"Kenapa kalian tidak menggunakan sepupuku saja untuk mewarisi bisnis kalian? Keluarga kita juga punya banyak prestasi yang tidak kalah dengan Tuan muda Dion."
Memang, Tuan muda Dion adalah orang yang sangat pantas untuk mengambil alih usaha kedua orang tuanya namun tetap saja dia orang asing di sini. Jika kedua orang tuanya ingin seharusnya mereka mengambil pewaris dari sepupu atau kerabat keluarga yang lain asalkan masih punya ikatan darah dan yang paling dipercayai oleh mereka berdua.
Ini..
Jika Nyonya Faras dan Tuan Randi bersikeras mengambil Tuan muda Dion sebagai pewaris, Sina benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran kedua orang jenius ini. Ah, lebih tepatnya orang-orang sok jenius yang menjengkelkan.
Nyonya Faras lagi-lagi tertawa terbahak-bahak melihat sikap konyol putrinya yang tidak manusiawi. Ah, lebih masuk akal jika ia mengatakan Sina adalah orang yang bodoh dan keras kepala. Hal semudah ini saja tidak bisa langsung ia serap ke dalam otaknya jadi beruntung rasanya mereka memilih calon yang baik daripada anak mereka sendiri yang tidak bisa diandalkan.
"Randi, apa kau yakin dia adalah darah daging kita? Kenapa kepalanya sama sekali tidak berguna dan tidak menuruni kecerdasan dari kita berdua? Haha.."
Sina, "..."
"Apa kau ingin membuat lelucon lagi?" Tanya Tuan Randi terlihat tidak terpengaruh sama sekali dengan ekspresi mengejek istrinya.
"Minum?" Tanya Tuan Randi kepada putrinya.
Sina segera menggelengkan kepalanya, beringsut menjauh dari dua orang sok jenius yang ada di depannya ini.
"Anak dibawah umur dilarang minum minuman keras." Katanya melakukan pembelaan.
"Dia memang bodoh, tidak diragukan lagi pilihan kita mengambil pewaris dari keluarga lain adalah yang terbaik." Ejek Nyonya Faras.
"Usiamu sudah 20 tahun jadi bagaimana mungkin kamu masih disebut sebagai anak dibawah umur?" Tanya Nyonya Faras merasa lucu.
Putrinya ini bodoh dan tidak masuk akal disaat yang bersamaan, karena itulah ia lebih suka menghabiskan waktunya di dalam bisnis daripada membuang-buang waktunya untuk membesarkan daging yang tidak berguna. Tidak ada yang bisa mereka harapkan dari Sina sehingga mereka memutuskan untuk lebih fokus mengurus bisnis keluarga.
"Aku tidak bodoh!. Lagipula orang tua mana yang akan memberikan anaknya minuman keras? Padahal semua orang tahu bahwa minuman keras akan merusak tubuh manusia." Bantah Sina tidak senang.
Hell, orang tua lain pasti tidak akan pernah memberikan anaknya menyentuh alkohol. Apalagi itu dengan kadar yang tinggi, sangat mustahil untuk diberikan!
Tapi kedua orang tua Sina tidak karena mereka sakit, mental mereka berdua perlu diobati dan Sina tahu betul kemungkinan ini.
"Cek, jangan samakan minuman yang ku pegang ini dengan minuman yang ada di luar sana. Mereka beda level dengan apa yang aku pegang ini." Decak Nyonya Faras tidak senang.
Ia menyesap keras minumannya dengan mata yang masih fokus menatap Sina.
"Ya..ya beda level tapi aku sama sekali tidak tertarik jadi silakan kalian nikmati kelebihan ini."
"Para sepupu mu yang lain sudah punya pengaturan tersendiri dari para orang tua mereka. Sama seperti orang tua mereka, kami pun punya pengaturan tersendiri untuk kamu dan keluarga ini. Kami tidak mempersulit kehidupan mu dan malah memberikan kesempatan yang terbaik untuk masa depan mu. Sina, Dion akan mengambil alih perusahaan kita jika ia mau menerima mu sebagai kekasihnya." Tuan Randi meletakkan gelasnya di atas meja dan mulai melakukan pembicaraan serius.
Deg
Seketika tubuhnya langsung membeku dan tanpa sadar ia mulai meluruskan punggungnya gugup. Perasaan berdebar dan aneh mulai melonjak di dalam tubuhnya.
"Kekasih?" Tanya Sina mengulangi.
Tuan Randi dengan tenang menganggukkan kepalanya.
"Ya, kalian akan menjadi sepasang kekasih. Tapi itu berlaku jika Dion menerima mu sebagai kekasihnya, jika tidak maka semua rencana kami tidak bisa dilakukan. Maka kami tidak punya jalan lain selain mendiskusikannya dengan anggota keluarga yang lain."
Semuanya ada ditangan Sina, jika ia berhasil dan mampu menaklukkan hati sang Tuan muda maka tidak diragukan lagi masa depan keluarga mereka akan cerah. Namun, jika saja Sina gagal maka mereka tidak punya jalan lain selain menggunakan sepupu Sina sebagai pewaris perusahaan mereka berdua.
