisa menggali kekayaan memesona dalam lumpur di bawah jalan-jalan kota New York, Paris, dan Roma, ia tentu dapat mencari cara agar Diane bisa berjalan lagi!
"Betty?" Payne memanggil Mrs. Myers. Wanita itu dan suaminya tinggal di sana, menjaga rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga ringan. "Malam ini aku menunggu Drew Wallace. Bila dia datang, maukah kau menyuruhnya ke ruang kerjaku?"
"Tentu. Kau mau makan sesuatu sebelum dia datang?"
"Bagaimana kalau sandwich."
"Akan kusiapkan."
Sambil menunggu, Payne bersandar di kursi malas, menyesuaikan cahaya lampu baca dan mulai membaca Manhattan Merger.
Kalimat pembuka novel itu serasa mencekik leher Payne.
Logan Townsend tak mencintai tunangannya.
Membaca buku itu bagaikan berjalan melewati ladang ranjau dalam hatinya sendiri. Pikiran dan perasaan terdalam Payne dikuak pada saat-saat yang tidak diperkirakan. Ketika sampai di halaman terakhir dan menutup buku, tangan Payne benar-benar berguncang.
Payne teringat sesuatu yang dikatakan Catherine sebelum ia pergi ke Crag's Head.
Diane memarahiku karena membaca novel roman. Katanya membaca buku-buku itu hanya membuang-buang waktu dan isinya tidak mencerminkan kehidupan nyata.
Diane salah besar!
Payne bersyukur atas satu hal, yaitu Catherine belum membaca cerita itu. Gadis itu akan semakin terluka.
Lukisan di sampul itu tampak melompat ke arah Payne, menegaskan perasaan shock-nya karena buku bergambar dirinya ini sudah beredar.
"Payne?"