Yuki duduk di satu-satunya kursi yang tersedia di dalam kamarnya. Awalnya ia menghempaskan bokongnya begitu saja tapi langsung membuatnya meloncat kembali berdiri. Ia lupa bokongnya benar-benar dalam keadaan yang tidak manusiawi sekarang. Setelah itu ia kembali duduk, kali ini lebih lembut dan hati-hati. Walaupun begitu, memberi tekanan pada area bokongnya tetap membuatnya meringis beberapa kali.
Helaan napas panjang kabur dari mulutnya.
Mungkin ini pertama kalinya bagi Yuki untuk mensyukuri kenyataan bahwa Shima bukanlah kepala klan yang baik. Jika tidak, Yuki bisa memastikan bahwa kebohongannya akan terkuak dalam sekejap. Lagi pula, futon kotor yang menjadi bukti nyata perlakuannya malam kemarin masih tergeletak di dalam salah satu lemari.
Kepalanya berdenyut ketika memikirkan ia masih harus menghapus seluruh bukti agar jika sang putra berhasil membujuk Shima untuk menggali masalah ini, bukti-bukti itu tidak akan bisa muncul ke permukaan.