Chereads / 360 Degrees / Chapter 6 - Chapter 6

Chapter 6 - Chapter 6

"Mas Danar kenal sama perempuan yang tadi?"

"Yang tadi? Ohh Lia sama Mira, ya kenal dong mereka kan hampir setiap hari kesini."

"Lia? Mira?"

"Lia yang rambutnya pendek dan Mira yang rambutnya panjang."

Minuman yang dibuat Mas Danar sudah selesai, dan sekarang ia hanya tinggal merapihkan kubus miliknya.

"Ohh Lia namanya." kataku sambil membayangkan gadis tersebut.

"Kenapa?"

"Gapapa, dia sering kesini Mas Danar? Rasanya aku jarang liat dia disini deh."

"Begitu ya? Wajar saja sih, soalnya akhir-akhir ini memang ia jarang masuk sekolah, Mira yang memberitahu.

"Kira-kira kenapa dia jarang masuk sekolah ya?"

"Aduh, kalau soal itu lebih baik kamu tanyakan padanya sendiri."

"Ada yang lagi jatuh cinta nih kayaknya." Cia menimpali

"Apaan sih, udah yuk masuk kelas."

Hari ini waktu terasa berjalan sangat cepat. Seperti biasanya saat di kelas aku lebih banyak diam dan saat diberikan soal oleh guru untuk dikerjakan, aku menggunakan kesempatan itu untuk tidur. Saat Feri sudah selesai mengerjakan soal tersebut, ia akan langsung membangunkanku kemudian tanpa berfikir duakali aku langsung mencontek jawaban miliknya.

Saat diperjalanan pulang ke rumah, aku sengaja memperlambat laju motorku dan juga memilih jalan yang jauh untuk sampai ke rumah, karena aku ingin menikmati suasana sore yang sangat indah ini sembari mengendarai motor. Suasana nya sangat sejuk, langit berwarna orange keemasan dengan gradasi ungu violet yang unik, burung-burung terbang menghiasi langit tersebut, aku tidak tahu itu burung jenis apa lagipula siapa yang ingin repot-repot memikirkan jenis burung ditengah pemandangan yang indah ini, ada juga pelangi yang menampakkan dirinya dengan malu-malu, orang-orang yang sedang menikmati hidangan di cafe pinggir jalan sibuk mengabadikan pemandangan langka ini dengan ponsel canggih miliknya beberapa dari mereka mengambil foto selfie, pejalan kaki yang sedang berjalan diatas trotoar berhenti sejenak, duduk di bangku pinggir jalan, mengeluarkan rokok dari saku nya, menyulut rokok dengan korek gas, lalu menghisap rokok tersebut dengan nikmat. Kalau dipikir-pikir lagi, pelangi hampir selalu menampakkan dirinya dengan malu seperti itu ya? Padahal ia sangat indah dan semua orang tidak pernah lelah menunggu kehadirannya di sore ataupun pagi hari, tapi kenapa ia selalu seperti itu? Ah sudahlah aku tidak tahu, mungkin suatu hari nanti aku dapat bertemu dengan seseorang yang dapat menjelaskan hal tersebut.

Pemandangan seperti ini sangat jarang terjadi di kota tempat aku tinggal, maka dari itu ketika pemandangan ini sedang berlangsung, orang-orang di sini termasuk aku, segera menikmati dan mengabadikannya.

Malam hari pukul 19.00 aku, Ibu, dan Adikku makan bersama di ruang makan, menu makan malam kami hari ini ayam goreng, sambal merah dan juga lalapan seperti timun, kol, kemangi, selada dan terong hijau bulat. Kata Ibu ini menu permintaan dari adikku, Ica namanya. Aku selalu menyempatkan diri untuk makan bersama dengan mereka saat sarapan ataupun makan malam, karena di rumah ini kami hanya tinggal bertiga. Ayah dan Ibuku sudah berpisah sejak aku kelas 1 SMP dan Ica saat itu masih kelas 4 SD, sejak kejadian hari itu sampai saat ini, kami tinggal bertiga di rumah yang sederhana ini. Saat sedang makan malam bersama seperti ini, Ica sering menceritakan tentang sekolah dan teman-teman nya. Aku lebih banyak mendengarkan dan mengangguk, sementara Ibu selalu menimpali cerita Ica, kadang sesekali ia menceritakan tentang masa kecil nya juga.

Keesokan hari nya aku, Ikhsan, Cia dan Feri makan di kantin, disusul oleh sandi beberapa menit kemudian. Aku dan Feri makan soto ayam, Cia dan Ikhsan makan bakso, dan Sandi makan bubur ayam. Saat kami sedang asik makan, aku melihat Lia dan Mira di kubus Mas Danar. Sebelumnya aku memang sengaja memilih tempat duduk dekat kubus Mas Danar setelah kemarin ia bilang kalau Lia sering datang ke kubus miliknya.

"Lia mau es jeruk dong satu." Kata Sandi sedikit teriak ke Lia.