"Mihai."
Mihai tersentak kembali dari alam bawah sadarnya. Masih sambil mengatur aliran energi di dalam tubuhnya, ia pelan-pelan membuka mata. Cahaya pagi segera berlomba-lomba memasuki pandangannya, memaksanya kembali menutup mata untuk beberapa saat sebelum kembali membukanya lagi.
Hal pertama yang ia lihat adalah kedua kakinya yang terlipat. Rasa kram yang sebelumnya terus menyiksanya kini tidak pernah lagi ia rasakan meskipun ia harus bersila di atas tanah selama tiga hari tanpa henti.
Menoleh ke belakang, ia menemukan Yuki yang seperti biasa, berpakaian serba putih. Yang berbeda dari biasanya adalah keberadaan sebuah tas kain yang tersampir di punggungnya.
"Sudah waktunya," ujar Yuki singkat lalu berbalik pergi.
Mihai mengerjap beberapa kali, berusaha mencerna maksud perkataan tersebut. Beberapa detik kemudian, ia meloncat berdiri dengan mata berbinar bahagia. "Kita akan pergi ke dimensi para beast?!"
Tanpa menoleh, Yuki mengangguk.