"Aku..
"Tuan muda Dion adalah orang yang sangat memenuhi syarat untuk mewarisi bisnis kami. Untuk itu kami berencana menjodohkan mu bersama dengannya sehingga ketika penyerahan kekuasaan nanti tidak akan ada orang-orang yang tidak menyetujui keputusan kami." Lanjut Tuan Randi mengingatkan putrinya.
Nyonya Faras melambaikan tangannya meremehkan, "Tapi itu jika dia menyukai mu. Lalu, dengan tampang yang seperti ini apakah mungkin ia akan menerima kamu?"
Sina meneguk ludahnya kasar, tidak yakin juga dengan potensinya sendiri. "Kita tidak akan tahu jika aku tidak mencoba." Kata Sina tertantang.
Bagaimana pun juga ia adalah seorang gadis yang juga akan tertarik dengan kelebihan seorang laki-laki yang luar biasa. Tuan muda Dion, pemuda yang sudah biasa menjadi buah bibir para gadis tentu saja tidak pernah Sina lewati. Karena itulah ia menguji dirinya untuk berjuang mendapatkan hati sang pangeran karena siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Mungkin saja tipe gadis yang disukai Dion adalah seperti Sina sehingga bukan tidak mungkin Sina mendapatkan hati sang pangeran.
"Baiklah, kau bisa mencoba. Namun, kamu harus berperilaku baik ketika kami kirim untuk tinggal bersama Tuan muda Dion di rumahnya. Dilarang melakukan sesuatu yang tidak-tidak apalagi sampai mempermalukan kami berdua karena jika itu sampai terjadi, kamu tidak punya harapan apa-apa untuk merebut hatinya." Peringat Nyonya Faras dengan ramah.
Sina tersentak, ekspresi wajahnya yang ia coba kontrol dengan sangat hati-hati kini tidak bisa menyembunyikan betapa terkejut dirinya. Mengejar cinta sang Tuan muda masih bisa dikatakan sangat mengejutkan untuknya apalagi sampai tinggal di rumah yang sama dengannya, Sina tidak bisa membayangkan jalan sejauh ini.
"Aku akan tinggal di rumah yang sama dengannya?" Tanya Sina meragukan pendengarannya sendiri.
Nyonya Faras memutar matanya malas, mengulurkan gelas kosong yang ada ditangannya untuk meminta dipenuhi lagi dengan wine yang sama.
"Hem, dan kamu harus menjaga sikap mu."
Sina masih belum percaya dan berpikir jika ini adalah sebuah mimpi untuknya. Tanpa sadar ia menepuk wajahnya dengan keras bermaksud membangunkan dirinya dari tidur yang lelap.
"Ini sakit." Gumamnya senang merasakan serangan tidak nyaman di atas pipinya.
Jika ini sakit maka sudah pasti ini bukan mimpi dan jika ini bukan mimpi maka kejutan yang ia dengar tadi adalah sebuah kenyataan. Ia akan tinggal di rumah Tuan muda Dion, tinggal seatap dengan pangeran legendaris yang sudah menjadi incaran banyak gadis. Betapa beruntungnya ia di dunia ini.
"Pergilah ke kamar dan kemasi barang-barang mu, besok siang kami berdua akan mengantarkan mu ke rumahnya." Perintah Tuan Randi lagi-lagi membuat Sina terkejut.
"A-aku akan pergi besok? Kenapa begitu tiba-tiba!" Panik Sina seraya berdiri dari duduknya, bersiap lari ke atas lantai dua menuju kamarnya.
"Kami tidak punya waktu banyak, karena itulah kami langsung mengirim kamu besok siang." Jawab Nyonya Faras santai tanpa mengalihkan perhatiannya dari gelas bening yang ada di tangannya.
Sina tertegun, ekspresi wajahnya kemudian kembali normal seperti biasanya seolah-olah apa yang dikatakan orang tuanya adalah sesuatu yang biasa dan tidak berarti apa-apa untuknya.
"Oh." Responnya terdengar tidak tertarik.
"Kalau begitu aku akan pergi." Lanjutnya seraya membawa langkahnya menjauh dari mereka berdua.
Kakinya yang ramping dengan perlahan mulai menapaki tanggal kecil. Wajahnya agak menunduk menyembunyikan kekosongan yang terlihat jelas di sinar matanya. Itu sebenarnya terlihat baik-baik saja akan tetapi di saat yang sama menunjukkan kesepian secara samar.
"Terserahlah, lagipula aku akan tinggal bersama orang yang aku cintai jadi aku tidak akan bertemu dengan mereka berdua lagi." Gumamnya menyemangati dirinya sendiri.
Menganggukkan kepalanya, ia lalu mempercepat langkahnya menuju kamarnya tanpa mengalihkan perhatiannya ke belakang, menatap dua wajah yang sama kosongnya dengan milik Sina.
Bersambung...